Rubrik
Olahraga
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Jawa Timur
Berita Yang lalu
Audio Visual
Pergelaran
Otonomi
Rumah
Teknologi Informasi
Agroindustri
Makanan dan Minuman
Sorotan
Ilmu Pengetahuan
Properti
Swara
Teropong
Telekomunikasi
Bentara
Muda
Musik
Kesehatan
Investasi & Perbankan
Esai Foto
Furnitur
Otomotif
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Ekonomi Internasional
Jendela
Pustakaloka
Ekonomi Rakyat
Fokus
Wisata
Dana Kemanusiaan
Pendidikan Dalam Negeri
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 18 Juni 2003

Kabupaten Hulu Sungai Utara

KERAJAAN Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran sungai: Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Sampai sekarang bekas kerajaan tersebut masih dijumpai sebagai situs purbakala Candi Agung di pedesaan Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, lima meter di atas permukaan laut.

NEGARADIPA kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai. Ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara ini terletak di daerah rawa dengan ketinggian tiga meter di atas permukaan laut. Begitu juga topografi enam kecamatan lain, rata-rata pada dataran rendah dengan ketinggian 2 sampai 4 meter di atas permukaan laut.

Sebelum 25 Februari 2003, Hulu Sungai Utara sebagai pusat pertumbuhan Banua Lima (terdiri atas Kabupaten Tabalong, Tapin, Hulu Sungai Tengah, Utara, dan Selatan) masih terbagi dalam dua wilayah topografi: dataran rendah dan dataran tinggi. Sayang, wilayah dataran tinggi dimekarkan menjadi Kabupaten Balangan dengan mengambil potensi pertambangan dan perkebunan dari kabupaten induk.

Kabupaten induk yang berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah ini harus banting setir ke pertanian sebagai andalan yang pada tahun 2002 menyumbang 26,57 persen dari total kegiatan ekonomi, dan berada di urutan kedua setelah pertambangan. Pemekaran tak menutup kemungkinan pertanian yang diperkuat tanaman pangan, peternakan, dan perikanan menjadi sektor yang memiliki nilai strategis bagi pembentukan perekonomian daerah. Perekonomian didukung oleh 60 persen penduduk bermata pencaharian petani, serta sumber daya alam sekitar daerah aliran sungai dan lahan rawa lebak 1.333 hektar beririgasi teknis.

Peternakan di Hulu Sungai Utara sejak lama dikenal dengan itik alabio dan kerbau rawa. Sistem pemeliharaan itik ini tidak memerlukan perlakuan khusus seperti ternak unggas lain. Beternak itik alabio merupakan usaha turun-temurun penduduk setempat yang didukung ekosistem sekitar berupa rawa. Sebagai salah satu itik spesies unggul di Indonesia, unggas yang punya ciri khas paruh dan kaki kuning ini populasinya tahun 2002 mencapai 1,1 juta ekor, lebih banyak dari populasi ternak lainnya. Sayang, populasi yang besar itu tidak didukung oleh kontribusinya pada kegiatan ekonomi daerah. Tahun 2002 sumbangannya Rp 50 miliar.

Asal mula nama alabio yang dipopulerkan oleh drh Saleh Puspo tahun 1950, berasal dari nama daerah di Kecamatan Sungai Pandan. Dari Desa Alabio, Kecamatan Sungai Pandan, dan Manan, Kecamatan Amuntai Selatan, telur-telur itik ditetaskan. Selanjutnya anak-anak itik dijual di Pasar Alabio. Biasanya peternak dari Sungai Pandan, Danau Panggang, dan Amuntai Utara yang membeli dan memelihara. Pasar Alabio kemudian berkembang menjadi pasar unggas yang tidak hanya menjual anak itik, tetapi juga ayam buras dan ras.

Hasil unggas Anas platurynctos borneo ini telur dan daging. Produksi telur cukup banyak dibanding itik lain di Indonesia, berkisar 200–300 butir per ekor setiap tahun. Tahun 2001, jumlah telur itik ini 5,5 juta butir. Telur yang dikemas dalam bentuk segar dan asin dipasarkan ke Provinsi Kalimantan Timur dan Tengah dengan harga Rp 650 per butir. Sementara dagingnya, selain diolah menjadi masakan seperti oseng-oseng, sate dan itik panggang, juga diolah menjadi dendeng dan kerupuk itik. Dendeng itik alabio dihasilkan dari industri rumah tangga di Desa Sungai Karias, Tanggal Ulin, Tambalangan, dan Antasari di Kecamatan Amuntai Tengah. Produk ini baru dipasarkan ke pasar lokal Kalimantan Selatan.

Potensi khas peternakan Hulu Sungai Utara yang lain adalah kerbau rawa. Produksi dagingnya 36 ton. Kerbau rawa juga dimanfaatkan untuk penunjang pariwisata. Kerbau yang dipelihara di rawa-rawa di Kecamatan Danau Panggang ini dilatih untuk memberikan atraksi bagi wisatawan, seperti lomba renang kerbau rawa.

Berlokasi di dataran rendah berlahan rawa lebak, Hulu Sungai Utara berpotensi meningkatkan tanaman pangan sebab lahan tersebut kaya akan kandungan gambut dan unsur hara. Lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan saat musim kemarau dan hujan ini ditanami padi dan kedelai bergantian. Menanam di lahan lebak memerlukan sentuhan fisik untuk mengendalikan air yang masuk ke lahan tersebut. Produksi padi yang dikenal masyarakat setempat sebagai padi surung dan rintak mencapai 174.637 ton tahun 2002, meningkat 14 persen dari tahun sebelumnya. Produksi ini bahkan menjadi penyangga pangan Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya di Kabupaten Barito Utara dan Selatan.

Dari pertanian tanaman pangan, kedelai diandalkan menyumbang pasar nasional. Tanaman bahan baku tahu tempe ini mulai dikembangkan di 10.000 hektar lahan lebak sejak tahun 1998. Sampai tahun keempat, kedelai tumbuh di lahan 5.000 hektar dan pembibitan penangkaran di lahan 1.756 hektar. Hasil olahan berupa susu, tahu, dan tempe diproses lewat industri rumah tangga dan dipasarkan untuk konsumsi lokal. Kedelai mentah selain untuk kebutuhan nasional, juga untuk bahan baku pabrik kecap di Banjarmasin.

Kegiatan ekonomi Hulu Sungai Utara juga diramaikan 26.000 unit usaha industri kecil yang melahirkan banyak industri kerajinan rakyat khas, seperti anyaman bambu dan rotan, mebel kayu, lampit rotan, sulaman bordir, tenun gedogan, tikar purun, dan kopiah haji. Meski hanya memberikan kontribusi Rp 74 miliar pada kegiatan ekonomi di tahun 2002, sebagian komoditas menembus pasar ekspor. Lampit, keranjang, dan pemukul kasur dari bahan rotan menembus pasar Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, dengan total nilai investasi 848.400 dollar AS. Selain diperdagangkan ke pasar internasional, pasar nasional juga tidak kalah bersaing.

M Puteri Rosalina/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Hulu Sungai Utara

·

Tempat Itik dan Kerajinan Berjaya



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS