Rubrik
Dikbud
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Berita Utama
Olahraga
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Rumah
Kesehatan
Audio Visual
Otonomi
Wisata
Pendidikan Dalam Negeri
Ilmu Pengetahuan
Teropong
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Ekonomi Internasional
Sorotan
Properti
Swara
Telekomunikasi
Bentara
Teknologi Informasi
Musik
Dana Kemanusiaan
Investasi & Perbankan
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Jendela
Pustakaloka
Ekonomi Rakyat
Fokus
Pergelaran
Muda
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 23 Juli 2003

Kabupaten Kepulauan Simeulue

DI antara pulau-pulau di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Simeulue mungkin jarang didengar orang. Selama ini orang lebih banyak mendengar Pulau Weh sebagai pulau yang cantik. Di sana juga terletak Kota Sabang yang cukup dikenal karena diabadikan dalam salah satu lagu nasional. Namun, mendengar nama Kepulauan Simeulue, orang tidak banyak tahu. Padahal, pulau yang bisa dicapai dengan menumpang kapal feri dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, atau pesawat berbadan kecil ini menyimpan kecantikan dan potensi yang tak kalah oleh wilayah lain.

SALAH satu potensi itu adalah kekayaan hutan yang mendominasi luas lahan darat Kepulauan Simeulue. Kabupaten ini memiliki 100.000 hektar lebih hutan atau 50 persen dari total luas wilayah. Potensi kayu hutan sangat menjanjikan. Terlebih dari luas hutan tersebut, mayoritas hutan produksi terbatas maupun tetap. Banyak peluang memanfaatkan hutan dan hasilnya asalkan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.

Sayangnya, pemanfaatan hutan di kepulauan yang bulan November 2002 mengalami gempa bumi cukup hebat itu, selama ini tidak memperhatikan aspek tersebut. Cara yang digunakan mengeksploitasi sumber daya alam khususnya hutan di Simeulue tidak ramah lingkungan. Misalnya, penebangan kayu ilegal dan perambahan hutan tak terkendali. Eksploitasi seperti ini menjadi salah satu penyebab bencana alam longsor, banjir, dan erosi.

Padahal, aktivitas penduduk dari pemanfaatan hutan dan hasilnya adalah penyumbang terbesar kedua kegiatan ekonomi Kepulauan Simeulue. Dengan kontribusi 21 persen pada produk domestik regional bruto (PDRB) tahun 2001, lapangan usaha kehutanan berada di bawah peternakan yang menyumbang 25 persen. Selain kayu bulat, hutan Simeulue juga menghasilkan beberapa jenis rotan, seperti manau, saga, dan lain-lain. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) hingga tahun 2001 tercatat tujuh perusahaan dan satu koperasi.

Mungkin sedikit mengherankan di sebuah wilayah yang benar-benar dikelilingi lautan seperti Kepulauan Simeulue ini, perikanan bukan andalan utama ekonomi. Kontribusinya dalam kegiatan ekonomi tidak sampai tiga persen. Tenaga kerja yang menggeluti lapangan usaha ini pun sekitar 3.000 orang. Pada tahun 2001 produksi perikanan laut 339 ton dengan nilai produksi Rp 2,03 miliar. Selain produksi perikanan laut kecil, hasil budidaya perikanan darat seperti tambak dan kolam juga tidak dapat diharapkan. Dengan luas tambak 711 hektar dan kolam 494 hektar, produksi tahun 2001 masing-masing 13 dan 26 ton. Belum berkembangnya lapangan usaha yang sangat potensial di kepulauan ini disebabkan rendahnya teknologi kelautan yang dimiliki penduduk. Untuk melaut, nelayan Simeulue masih sangat bergantung pada musim. Perahu yang mereka miliki juga didominasi perahu tanpa motor ukuran sedang. Tidak mungkin menghasilkan tangkapan besar jika kendala ini masih dimiliki.

Simeulue justru sangat unggul dalam pengembangan peternakan. Lapangan usaha ini juga yang menjadi kontributor utama kegiatan ekonomi kabupaten yang memiliki 41 pulau kecil di sekeliling pulau utama Simeulue. Populasi hewan ternak terbanyak kerbau dan ayam buras. Ternak kerbau tahun 2001 populasinya 33.414 ekor, merupakan ternak yang paling banyak diperdagangkan ke luar daerah. Pada tahun yang sama, sekitar 1.500 ekor kerbau didistribusikan ke luar Simeulue. Meski demikian, mayoritas penduduk bergelut di lapangan usaha pertanian tanaman pangan. Hampir 62 persen dari total penduduk menggelutinya. Jenis tanaman pangan khas yang banyak dihasilkan adalah ubi kayu dan ubi jalar. Selain pertanian tanaman pangan, penduduk juga banyak yang terjun di perkebunan.

Bisa dikatakan, Kabupaten Kepulauan Simeulue sesungguhnya menyimpan potensi sumber daya alam yang cukup besar asalkan pengelolaannya ramah lingkungan. Kekayaan laut yang belum dimanfaatkan maksimal, hutan dan hasil-hasilnya, pertanian, perkebunan, serta peternakan. Namun, daerah ini membutuhkan banyak tangan-tangan ahli yang mampu mengoptimalkan kekayaan alam. Selain itu, posisi geografis kabupaten yang cukup jauh dari pusat pemerintahan provinsi maupun kabupaten dan kota lain di dalam maupun luar provinsi, cukup menyulitkan pengembangan ekonomi kabupaten kepulauan ini. Apalagi, wilayah ini juga belum mengembangkan agroindustri yang mampu mengolah kekayaan alam menjadi komoditas dengan nilai tambah. Komoditas pertanian, perikanan, hutan, perkebunan, dan peternakan dipasarkan dalam bentuk bahan baku non-olahan.

Oleh sebab itu, meski pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat setiap tahun dengan pencapaian di tahun 2001 sebesar 2,9 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi provinsi 1,5 persen, Simeulue tetap tercatat sebagai salah satu wilayah dengan jumlah penduduk miskin cukup banyak. Hingga pertengahan tahun 2003, penduduk miskin dan sangat miskin lebih dari 46.000 orang atau sekitar 71 persen dari jumlah penduduk. Ia juga memiliki pendapatan per kapita yang rendah dibanding rata-rata provinsi. Pada tahun 2001 sebesar Rp 2,3 juta, sementara pendapatan per kapita provinsi Rp 3,7 juta.

Untuk menjadikan kabupaten ini lebih menjanjikan dari sisi ekonomi, jalan utamanya adalah mengundang pemodal. Keterisolasian daerah selama ini menjadi kendala investor datang dan menanam uang mereka. Karena itu, upaya pemerintah membangun infrastruktur transportasi yang memadai mutlak diperlukan. Terlihat dalam realisasi APBD tahun 2001, 61 persen belanja pembangunan disalurkan untuk pembangunan transportasi. Selain itu, peningkatan mutu sumber daya manusia juga dibutuhkan untuk mampu mengelola kekayaan alam di kabupaten yang bentuknya bisa dikatakan sebagai Indonesia mini ini.

Palupi P Astuti Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Kepulauan Simeulue

·

Negeri Aman di Samudera Hindia



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS