Archive for the ‘Christianity’ Category

“maria, Ibu Orang Percaya”

Kotbah Minggu, HKBP Salemba
18 Desember 2005

Maria, Ibu Orang Percaya

Saudara-saudara yang terkasih,
Pada hari ini, di minggu Advent yang ke-empat, atau yang terakhir ini, kita akan membaca kisah janji Allah kepada Maria melalui malaikat Gabriel. Namun, sebelum kita membaca Alkitab kita dan melihat apa yang sesungguhnya terjadi, kita akan mendengarkan dulu apa yang mungkin saja terjadi dalam percakapan antara Gabriel dan Maria melalui bantuan kedua orang teman saya….

(membaca cerita)

Ketika Elisabet sudah mengandung enam bulan, Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke Nazareth, sebuah kota di daerah Galilea. Gabriel diutus untuk menemui seorang perawan bernama Maria. Perawan itu sudah bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf, salah seorang keturunan langsung dari Raja Daud.

Suasana malam yang tiba-tiba menjadi hening membuat Maria bertanya-tanya di dalam hatinya.

Maria “Kenapa ya malam ini tenang sekali?”

Tiba-tiba Maria melihat sebuah sosok di depannya. Sosok yang sama sekali tidak dikenalnya. Orang ini memancarkan cahaya dari tubuhnya. Dia terlihat seperti malaikat. Wajah teduhnya memancarkan kasih yang membuat Maria merasa tenang.

Maria “Siapa engkau. Mau apa kau datang kemari?”

Gabriel “Salam, engkau yang diberkati Tuhan secara istimewa! Tuhan bersama dengan engkau!”

Mendengar perkataan orang itu Maria terkejut, sehingga bertanya-tanya dalam hati apa maksud dari salam itu. Anehnya, dia tidak merasa takut bertemu dengan orang asing ini. Dia memberanikan diri dan bertanya,

Maria “Siapa engkau? Mengapa kau berkata seperti itu?”

Lalu orang itu menjawab,

Gabriel “Aku adalah malaikat Tuhan yang membawa kabar baik. Jangan takut, Maria, sebab engkau berkenan di hati Allah. Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak, yang harus engkau beri nama Yesus. Ia akan menjadi agung dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan menjadikan Dia raja seperti Raja Daud, nenek moyang-Nya. Dan Ia akan memerintah sebagai raja atas keturunan Yakub selama-lamanya. Kerajaan-Nya tidak akan berakhir.”

Sangat terkejut mendengar pernyataan ini, Maria bingung dengan terpilihnya dia di antara semua perempuan yang lain. Maria dengan terbata-bata bertanya,

Maria “Bagaimana mungkin saya bisa terpilih dan berkenan di hati Allah? Memangnya kelebihan saya di antara perempuan lain apa? Lagipula saya masih perawan, bagaimana hal itu bisa terjadi?”

Sambil tersenyum Gabriel menjawab,

Gabriel “Roh Allah akan datang kepadamu, dan kuasa Allah akan meliputi engkau. Itulah sebabnya anak yang akan lahir itu akan disebut Kudus, Anak Allah.

Maria semakin terkejut. Bagaimana mungkin Roh Allah akan hinggap atasnya dan membuat dia mengandung. Apakah mungkin seorang perempuan bisa mengandung seorang anak tanpa ada laki-laki yang mengawininya? Apa kata orang-orang nanti? Apa kata Yusuf? Apa kata keluargaku?

Maria “Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Apakah benar saya bisa hamil tanpa suami? Hamil di luar nikah? Bagaimana kata orang-orang nanti? Bagaimana dengan masa depanku?”

Tetapi malaikat Gabriel tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan Maria. Dia tetap melanjutkan perkataannya,

Gabriel “Aku tahu kalau ini mungkin kedengaran agak susah dipercaya, tapi ingat, Elisabet, sanak saudaramu itu sudah hamil enam bulan, walaupun ia sudah tua dan orang mengatakan bahwa ia mandul. Orang lain sudah mengatakan bahwa itu adalah tidak mungkin, tetapi untuk Allah tidak ada yang mustahil.”

Masih dengan keterkejutannya Maria berpikir di dalam hatinya,

Maria “Bagaimana orang ini bisa tahu kalau Elisabet memang sudah hamil enam bulan. Benar juga kata orang ini, tidak ada yang mustahil bagi Allah, Elisabet saja yang sudah tidak mungkin hamil itu bisa mengandung. Bagaimana dengan semua rencana-rencanaku ke depan? Bagaimana dengan Yusuf, pastinya dia akan malu dan tidak mau lagi menerimaku. Mana ada orang yang percaya ada perempuan yang masih perawan dan bisa hamil dengan sendirinya? Pasti kalau bukan dia, orang lain yang akan mencibir. Tetapi ini adalah kehormatan dari Tuhan, terpilih di antara perempuan lainnya. Apa yang harus kupilih, kehendak Tuhan dengan resiko cibiran orang lain dan masa depan yang belum pasti atau menjalani rencanaku sendiri?”

Gabriel bertanya kepada Maria sekali lagi…

GabrielLalu bagaimana Maria, mau engkau jadi ibu bagi Putera Tuhan sendiri?”

Read the rest of this entry »

Jenis Keputusan Moral

Penjelasan akan Teknik Pengambilan Keputusan Moral

Di dalam menghadapi masa sekarang ini, kita sering dibingungkan oleh pilihan-pilihan yang diperhadapkan kepada kita. Pertanyaan yang sering kita dengar, atau bahkan kita ajukan adalah: Apakah itu benar atau salah? Apakah sesuatu itu baik atau buruk? Tidak jarang pula perbedaan antara yang baik dan buruk dicampuradukkan dengan yang benar dan salah. (misalnya: mencuri itu salah, tapi bisa jadi dianggap baik kalau untuk menolong orang miskin; atau berbohong demi kebaikan).

Sebelum kita melangkah lebih jauh mengenai penjelasan moral, kita perlu juga memperoleh pengertian yang benar mengenai apa itu moral. Kata moral sering digunakan dengan sembarangan, dan cenderung tertukar dengan etika dan etiket. Moral adalah menyangkut baik buruknya seorang manusia sebagai manusia. Etika memberikan pertimbangan mengenai moral (etika kedokteran, hukum). Etiket, adalah cara pergaulan yang dilakukan manusia (kalo gak ada manusia lain brarti gak beretiket: ngupil). Jadi jelas, ketiganya adalah hal yang berbeda, meskipun memiliki kesamaan.

Mengambil Keputusan Moral
Sekurang-kurangnya ada dua ukuran moral yang berbeda, yaitu ukuran yang ada di dalam hati kita dan ukuran yang dipakai orang sewaktu mereka menilai diri kita. Hati nurani sebagai ukuran subyektif dan norma (hukum moral) sebagai ukuran obyektif adalah ukuran yang dipakai atas moralitas manusia. Dengan kata lain, hati nurani memberitahukan kepadaku mana yang benar; dan norma (peraturan dalam masyarakat: hukum) diberikan untuk menunjukkan kepada semua orang untuk menentukan mana yang benar itu. Hati nurani juga dapat keliru karena kita terbentuk di dalam masyarakat yang tidak sempurna, dan norma-norma juga dapat keliru atau kurang tepat dirumuskan karena terbentuk dari rumusan-rumusan hati nurani tadi.

Kita dapat melihat bahwa hubungan antara hati nurani dan norma moral terkait dengan erat. Hati nurani yang dimiliki masing-masing individu akan membentuk sebuah peraturan dan norma bersama. Norma yang terbentuk ini akan menjadi batasan-batasan di mana tindakan seseorang akan dinilai. Norma yang ada di dalam masyarakat juga akan membentuk hati nurani seseorang. Seseorang tidak bisa lepas dari komunitasnya. Komunitas akan membentuk kepribadian, termasuk hati nurani seseorang. (bayangkan seorang anak yang dibesarkan di lingkungan penjahat, inilah sebabnya ada hukum yang menolak kaum homoseksual untuk mengadopsi anak karena takut sang anak akan meniru perilaku mereka) Namun, hampir semua tokoh etika sepakat bahwa hati nurani harus berada di atas hukum moral apapun. Hati nurani, yang adalah milik individu, menjadi ujung tombak pembentukan sebuah ruang moralitas yang baik. Read the rest of this entry »

Kebaikan Untuk Melawan Kejahatan

Ringkasan Kotbah GKIN Tilburg

Minggu, 26 Oktober 2008

Amsal 20:22-27


“Kebaikan Melawan Kejahatan”

Raja Daud dan Raja Saul memiliki hubungan yang penuh intrik. Daud beberapa kali menyelamatkan Saul, menghiburnya dengan kemampuannya bermain harpa, mengalahkan Goliat, dan maju ke medan pertempuran memimpin tentara Israel. Dia adalah sahabat Yonathan, anak Saul, dan sekaligus menantunya. Tetapi justru Saul berusaha membunuh Daud dua kali ketika bermain harpa dan mengirim pasukannya untuk membunuhnya. Akhirnya Daud memiliki kesempatan untuk membunuh Saul, untuk balas dendam. Tetapi yang terjadi adalah Daud memotong bagian jubahnya dan bahkan merasa bersalah karenanya (1 Sam 24:5). Saul melihat sikap Daud ini dan menangis (ay. 16-17).

Ken Arok adalah seorang raja Tumapel (kemudian menjadi Singasari) pada abad 13. Ken Arok berhasil menjadi raja setelah membunuh Tumenggung Tunggul Ametung dan menyatakan perang atas Kediri. Selain membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok juga mengambil isterinya, Ken Dedes yang sedang mengandung. Anak Ken Dedes, Anusapati, kemudian membalas dendam ayahnya dengan membunuh Ken Arok – dengan senjata yang sama yang dipakai Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Tohjaya, putera Ken Arok kemudian membalas dendam kematian ayahnya dengan membunuh Anusapati, juga dengan senjata yang sama. Kisah balas dendam ini tidak berhenti di sini karena akhirnya Singasari hancur karena cerita pengkhianatan dan dendam yang tak kunjung selesai.

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus, semua yang hidup di dunia pasti pernah terluka dan kesakitan. Yang membedakan kita sebagai pengikut Kristus dan yang bukan adalah sikap kita menghadapi kejahatan yang kita alami. Amsal adalah kitab hikmat yang merupakan nasihat dan petunjuk hidup dari tradisi generasi ke generasi. Bacaan kita kali ini memberikan penguatan kepada kita bahwa Allah adalah sumber keadilan yang sejati. Tujuan dari ayat 22 yang mengatakan, “janganlah kita membalas kejahatan” bukanlah pasifis (anti perang) atau anti keadilan. Ini mengingatkan mereka yang jadi korban kejahatan untuk tidak jatuh ke dalam lingkaran kekerasan yang sama. Kita juga diajarkan untuk tidak menjadi hakim atas kejahatan yang terjadi (Imamat 19:17-18).

Ayat 24 kemudian melanjutkan dengan menjelaskan bahwa manusia tidak akan bisa mengerti jalan hidupnya sendiri kecuali dia sudah menyerahkannya kepada Tuhan. Manusia memiliki keterbatasan untuk bisa memahami dirinya sendiri. Karena itu di ayat 27 dikatakan bahwa Allah mengetahui keterbatasan dan apa yang menjadi isi hati dari manusia itu sendiri. Jadi, karena Tuhan tahu kejahatan yang menimpa dirimu, janganlah engkau mengambil perkara ini ke dalam tanganmu sendiri dan menjadi hakim atas orang lain. Tuhan adalah sumber keadilan yang sempurna.

Saudara-saudara yang terkasih, kita melihat dua contoh bagaimana seseorang bersikap terhadap kejahatan yang dialaminya melalui cerita di atas. Kejahatan yang dibalas kejahatan tidak membuat lingkaran penderitaan bisa berhenti di situ. Inilah yang Alkitab mau ajarkan kepada kita. Allah menginginkan lingkaran kejahatan ini berhenti dan pada akhirnya Allah yang akan menjalankan keadilannya kepada kita. Kiranya Allah memampukan kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Amin!

Berdoa, Bekerja, Berbuat Baik!

Kotbah Minggu 7 September 2008

GKIN Arnhem

2 Tesalonika 3:10-13

“Berdoa, Bekerja, Berbuat Baik!”

Sebuah acara di National Geography bertajuk “Airplane Crash Investigation” menjadi tontonan rutin saya belakangan ini. Acara ini menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat terbang. Beberapa hari yang lalu dalam sebuah episodenya, sebuah pesawat mengalami kecelakaan karena pintu bagasi yang tidak terkunci dengan baik dan menyebabkan sebuah pesawat jatuh. Tidak semua kecelakaan yang diselidiki berakhir tragis. Kadang ada beberapa pesawat yang selamat kembali ke darat. Biasanya yang ditanya kepada mereka yang selamat adalah, “Apa yang anda pikirkan ketika anda merasa memasuki menit-menit akhir dalam hidup anda?” Dari sini banyak cerita yang berkembang.

Mari kita ambil pertanyaan ini dan kita kenakan ada diri kita sendiri. Apa yang akan anda lakukan di hari terakhir dalam hidup anda? Persiapan apa saja yang akan anda lakukan kalau besok adalah hari terakhir dalam hidup anda? Apakah anda akan melakukan sesuatu yang spesial yang belum pernah anda lakukan? Apakah anda akan mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang anda sayangi? Apakah ada hal yang berbeda yang harus anda lakukan dalam menghadapi hari terakhir anda? Fransiskus dari Asisi mengatakan bahwa kalau Kristus datang dan dunia berakhir, dia tidak akan melakukan hal yang berbeda dari yang biasanya dia lakukan setiap hari, yaitu menata kebunnya. Read the rest of this entry »

Damai Di Hatimu

Kotbah Minggu Ekumenis GKIN Tillburg

21 September 2008

Teks Alkitab: Yohanes 14:23-29

Damai Di Hatimu

Saudara-saudara terkasih dalam Kristus,

Saya adalah seorang penggemar berat sepakbola tim nasional Belanda. Dalam setiap turnamen Piala Dunia atau Piala Eropa, saya selalu mempersiapkan kaus oranye timnas Belanda sebagai tanda dukungan saya. Tetapi di Piala Eropa tahun 2000 ada sebuah peristiwa yang mengganggu pikiran saya. Belanda kalah menyakitkan dalam adu penalti di semifinal melawan Italia. Bukan hanya adu penalti, Patrick Kluivert dan Frank de Boer gagal mengeksekusi penalti dalam waktu normal permainan. Setelah banyak membaca beberapa artikel mengenai hal ini, saya sadar bahwa kegagalan mereka terletak pada ketidaktenangan mereka dan bukan pada kemampuan mereka.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, hal inilah yang akan kita lihat pada saat ini, bahwa Kristus menawarkan kedamaian pada kita. Bacaan kita mencatat percakapan antara Yesus dan murid-muridNya dalam sebuah makan malam sebelum perayaan Paskah dimulai, ketika Yesus selesai membasuh kaki murid-muridNya. Pada saat ini Yesus menjelaskan bahwa Dia akan pergi meninggalkan dunia tetapi akan mengirimkan Penolong yang lain, yaitu Roh Kebenaran (ay. 17). Yesus menggambarkan hubunganNya dengan Bapa dan Roh Kudus, bahwa Yesus membawa firman dari Bapa dan barangsiapa mengasihi Yesus juga mengasihi Bapa. Roh Kudus akan menolong orang yang percaya untuk melakukan apa yang telah Yesus ajarkan.

Tema utama Yohanes 14 adalah mengenai Yesus mempersiapkan para pengikutNya untuk masa sesudah Dia pergi. Para murid merasa takut bahwa mereka akan tinggal sendiri (14:18). Mereka takut akan hilangnya janji kehidupan dan masa depan yang diajarkan Yesus kalau Dia meninggalkan mereka. Mereka takut akan ketidakpastian dalam kehidupan mereka.

Di sinilah Yesus menjanjikan damai kepada para murid (Yunani: eirene, yang artinya “The tranquil state of a soul assured of its salvation through Christ, and so fearing nothing from God and content with its earthly lot, of whatsoever sort that is.”) Damai yang dimaksud di sini adalah ketenangan jiwa karena diyakinkan melalui keselamatan dalam Kristus. Damai yang dimaksud Yesus adalah situasi dalam diri sendiri bukan sesuatu yang datang dari luar.

Read the rest of this entry »

Konsep Keselamatan

Untuk membawa kita ke dalam diskusi mengenai keselamatan, kita harus terlebih dahulu memahami cerita mengapa manusia butuh diselamatkan, dan konsep keselamatan seperti apa yang ditawarkan kepada manusia. Memahami keselamatan dalam konteks kekristenan berarti memahami Allah yang aktif bergerak untuk menyelamatkan manusia (missio Deo). Allah yang menyelamatkan berarti Allah yang memberi kita keselamatan dari sesuatu. Ada dua jenis keselamatan: 1) being saved from or liberation from something, seperti suffering atau hukuman dosa; dan 2) being saved for something, seperti kehidupan setelah kematian atau masuk surga. Apapun jenis keselamatannya, Allah tetap memegang peranan utama dalam peristiwa ini.

Konsep keselamatan ini berhubungan dengan beberapa peristiwa yang dihubungkan di dalam sejarah manusia. Manusia pertama (Adam dan Hawa) telah jatuh ke dalam dosa, akibatnya adalah hubungan Allah dan manusia yang pada awalnya baik menjadi rusak. Kemudian hubungan ini menjadi semakin rusak sehingga Allah harus mengirimkan air bah untuk menghukum semua manusia kecuali Nuh dan keluarganya (Kej. 6). Allah kemudian berjanji kepada Nuh untuk tidak menjatuhkan hukuman serupa lagi kepada manusia (Kej. 8). Singkat cerita, seluruh bumi yang berasal dari keturunan yang sama kemudian menciptakan menara di Babel (Kej. 9), sehingga Allah mengacaukan mereka dengan berbagai bahasa sehingga akhirnya manusia menjadi terpencar.

Kemudian Allah mulai memilih umatNya melalui pemanggilan Abram (yang kemudian menjadi Abraham). Di sinilah permulaan tindakan aktif Allah untuk menyelamatkan manusia. Kejadian 12 menceritakan konsep pemilihan Allah yang eksklusif pada Abram. Kejadian 12:3 mengatakan, “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Artinya melalui Abram seluruh bangsa di dunia akan mendapatkan berkat Allah. Akhirnya Abraham memiliki keturunan yang akhirnya menjadi bangsa Israel. Melalui bangsa Israel, Allah memberikan berkatNya kepada umat manusia yang lain.

Kemudian di Perjanjian Baru, kata keselamatan semakin dihubungkan dengan dosa. Dosa memisahkan manusia dari Allah (Roma 3:23; 5:12). Karena perpisahan yang semakin dalam ini, Allah akhirnya datang untuk menyelamatkan manusia. Keselamatan yang tadinya eksklusif menjadi inklusif karena kasih Allah (Roma 5:8; Efesus 2:4-5). Yesus diutus untuk menyelamatkan orang-orang yang percaya (Yoh. 3:16; Kis. 4:12). Keselamatan bukanlah sebuah konsep yang bisa diperoleh, dia menjadi ada hanya karena karunia Allah semata (sola gratia) melalui iman manusia (sola fide) yang timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan (Sola Scriptura) (lihat Roma 10:17). Efesus 2:8-9 menyatakan “For by grace are ye saved through faith; and that not of yourselves: it is the gift of God: not of works, lest any man should boast” Kata karunia/grace dijelaskan kemudian dalam Titus 3:5-7: “Not by works of righteousness which we have done, but according to his mercy he saved us, by the washing of regeneration, and renewing of the Holy Ghost; Which he shed on us abundantly through Jesus Christ our Saviour; That being justified by his grace, we should be made heirs according to the hope of eternal life (bandingkan dengan Roma 6:23).”

Being saved means be forgiven from sin which why Jesus came. Karena itu kekristenan kemudian mengambil istilah ini dan menyatakan bahwa mereka yang percaya dan “dibaptis” akan menjadi selamat (Markus 16:16). Melalui baptisan manusia dibangkitkan dalam hidup yang baru. Paulus mengatakan bahwa “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya (Roma 6:5). Di sinilah kemudian terjadi perkembangan lebih lanjut dengan doktrin keselamatan. Keselamatan berarti pemulihan hubungan Allah dan manusia yang rusak karena dosa. Allah berinisiatif untuk memulihkan hubungan itu.

Paradoks Kemerdekaan

Minggu, 6 April 2008

PERKI Amstelveen - Buitenveldert

Galatia 5:13-15

“Paradoks Kemerdekaan”

Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Kalau kita mau berbicara tentang kebebasan, maka Belanda adalah tempat yang sangat mengagungkan kebebasan. Hampir semua hal yang dianggap terlarang menjadi legal dan ditarik pajak. Marijuana (ganja), prostitusi, judi, menjadi legal untuk dapat mengatur keberadaan mereka.

Tetapi ternyata asas kebebasan ini juga dapat membawa masalah. Baru-baru ini kita telah mendengar bagaimana film Fitna yang dibuat oleh Meneer Geert Wilders telah menimbulkan berbagai reaksi. Film ini dibuat dengan dasar asas kebebasan yang dianut oleh negeri ini dan juga berdalih untuk melindungi asas kebebasan tersebut. Wilders mengklaim bahwa Islam adalah sebuah kebudayaan represif yang akan menghancurkan kebudayaan Barat yang menganut asas kebebasan. Melalui film Fitna, Wilders mencoba mendukung teorinya dengan mengutip beberapa bagian dari Alquran, menghubungkannya dengan beberapa kotbah yang memiliki paham Islam garis keras dan kemudian menyimpulkan bahwa Alquran adalah buku yang harus dilarang karena mengancam kebebasan yang dianut oleh kebudayaan di Eropa. Berdasarkan hak freedom of speechnya, Geert Wilders membuat film ini. Hal ini sama dengan kasus Theo van Gogh beberapa tahun lalu. Read the rest of this entry »

Konsep Pradestinasi – Keselamatan Karena Pemilihan

Bible Study:

Konsep Pradestinasi – Keselamatan Karena Pemilihan

 

Teks Alkitab: Roma 8:28-30

 

 

predestination-on-foxtrot.gifKonsep predestinasi (pre-destination) berasal dari kata pre-destined (yunani: proorizo = sesuatu yang ditentukan sebelumnya – baca 1 Kor 2:7). Inti dari ajaran ini adalah ketika Allah menciptakan langit dan bumi, Dia sudah menentukan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Ini artinya Allah juga sudah menentukan ‘takdir’ dari manusia, termasuk siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang tidak diselamatkan. Manusia yang terpilih kemudian dipanggil Allah, dibenarkan dari dosa, dan mengaruniakan keselamatan abadi. Mereka yang sudah terpanggil ini pun masih mungkin jatuh kembali ke dalam dosa (Roma 11:22), tetapi Allah tetap bekerja bersama mereka dan tidak ada yang bisa memisahkan mereka dari kasih Allah (Roma 8:38-39). Analogi yang digunakan untuk konsep ini adalah: Allah adalah maha kuasa dan Dia tahu sagala sesuatu yang terjadi kepada manusia, Dia menentukan apa yang akan terjadi, sehingga Allah tahu siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang akan dihukum. Read the rest of this entry »

Ajarlah Mereka!

Kotbah Minggu 15 Juni 2008

Perki Den Haag

 

 “Ajarlah Mereka!”

 

Teks: Amsal 6:20-23

 

           

family-teaching.jpgIlmu pendidikan modern menemukan bahwa pengajaran paling efektif berasal dari keluarga sejak usia dini. Anak yang dididik sejak usia dini akan memiliki kesiapan untuk pertumbuhan dan perkebangan mereka di kemudian hari. Usia 0-5 adalah masa pendidikan paling krusial di mana pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, mulai bertumbuh. Usia ini juga sering dianggap sebagai usia pembentukan kepribadian seseorang. Pengajaran dalam usia ini sering menentukan kepribadian sang anak di masa depan. Karena itu dalam usia penting ini, orangtualah yang memegang peranan penting dalam pendidikan seorang anak karena merekalah orang yang paling dekat dengan anak tersebut. Read the rest of this entry »

Persekutuan Yang Saling Menolong

Ringkasan Kotbah Minggu, 22 Juni 2007

GKIN Schiedam

 

Teks Alkitab:

Galatia 6:1-6

“Persekutuan yang Saling Menolong”

 

 

he-aint-heavy-hes.jpgAda sebuah lagu di tahun 1960 an yang dibawakan oleh The Hollies yang berjudul, “He ain’t heavy, he’s my brother.” Lagu ini diciptakan karena inspirasi sebuah foto perang Vietnam yang menggambarkan seorang prajurit Amerika membawa seorang Vietnam di punggungnya. Sang jurnalis bertanya kepadanya, sudah berapa jauh dia membawa orang Vietnam itu, dan jawaban sang prajurit adalah, “he ain’t heavy, he’s my brother!” Pesannya adalah, sebagai saudara kita tidak akan cepat meninggalkan mereka yang berada dalam kesulitan, dan saling menanggung beban. Sebagai persekutuan orang percaya dalam Kristus, sudah seharusnya kita saling mendukung. Ini adalah pesan yang akan kita lihat dalam hari ini, yang ternyata tidak begitu mudah dalam pelaksanaannya! Read the rest of this entry »

Menghadapi Badai Dalam Hidup

Ringkasan Kotbah Minggu, 24 Februari 2008

GKIN Tillburg

Markus 4:35-41

“Menghadapi Badai Dalam Hidup”

Saudara-saudara yang terkasih,

Penulis Injil Markus bercerita mengenai perjalanan Yesus seperti sebuah drama yang punya awal, klimaks cerita, dan sebuah akhir cerita. Salah satu ciri utama dari Injil Markus adalah bahwa para murid tidak pernah tahu siapa Yesus sesungguhnya sampai beberapa saat. Seperti sebuah cerita misteri, tokoh Yesus digambarkan sebagai seseorang yang tidak dimengerti oleh orang-orang yang dekat dengannya. Para murid hanya mengenalnya sebagai seorang yang bisa melakukan tindakan ajaib, mujizat, mengusir setan, tetapi tidak mengetahui identitas Yesus yang sesunguhnya. Hanya di Markus 8:27-28 lah Petrus mulai mengakui Yesus sebagai sang Mesias, anak Allah.

Murid-murid adalah orang-orang yang telah bersama dengan Yesus dan melihat langsung apa yang Yesus lakukan. Ketika mereka mengadakan perjalanan bersama dalam sebuah perahu menyeberangi danau, sebuah badai datang menghadang mereka. Empat dari keduabelas murid Yesus adalah nelayan yang sering menghadapi hal seperti ini sebelumnya, namun mereka tetap takut. Ini artinya badai yang dihadapi mereka bukanlah badai yang ringan. Karena itu, para murid kemudian membangunkan Yesus yang tertidur dan menuduhnya tidak perduli akan badai yang sedang melanda.

Lalu pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin sebuah badai melanda perahu para murid ketika Yesus sedang ada di dalamnya? Bukankah perjalanan dengan Yesus berarti semua masalah akan hilang dan perjalanan akan menjadi mulus? Lalu kenapa ketika ada masalah, Yesus seperti tertidur dan tidak perduli akan bahaya yang menghadang? Apakah hal ini terdengar akrab di telinga kita? Read the rest of this entry »

The Scripture

The scripture is the message about God. It is not of God because it is actually a story about God. It is a story telling about the relation between God and human. It tells the story of relation and confession about God rather than a precise historical event. Relation has something to do with love and events. The event of God’s revelation that took place in the past must be told to the next generations.

One cannot make a stress on different relation, objectivities, and events. It is far more complicated than talking about the other. It is also not more than an information of God, telling about God in such a way that He Himself present to us. Therefore, there has to be truth, not in a scientific way, but that it is really happens. However, the truth as such does not mean that the Bible is book of ethics or some sort of a historical book. The Bible is not the book of ethics. Ethics and religion is not the same. Looking at the Bible as a book of ethic is a reduction of the meaning of the Bible itself. The Bible must be read precisely the same way with how the first congregation read the bible, which is the paradigm of story telling about the mighty acts of God. Read the rest of this entry »

Faith And Ethnicity

Ethnicity and religion are recognized as an immensely powerful basis of collective identity. However, religion is often – if not say always – excluded from social science on collective identity, also vice versa, church ignored sociology as well. As powerful basis of identity, religion and ethnicity are intertwined. These two factors have been influencing one another, therefore it is important to find what is the primary unifying element the two of them: is it religion or ethnicity.

Three models can be used to explain ethnicity and its relation with religion. First, primordialism and universalism: where ethnicity was a priori category, a primordial feature that identified and defined the social group. Religion was part of the identity. It is deep within people and it established their ethnic affiliation and identity no matter what the external realities may be. Religion is a stable, conservative, and traditional social force that keeps ethnic group members true to the ordained order of being. Second, circumstantialism/instrumentalism and particularism: where ethnicity is a variable that depends upon particular circumstances and interactions. People define ethnic identity themselves in response to unique interests, goals, and agendas. Ethnic identity may change as well when interests change. Ethnic groups is not a fixed things, they are formed without shape and content. It is a dynamic process, not a stable given. Religion is not a cause of identity. It is an aspect of the social system. The last one tries to combine them dialectically, which is constructivism: where in the constructivist approach there are two facets to expressions of ethnicity: 1. the primordial: ethnic identity is expressed in terms of cultural features which are said to be ancient and perceived to be a priori charactheristics by which its members define the group in distinction to other groups. 2. circumstantial: an ethnic identity is expressed in varying intensity through the interactions of the group and its members with neighboring groups as individuals are mobilized in response to issues which focus group in opposition. Read the rest of this entry »

Renungan Pohon Pengetahuan

Alkisah ada rapat para setan, iblis, jin, kuntilanak, serta para makhluk halus dari seluruh penjuru dunia. Mereka sedang melaksanakan konferensi tahunannya memutuskan cara terbaik untuk menggoda manusia. Setan dari Belanda mengusulkan untuk menggoda manusia dengan kekayaan. Katanya, “Lihat semua negara-negara maju itu, semua menjadi tidak percaya pada Tuhan lagi setelah semua kebutuhan mereka dipenuhi dengan harta berlimpah!” Seorang pakar penggoda manusia dari Amerika Serikat menolak pandangan ini, dia berdalih “Saya rasa tidak ada yang lebih jahat dari manusia yang merasa berkuasa karena mereka pasti akan menyalahgunakan kekuasaannya.” Pandangan inovatif ini cukup diterima oleh akal setan-setan lainnya. Tiba-tiba seorang setan senior berkata, “Saya rasa dua usul sebelumnya memang jitu, tetapi salah satu kunci paling penting dalam dunia goda menggoda adalah dengan memberikan manusia pengetahuan. Dengan pengetahuan mereka akan merasa dapat melakukan segalanya, meraih kekuasaan juga mencari kekayaan, sehingga mereka pasti tidak dapat mengontrol pengetahuan mereka sendiri.” Read the rest of this entry »

On Science & Evolution

 

The topic of evolution and anthropology started with the reading of Genesis 1 and note down some possible tensions between the message of this chapter and the general scientific knowledge and theories of the origin, development an essence of universe, the earth, life and especially the human. Herman Bavinck says that we have to chose between the two: “The antithesis cannot be sharper: Adam the image of gorilla and chimpanzee or the image of God.” The question then is, can we develop a worldview in which there is a fruitful dialogue between notions from Christian theological anthropology and from a scientific theory of evolution? What is the relation of science and religion?

Naturalism tries to explain everything that everything happens for a reason. It is not excluding God’s existence, it is only excluding that God relates in such a way to the world of phenomena, that he is the reason beyond all things. Naturalism cannot explain all. There are feelings that cannot be ‘explained away’ (compare this to Anton Houtepen’s emotion theses). Since the phenomena in the world revoke the thoughts of God, they refer back to God.

The theses to combine both view is to sharpen ‘the natural eye’ through studying various science for explaining phenomena, and ‘the religious eye’ through studying Holy Scripture/theology, and learn to coordinate both eyes (as it is in a binocular system), so that we can see depth in reality. Naturalist point of view must realize that there are things that cannot be explained in a natural way. Science should recognize its own limits, that there is a higher intelligence above our own. If science cannot believe that a watch that is to be found in a virgin forest of the Amazon is there by itself without any cause, then how can they believe that the whole universe, which is more complicated than the watch that was founded in the Amazon, happens without a cause – or more precisely without a reason? There has to be something mightier than the human’s mind.

The text of creation in Genesis 1 tells the story of God’s action. God is the Creator of the world. This does not imply that the text should be literally understood. It is true that God created the world, and human as the image of God. This has something to do with the ethical life of human, that they are bound to the Creator. It is God’s will that the world is as it is now. This does not exclude that science cannot explain bits by bits of the process. However, we can only recognize the purpose of events, and why it happens, through the will of God. Science cannot explain this divine purpose.

I see the two of them complement each other. Science can only explain how an event happens, but never explain the reason of why it happens. Science can help man to understand how great is God’s power. He is even greater than we ever think about. When science explains how things are happening, that does not exclude God from their framework. God is the cause.

Science and religion are like two different things that on different levels. You can’t compare science and religion. Science can only explain things that are explainable. This however does not close the possibility that there are things that exist but cannot be explained by science (they will say cannot yet). Let us take an example of acupuncture. Acupuncture is a traditional way medical treatment that has been proven effective but still cannot be used by western standard of medical science. This shows that there are things that can be seen, proven, but cannot logically explained by science, but this does not mean that it does not exist. Religion on the other hand are trying to explain experience which sometimes cannot be explained by science logic because they were not on the same level in the first place. Again, this is only my opinion, you can have yours too.

The Debate On Tempo Magazine Cover

Tempo Magazine Cover

This cover of Tempo Magazine edition 4-10 February 2008 depicts the late former president Soeharto having dinner with his six children in the same composition as Da Vinci’s painting. Apparently there’s a Angkatan Muda Pemuda Kristen (The Alliance of Christian Students and Youths) group that did not agree with the intention of the magazine. They thought that the cover is a blasphemous act against Christian symbols that was originally potrayed by Leonardo da Vinci in this Last Supper picture. The group demanded that Tempo shall publicly apologize and asked the Press Council to punish the magazine. Marselius Simarmata, a spokeperson for the group said, “We want the law enforcers to withdraw copies of the magazine from shelves nation-wide for hurting the Christian and Catholic communities.”

        Toriq Hadad, the executive editor of Tempo magazine publicly apologize to Christian community and hopes that the matter would be considered over. He said that the magazine has no intention to insult any religion with the picture. Tempo executive editor Wahyu Muryadi said he hoped to settle the case through dialog or, if the protesters were not satisfied, through mediation with the Press Council.”We had no intention of insulting the Christian community, but we can not stop any group that wants to take legal measures against us. Tempo has consistently upheld freedom of religion,” Wahyu said.

‘        In response to the lawsuit, Benny Susetyo of the Indonesian Conference of Bishops said the country’s Catholic leaders were calling on the public not to blow the cover out of proportion. “The Catholic hierarchy considers the case settled following Tempo’s apology,” he said.He added the legal measures did not necessarily represent the desires of the Christian community in the country.

‘        Now let us analyze the lawsuit. In my opinion the move to put lawsuit on Tempo magazine is totally ridiculous. Why would you suit someone who change Leonardo da Vinci’s picture on the Last Supper with the reason that they have insult Christianity? If anyone should be offended, it should be the da Vinci’s right representative for being violated on his intellectual rights. There’s no connection whatsoever that the picture insults Christianity. It is art. It pictures what da Vinci thought about the Lord Supper, which is in fact not correct. The Jewish community at Jesus time did not have table for dinner. They would sit on the floor and have a waist low table made out of stone or wood. So the picture was an interpretation of what happened during the Lord Supper. Someone then decided to change the picture with Soeharto and his 6 children. Has the picture became a very important symbol of Christ that it can’t be touched for any cause other than Christian’s?

‘        I would say that the decision on charging a lawsuit over this case is more of a trend rather than the feeling of being insulted. Lawsuit based on religious blasphemy is quite a trend lately in Indonesia. People think that they should defend their religion and God. Tempo magazine said, “Over the last few years, religious blasphemy charges in the country have commonly been leveled at Islamic sects or individuals regarded as “heretical” by mainstream religious groups.”

‘        So why do you defend your religion? What is your basic argument to defend it. If your basic argument is God, then I have some news for you. God did not create religion. God gives God’s grace, love, and commandments, and human reacted to it. As a form of their response towards God’s love, human thanked God and try to create the best way that they thought would be the best way to honor God. Religion is an organized institution of people who respond to God’s calling in their life. A blasphemous act towards religion is actually an attack against human response towards God’s love and not necessarily against God. God does not need our defense. If God is not powerful enough to defend him/herself, then I don’t see any use for us to worship God.

‘        Thus, let us become wiser and think about our actions, especially if we give religious reasons for our actions. The picture on Tempo Magazine cover did not hurt Christianity. If anyone claimed that it did, then they should put it as an insult towards their group that considered the Last Supper picture as a symbol of what their group thinks as a religious symbol. There, I’ve said it.

Read some other comments on Jakarta Post here

Tips Mengajar Lagu Kepada Anak Sekolah Minggu

singing-kids.gifTulisan ini pernah dimuat di buletin terbitan Yamuger (Yayasan Musik Gereja)

  1. Pada dasarnya suara anak sangat lembut dan jernih, karena itu jangan biarkan anak bernyanyi dengan berteriak. Bedakan antara suara bernyanyi, berbicara dan berteriak. Suara bernyanyi ini biasa disebut suara kepala.
  2. menyanyilah dengan sikap menyanyi yang benar (badan tegak tapi rileks), meskipun menyanyi sambil duduk. Katakan kepada anak-anak bahwa mereka adalah raja dan ratu yang sedang memakai mahkota dan mereka harus menjaga agar mahkota itu tidak jatuh. Sikap badan yang baik akan menghasilkan pernafasan yang baik pula.
  3. Nyanyikan lagu sesuai dengan jangkauan anak. Usahakan bernyanyi sesuai dengan nada yang tercantum dalam  buku nyanyian.
  4. Pilih lagu yang sesuai dengan tingkat usia anak. Anak usia 10 tahun akan lebih sesuai untuk menyanyikan KC 6 dibandingkan anak usia 6 tahun. Ajarkan lagu yang lebih pendek dan mudah diingat pesan isi syairnya kepada anak yang lebih kecil.
  5. Persiapkan lagu sematang mungkin, usahakanlah untuk menghapal lagu yang akan diajarkan dengan nilai-nilai not yang tepat.
  6. Kenalkan dulu seluruh lagu kepada anak, nyanyikan dahulu beberapa kali, dan ajak anak untuk mengikutinya pelan-pelan.
  7. Ajarkan bagian demi bagian lagu secara bertahap. Perhatikan nada-nada yang menurut pengajar akan sulit untuk ditangkap anak, sehingga waktu ekstra dapat diberikan untuk mengajarkan bagian tersebut.
  8. Dalam mengajarkan lagu, diharapkan anak besar dapat membaca not dulu baru ke syair, tetapi untuk anak kecil sebaiknya syairnya saja yang langsung diajarkan.
  9. Untuk anak yang belum bisa membaca syair, gambar-gambar dan alat peraga lain dapat digunakan untuk lebih mengenalkan lagu kepada anak-anak. Misalnya, bawalah bunga alami untuk mengajarkan nyanyian tentang bunga (KC 3).
  10. Ulangi lagu yang baru diajarkan pada minggu berikutnya, sampai semua anak menghapalnya.

 

Bahan disadur bebas dari paper “Lokakarya Sekolah Minggu: Bermusik dengan Anak di Sekolah Minggu”, karya Ester Pudjo Widiasih.

Tips Mengiringi Nyanyian Jemaat

Kmk Stt Jakarta In ActionTulisan ini pernah dibawakan dalam Seminar “Mengiringi Jemaat Bernyanyi” di GKI Serang, dan dimuat di Buletin terbitan Yamuger (Yayasan Musik Gereja).

  1. Berlatihlah sebelum memainkan lagu tersebut. Meskipun anda adalah musisi yang sudah terlatih dengan baik, minimum lihat dan kenalilah selalu lagu yang akan dimainkan.
  2. Kenali dahulu karakter lagu. Hal ini berarti kita harus melihat dahulu siapa pencipta lagu itu, di mana dan dalam suasana apa dia diciptakan (konteksnya). Hal ini akan membantu pemusik untuk memainkan ‘suasana’ musik yang benar.
  3. Lihat dinamika lagu tersebut! Tidak semua lagu dimainkan dengan lambat, dan tidak semuanya dimainkan dengan cepat. Tempo lagu bervariasi, karenanya selalu perhatikan tempo lagu yang akan dimainkan.
  4. Perhatikan birama lagu. Jangan mainkan lagu berbirama 3/4 dengan birama 4/4.
  5. Mainkan lagu sesuai dengan nada dasar yang telah diberikan.
  6. Berikan ‘nafas’ pada intro lagu. Jemaat akan lebih mengerti dengan otomatis kapan dia harus mulai bernyanyi ketika pemusik memberi ‘nafas’ pada intro. Artinya, ada bagian yang dimainkan melambat ketika intro akan berakhir dan jemaat akan mulai bernyanyi. Hal ini akan memberi tanda kepada jemaat di mana mereka harus mulai bernyanyi. Berikan juga ‘nafas’ pada bagian interlude dan ketika akan memulai ayat yang baru. Karena itu, iringan yang menggunakan music box akan lebih sulit untuk diikuti Jemaat, karena mereka sulit untuk tahu tahu kapan harus mulai bernyanyi.
  7. Jangan terpengaruh dengan jemaat. Kadang-kadang Jemaat bernyanyi lebih lambat atau lebih cepat dari tempo yang kita mainkan. Usahakan untuk tetap setia pada tempo yang kita mainkan. Kalau memang sudah terbawa, mainkan kembali tempo yang benar di bagian interlude, agar Jemaat dapat mendengar kembali dinamika yang benar.
  8. Jangan korupsi nilai not. Mainkan not yang bernilai 3 ketuk sebanyak 3 ketuk juga. Banyak pemusik gereja yang mengkorupsi harga not dan memainkannya lebih cepat dari yang seharusnya.
  9. Apabila memungkinkan, penggunaan alat musik yang lain di luar piano dan organ seperti tifa, rebana, tamborin, gitar dapat digunakan untuk menambah variasi iringan. Penggunaan alat-alat musik ini juga harus melihat konteks lagu. Menggunakan tifa untuk lagu “Tabuh Gendang” akan lebih sesuai daripada lagu “Sungguh Lembut Tuhan Yesus Memanggil”. Tidak semua Gereja terbuka bagi hal ini, karenanya konsultasikan dahulu dengan Majelis Gereja.
  10. Hal yang terakhir dan yang tidak kalah pentingnya adalah meminta bimbingan Tuhan sebelum mulai mengiringi nyanyian Jemaat. Ingatlah bahwa kita bermain musik untuk mengiringi Jemaat bernyanyi memuji Tuhan, dan bukan bermain musik di tempat-tempat umum lainnya. Selain itu, hal ini akan membantu musisi lebih tenang dan percaya diri.

Mendengar Dan Melakukan

Ringkasan Kotbah Minggu 3 Februari 2008

GKIN Arnhem

Matius 7:24-27

“Mendengar dan Melakukan”

 

            Saudara-saudara terkasih, bagian Alkitab yang kita baca hari ini adalah penutup dari Kotbah di Bukit (Sermon on the Mountain) yang tertulis di Matius 5-7. Bagian ini menjadi sangat terkenal karena inilah catatan tertulis di mana Yesus mengucapkan langsung ajaranNya kepada banyak orang dalam waktu yang cukup lama. Yesus berbicara tentang banyak hal mulai dari ucapan bahagia buat mereka yang menderita, hal berpuasa, hal berdoa, tentang mengumpulkan harta sampai kepada peringatan terhadap ajaran yang sesat. Yesus mengungkapkan kunci dari pengajaranNya pada nas kotbah kita hari ini.

            Pada ayat 21-23 Yesus mengatakan bahwa tidak semua orang yang memanggil dia Tuhan akan selamat. Hal ini menandakan bahwa keselamatan kita tidaklah ditentukan dari seruan kita memanggil Tuhan. Pemilihan keselamatan adalah karunia dari Allah semata. Banyak orang munafik akan berseru hal yang sama kepada Allah, tetapi pada harinya Allah akan tahu siapa yang benar-benar memuliakan Dia.

            Tuhan Yesus menunjukkan melalui perumpamaan bahwa yang membedakan kita adalah mereka yang mendengarkan dan melakukannya. Mereka yang mendengar Firman Allah, seperti kita sekarang, belum tentu melakukannya. Mendengarkan adalah langkah pertama dalam mengetahui Firman Allah, tetapi tidak cukup sampai di situ, kita harus melakukannya. Ketika kita mendengarkan sabda Allah, kita harus memeliharanya (Lukas 11:28), dan yang berbahagia adalah mereka yang melakukannya (Yohanes 13:17). Read the rest of this entry »

Tentang Musik “negro Spiritual”

An Act In Sister Act Singing‘               Mereka menari dan menyanyi. Bertepuk tangan dalam harmoni. Semua bagian tubuh mereka bergerak mengikuti irama seakan-akan mengajak kita untuk membebaskan diri dari kekakuan kita. Suara keluar dengan lantang. Jantung bergetar mendengar kesungguhan mereka bernyanyi. Yaps, ini bukan ciri dari paduan suara yang menyanyi dalam cuplikan film Sister Act, ini adalah ciri-ciri saudara-saudara kita yang berkulit hitam ketika mereka bernyanyi di gereja. Mereka bernyanyi “Negro Spiritual.” Apa itu Negro Spiritual?

‘               Setiap manusia menginginkan kebebasan. Sejarah membuktikan bahwa kaum kulit hitam pernah mengalami penindasan hak-hak asasi mereka. Makna kebebasan dalam peribadatan negro spiritual didasarkan atas pengalaman hidup mereka yang berkisar tentang perjuangan mereka untuk memperoleh kebebasan, hak yang sama dengan kaum kulit putih yang pada akhirnya membawa perubahan terhadap nilai-nilai yang telah ada. Kebangkitan spiritual mereka lewat lagu-lagu dikenal dengan istilah negro spiritual. Negro spiritual merupakan ekspresi mereka akan pengalaman yang pernah mereka dapatkan dari pengalaman mereka yang pahit, dan pengharapan mereka akan adanya sebuah pembebasan. Lagu-lagu negro itu sendiri awalnya dikenal dalam gereja komunitas kulit hitam.
‘             Musik Negro Spiritual adalah musik yang kaya akan ritmik. Hal ini disebabkan karena dasarnya adalah musik Afrika yang mengembangkan permainan alat musik perkusi. Musik negro spiritual terdiri dari tangga nada pentatonik (hanya terdiri dari 5 nada). Tetapi pada perkembangannya memungkinkan jika digunakan tangga nada heptatonik terutama pada abad 19 (untuk musik-musik jazz dan blues). Harmoni-harmoni yang digunakan pada umumnya sangat sederhana tetapi kokoh. Read the rest of this entry »