Rubrik
Olahraga
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Jawa Tengah
Berita Yang lalu
Kesehatan
Audio Visual
Pergelaran
Otonomi
Teknologi Informasi
Dana Kemanusiaan
Pendidikan Dalam Negeri
Teropong
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Ekonomi Internasional
Sorotan
Ilmu Pengetahuan
Properti
Swara
Telekomunikasi
Bentara
Rumah
Musik
Jawa Timur
Investasi & Perbankan
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Jendela
Pustakaloka
Ekonomi Rakyat
Fokus
Wisata
Muda
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Selasa, 08 Juli 2003

Kabupaten Maluku Tenggara Barat

LAUT selalu menawarkan beragam pesona dan suasana. Kadang gelombangnya ganas menakutkan, kadang terlihat tenang menenteramkan. Di dalamnya terdapat segala ragam jenis ikan dan kekayaan alam lain yang tiada habisnya. Bagi Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang 88 persen wilayahnya berupa samudera, hamparan laut merupakan harapan masa depan.

LUAS wilayah kabupaten ini 125.422 kilometer persegi, terdiri dari bentangan laut 110.838 km˛ dan daratan 14.584 km˛. Penduduknya tinggal di 88 pulau dari 133 pulau yang ada. Itulah anugerah alam yang dihadapi dan digeluti sehari-hari.

Berangkat dari kondisi alam seperti itu, pemerintah kabupaten bersama para pemuka adat pada tanggal 27 Agustus 2002 mendeklarasikan wilayahnya sebagai kabupaten bahari Nusantara.

Pendeklarasian ini dijadikan titik tolak penyadaran dan pengembangan perekonomian masyarakat yang lebih difokuskan pada optimalisasi sumber daya laut. Masyarakat diajak melihat bahwa lautan luas di sekitar mereka, kalau dikelola dengan tepat akan meningkatkan perekonomian mereka. Namun, mengubah pandangan tersebut tidak semudah mengatakannya karena menyangkut budaya dan etos kerja masyarakat yang cenderung agraris.

Tahun 2001 total perekonomian Rp 367,6 miliar dengan 53,7 persen kontribusi sektor pertanian. Sumbangan perikanan Rp 83,9 miliar, 22,8 persen dari total perekonomian.

Sebaliknya, hasil bumi kabupaten yang menjadi daerah otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 ini cenderung menurun. Kontribusi gabungan tanaman bahan pangan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan tahun 1999 mencapai 34,3 persen, tahun berikutnya 32,5 persen, dan tahun 2001 turun lagi menjadi 30,9 persen

Hasil tangkapan ikan tahun 2001 baru 4.520 ton. Kalau dilihat dari luas wilayah lautan, hasil tangkapan tersebut jauh dari harapan, mengingat potensi perikanan di sana seperti ikan tuna, cakalang, tongkol, marlin, dan tenggiri 755.000 ton per tahun. Saat ini harga hasil tangkapan laut per kg seperti ikan tuna Rp 3.000-Rp 5.000, kerapu Rp 15.000, udang windu Rp 4.000-Rp 5.000.

Kecilnya hasil tangkapan tersebut seimbang dengan kondisi peralatan, sumber daya manusia, dan cara penangkapan. Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan, terdapat 3.220 perahu tanpa motor, 230 motor tempel, dan 93 kapal motor.

Nelayan yang jumlahnya sekitar 11.100 jiwa sebagian besar masih menangkap dan mengelola hasil tangkapan secara tradisional. Sarana penangkap ikan yang digunakan masih berupa jaring, pancing, bubu, jala, dan alat pengumpul lainnya. Sentra penghasil ikan berada di Kecamatan Tanimbar Selatan dan Tanimbar Utara.

Oleh karena itulah dalam memacu peningkatan pendapatan wilayah ini, terutama dari sumber daya kelautan, Dinas Kelautan dan Perikanan mendidik dan meningkatkan keterampilan nelayan. Nelayan diajak lebih berani ke tengah laut tempat beradanya ikan-ikan yang diminati pasar. Bahkan, beberapa nelayan dikirim mengikuti pendidikan di Ambon. Mereka nantinya bisa menjadi tutor bagi nelayan lainnya.

Aparat Dinas Perkebunan juga diminta terjun ke laut dan mendampingi para nelayan membudidayakan rumput laut, agar-agar, dan teripang. Mereka mengelola ratusan hektar lahan pembudidaya komoditas tersebut dengan sistem perkebunan inti rakyat (PIR) dan warga setempat sebagai peserta plasma.

Makanan pokok penduduk Maluku Tenggara Barat (MTB) bervariasi menurut tempat di mana mereka tinggal. Di Kecamatan Tanimbar, sebagian besar penduduk mengonsumsi umbi-umbian. Jagung dikonsumsi di Kecamatan Babar, Leti Moa Lakor, dan Pulau-Pulau Terselatan. Sedangkan di Kecamatan Pulau Wetar, pemekaran dari Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, pisang menjadi makanan pokok sebagian penduduk di sana.

Hasil panen padi ladang wilayah ini setiap tahunnya tidak mencukupi kebutuhan. Tahun 2001 dari panen padi ladang seluas 751 hektar dihasilkan 1.432 ton. Jumlah tersebut merupakan separuh total produksi padi ladang di Provinsi Maluku yang tercatat 2.780 ton. Kabupaten ini merupakan penghasil jagung terbesar di Maluku, menghasilkan 5.128 ton dari 7.380 ton produksi jagung seluruh provinsi.

Daratan yang ada juga didayagunakan untuk mengembangkan perkebunan. Dari 43.139 hektar luas areal perkebunan dihasilkan kelapa, cengkeh, kakao, pala, kopi, mete, dan kapuk. Produksi terbesar adalah kelapa (25,257 ton) yang tumbuh hampir di setiap pulau di kabupaten ini. Sentranya berada di Kecamatan Tanimbar Selatan dan Tanimbar Utara. Kelapa dikeringkan menjadi kopra, dari 5 kg kelapa menjadi 1 kg kopra.

Kopra, pala, kakao, cengkeh, dan hasil ikan laut beku melalui Provinsi Maluku diekspor ke luar negeri. Negara-negara tujuan ekspor di antaranya Cina, Hongkong, Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia.

Wilayah yang produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita tahun 2001 sebesar Rp 2,1 juta ini juga menyimpan kekayaan alam selain dari laut. Di Kecamatan Wetar terdapat endapan emas dan tembaga. Mangan terdapat di Kecamatan Moa Lakor, belerang di Kecamatan Pulau Pulau Babar, dan batu gamping di Kecamatan Damer. Sedangkan minyak bumi dan gas alam di Pulau Marsela, Kecamatan Pulau Pulau Babar. Semua sumber daya alam tersebut kini masih dalam tahap eksplorasi.

Bulan April 2003 terjadi pemekaran kecamatan di MTB, dari lima kecamatan menjadi 17 kecamatan. Berlipat gandanya jumlah kecamatan bisa membawa dampak positif bagi penduduk yang selama ini hidup terpencar di pulau-pulau. Mereka menjadi lebih dekat, baik dalam jarak maupun dalam pelayanan. Informasi program pemerintah daerah kabupaten MTB akan lebih cepat sampai ke penduduk. Namun, itu baru berupa harapan yang realisasinya masih akan terjawab di tahun-tahun mendatang.

FX Sriyadi Adhisumarta Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Maluku Tenggara Barat

·

Memanfaatkan Celah Adat dan Keterasingan



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS