Rubrik
Olahraga
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Jawa Timur
Berita Yang lalu
Audio Visual
Pergelaran
Otonomi
Rumah
Teknologi Informasi
Agroindustri
Makanan dan Minuman
Properti
Sorotan
Swara
Teropong
Telekomunikasi
Bentara
Ilmu Pengetahuan
Muda
Musik
Kesehatan
Investasi & Perbankan
Esai Foto
Furnitur
Otomotif
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Ekonomi Internasional
Jendela
Pustakaloka
Ekonomi Rakyat
Fokus
Wisata
Dana Kemanusiaan
Pendidikan Dalam Negeri
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 11 Juni 2003

Kabupaten Landak

KABUPATEN yang belum genap berusia empat tahun ini 30 persen wilayahnya berupa hutan. Dari jumlah itu seperlima kegiatan usaha ekonominya dihasilkan dari kehutanan.

PERTANIAN menjadi ujung tombak kegiatan ekonomi Landak. Setiap tahun tidak kurang dari separuh total kegiatan ekonomi dihasilkan oleh pertanian. Tahun 2001 nilai kegiatan ekonomi pertanian Rp 730,6 miliar. Dari kegiatan ekonomi pertanian ini, kehutanan menjadi penyumbang terbesar 37 persen.

Nilai usaha kehutanan meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 1997, ketika masih bergabung dengan Kabupaten Pontianak, nilai usaha kehutanan Rp 134,6 miliar. Empat tahun kemudian menjadi Rp 271 miliar.

Dibandingkan dengan pertumbuhan total kegiatan ekonomi daerah, prestasi kehutanan masih di bawahnya. Total kegiatan ekonomi daerah dari tahun 1997 meningkat 110 persen sehingga menjadi Rp 1,3 triliun pada tahun 2001. Namun, dari sisi kontribusi, kehutanan menjadi penyumbang terbesar.

Sumbangan yang besar telah menyamarkan kontribusi kehutanan yang sebenarnya cenderung menurun. Tahun 1998, kontribusi kehutanan 21,4 persen. Tiga tahun kemudian tinggal 20,2 persen. Patut diduga kemerosotan ini merupakan cermin kerusakan hutan yang semakin parah. Bencana banjir dan kekeringan pun sudah mengintip Landak.

Kasus penyelundupan kayu masih merajalela. Data yang pernah beredar di kalangan pemerhati lingkungan di Kalimantan Barat, kasus eksploitasi hutan secara liar di Landak terpusat di Kecamatan Air Besar. Sekitar 80 persen hasil selundupan ini dijual ke Malaysia melalui pos lintas batas di Bengkayang dan Sanggau. Sementara itu, 20 persen lainnya untuk pasar lokal dan Pulau Jawa. Diperkirakan sebagian besar kegiatan ekonomi kehutanan diperoleh dari usaha tidak sah.

Pudarnya peranan kehutanan tidak lepas dari pertumbuhan kelompok sektor tersier yang cukup bagus dengan perdagangan sebagai motornya. Secara umum, sektor ini meningkat lima persen sejak tahun 1998 menjadi 31,5 persen. Sektor perdagangan memiliki peran cukup menonjol, yaitu dari 16,5 persen menjadi 19 persen. Perkembangan di sektor perdagangan ini tidak lepas dari hasil pertanian dan produk olahannya yang menjadi andalan Landak. Karet dan crude palm oil merupakan komoditas utama yang diperdagangkan ke Kota Pontianak.

Perkebunan menjadi kegiatan usaha andalan. Tahun 2001 bidang usaha ini membukukan nilai Rp 223,7 miliar. Angka itu merupakan nilai tertinggi sejak tahun 1997. Karet dan kelapa sawit masih menjadi komoditas unggulan. Sekitar 300.000 hektar lahan perkebunan disiapkan untuk menyambut datangnya para investor ke Landak.

Perkembangan pertanian tanaman bahan pangan tidak sebagus perkebunan dan kehutanan. Pada tahun 2001 nilai usaha bidang ini menurun dua persen. Penurunan nilai usaha produksi ini mungkin dipengaruhi oleh banyaknya lahan tidur. Tidak kurang 25.214 hektar sawah tidak diusahakan.

Untuk menjaga kestabilan kegiatan usaha pertanian, dinas terkait mulai menerapkan strategi khusus. Pemusatan pengembangan komoditas menjadi pilihan pemkab. Di antaranya Senakin Komplek di Kecamatan Sengah Temila sebagai sentra pembenihan padi, ikan, dan ternak. Sompak Komplek di Kecamatan Mempawah Hulu, Sebangki Komplek di Kecamatan Sebangki, dan Dara Itam Komplek di Kecamatan Ngabang dijadikan pusat pengembangan tanaman padi.

Masa depan Landak tidak lepas dari usaha pertanian yang menyerap 89 persen penduduk usia kerja. Penyebarannya merata di setiap kecamatan dengan konsentrasi cukup menonjol di Kecamatan Ngabang, Sengah Temila, Mempawah Hulu, dan Menyuke.

Peluang pengembangan di luar sektor pertanian masih samar-samar. Hal ini semata-mata disebabkan oleh kesiapan sumber daya manusia yang belum memadai. Dari penduduk usia kerja 141.143 jiwa, 90 persen dikategorikan pekerja tidak terampil. Bidang pertanian lalu menjadi sasaran menggantungkan hidup. Akibatnya, pertumbuhan di bidang pertanian cenderung melambat. Sementara tenaga kerja profesional hanya dua persen dan sisanya tenaga kerja terampil.

Percepatan pemkab memberdayakan aparat pun masih menghadapi kendala. Beberapa fasilitas perkantoran dan peralatan komunikasi sebagai penunjang pelayanan masyarakat masih dalam tahap pengadaan. Pusat pemerintahan saat ini masih bersifat sementara. Pembangunan perkantoran pemkab yang lokasinya berseberangan dengan gedung DPRD masih dalam tahap persiapan lahan. Pelayanan menjadi semakin tersendat karena 30 persen jabatan struktural belum terisi.

Sarana komunikasi dan transportasi masih jauh dari memadai. Sarana telepon masih terbatas untuk Kecamatan Ngabang, sebagai pusat pemerintahan kabupaten. Apalagi telepon selular, yang banyak dimiliki pejabat, belum berfungsi akibat tidak ada operator yang berinvestasi di Landak. Khusus transportasi, pemda memprioritaskan pembangunannya dengan alokasi dana terbesar dari anggaran pembangunan sejak tahun 2001.

Di tengah tuntutan masyarakat untuk dapat hidup lebih sejahtera, pemda dituntut harus mampu membiayai kebutuhan operasionalnya. Salah satu sumber pendanaan berasal dari pendapatan asli daerah (PAD). Namun, upaya menggali PAD masih kembang kempis. Tahun 2001, pemkab membukukan nilai Rp 618,8 juta. Tahun 2002 meningkat dua kali lipat menjadi Rp 1,2 miliar dan tahun 2003 ditargetkan mengumpulkan PAD Rp 1,8 miliar.

PAD Landak belum mampu menutupi pos DPRD senilai Rp 3 miliar dalam RAPBD 2003, kalau untuk kebutuhan anggota legislatif dan sekretariatnya dibebankan kepada PAD. Kerja keras pemkab menarik uang rakyat berarti tersedot hanya untuk DPRD.

Ke depan, Kabupaten Landak masih akan bergulat dengan permasalahan sumber daya manusia. Tahun 2001, komposisi penduduk usia muda (0- 14 tahun) 39 persen. Usia produktif (15-64 tahun) 59 persen. Jumlah penduduk usia produktif yang sebagian besar masuk dalam angkatan kerja akan menjadi masalah baru, seandainya lapangan kerja tidak disiapkan.

Selain lapangan pekerjaan, pemda dihadapkan pada masalah serius dalam menekan angka buta huruf yang tahun 2001 masih tercatat 12 persen.

Aritasius Sugiya/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Landak

·

Beban Berat pada Lingkungan



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS