Rubrik
Dikbud
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Berita Utama
Olahraga
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Rumah
Kesehatan
Audio Visual
Otonomi
Wisata
Pendidikan Dalam Negeri
Pergelaran
Ilmu Pengetahuan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Ekonomi Internasional
Sorotan
Properti
Swara
Telekomunikasi
Bentara
Teknologi Informasi
Musik
Dana Kemanusiaan
Investasi & Perbankan
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Jendela
Pustakaloka
Ekonomi Rakyat
Fokus
Teropong
Muda
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 31 Juli 2003

Kabupaten Tanah Datar

WILAYAH agraris dengan suhu udara berkisar 12–25 derajat Celsius ini termasuk daerah yang diuntungkan oleh alam dan kondisi perekonomian daerah sekitarnya. Sektor pertanian, industri, perdagangan, dan jasa menjadi penopang perputaran ekonomi daerah.

PADA tahun 2001, kegiatan usaha yang dihasilkan sektor pertanian memberikan kontribusi 37 persen atau Rp 625 miliar. Meski tidak dapat dikatakan dominan terhadap total kegiatan usaha, usaha pertanian menyerap 56 persen penduduk usia kerja.

Lahan pertanian yang subur dan potensial untuk diolah hanya meliputi 59 persen wilayah kabupaten. Komoditas andalan sektor pertanian adalah padi dan tanaman hortikultura. Tanaman padi mampu panen sepanjang tahun dengan mengandalkan air pegunungan. Produksi padi yang merata di setiap kecamatan selalu surplus. Tahun 2002, misalnya, padi surplus 70.000 ton beras. Kelebihan produksi beras didistribusikan ke Jambi dan Riau.

Satu langkah inovatif Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar adalah membuat terobosan baru dengan mengembangkan tanaman hortikultura organik. Jerami padi yang menumpuk setiap habis panen, selain untuk pakan ternak, diolah menjadi pupuk kompos guna memupuk tanaman hortikultura yang sedang dirintis.

Dalam tahap awal dikembangkan 6,5 hektar sayuran organik. Beberapa produk hortikultura organik yang dihasilkan adalah brokoli, selada merah, selada hijau, labu siam, dan wortel. Hasil pertanian organik dipasarkan di pusat sayuran organik di tepi Jalan Padang Panjang–Bukit Tinggi. Bahkan, beberapa di antaranya menembus pasar supermarket di Padang.

Komoditas jagung dan kacang tanah dibudidayakan di seluruh kecamatan. Tahun 2002, produksi jagung 10.744 ton dan kacang tanah 1.014 ton. Produksi jagung cukup menonjol di Kecamatan Rambatan, Salimpaung, dan Lima Kaum. Sementara, kacang di Kecamatan Rambatan, Batipuh, dan Pariangan. Selain menyuplai kebutuhan lokal, produk pertanian juga diperdagangkan ke Pekanbaru dan Padang.

Tanaman perkebunan yang masih menjadi unggulan Tanah Datar adalah kayu manis (cassiavera) dan kopi arabika. Kayu manis yang banyak digeluti petani di setiap kecamatan merupakan komoditas ekspor unggulan. Tahun 2001 produksi kayu manis 1.835 ton yang dipanen dari lahan 5.682 hektar. Tanaman hias dan bunga potong akan segera dikembangkan di daerah yang suhu udaranya sejuk, seperti Kecamatan Sepuluh Koto dan Pariangan di lereng Gunung Merapi.

Dinas Pertanian mencatat penurunan produksi pertanian lima tahun terakhir. Sebagai daerah agraris yang boleh dikatakan tidak memiliki hambatan pengairan dan kesuburan tanah, kemerosotan produksi cukup merisaukan. Hal ini disebabkan masih banyak hama yang menyerang tanaman pertanian, seperti wereng. Di samping itu, terjadi alih usaha petani yang semula bertanam padi ke tanaman cabe atau komoditas yang laku di pasar serta lintas sektoral yang semula petani menjadi pedagang atau perajin.

Secara makro, kelompok usaha tersier-perdagangan, pengangkutan, keuangan, serta jasa-tahun 2000 mendahului kontribusi kelompok usaha primer, terdiri dari pertanian dan pertambangan sebagai penyumbang terbesar kegiatan ekonomi. Akibatnya, terjadi pergeseran pada 2001 di mana kelompok usaha tersier menyumbang 41,5 persen, sedangkan usaha primer 39 persen.

Perubahan iklim kegiatan usaha ini dapat dimaklumi, melihat perkembangan kecamatan-kecamatan yang saat ini berjumlah 14. Wilayah barat Tanah Datar berbatasan dengan Kota Padang Panjang yang berkembang cukup pesat. Kegiatan ekonomi di Kota Padang Panjang langsung berdampak pada Kecamatan Sepuluh Koto dan Batipuh. Aktivitas perekonomian kedua kecamatan tersebut bertopang pada perdagangan komoditas hasil pertanian dan industri kecil kerajinan. Begitu pula pengaruh Kota Sawahlunto di selatan yang berbatasan dengan Kecamatan Padang Ganting dan Lintau Buo. Masyarakat di Kecamatan Rambatan, Lima Kaum, Tanjung Emas, Sungayang, dan Sungai Tarab terkena imbas kegiatan ekonomi di Batu Sangkar.

Pertumbuhan perdagangan besar dan eceran yang menyerap 20.196 tenaga kerja mencapai 3,4 persen. Pertumbuhan sektor industri 2,8 persen tiap tahun sejak tahun 1998 ikut mendorong perdagangan yang bertumpu pada produk industri kerajinan. Dari 7.832 unit usaha industri kecil, terdapat 567 unit usaha pertenunan dan sulaman menjamur di Tanah Datar.

Tenunan Pandai Sikek adalah salah satu maskot kerajinan tangan Tanah Datar. Dalam satu jam, penenun merajut 880 helai benang sepanjang dua cm. Selendang kain songket berukuran 160 x 35 cm diselesaikan dalam waktu dua bulan.

Selendang kain songket Pandai Sikek kualitas nomor satu dihargai Rp 1,5 juta. Sementara, kualitas kelas dua Rp 800.000 dan kualitas paling rendah (nomor tiga) Rp 600.000. Selain karena proses penenunan yang makan waktu lama, bahan baku pun, berupa benang emas, masih diimpor dari India. Bahan baku lainnya, seperti benang sutra dan katun sudah dapat dibeli di pasar lokal, terutama di Padang. Kegiatan usaha perdagangan dengan komoditas pertanian dan industri kerajinan ini terpusat di jalur lintas Sumatera dan obyek wisata seperti Kecamatan Sepuluh Koto, Pariangan, serta ibu kota kabupaten.

Kabupaten Tanah Datar yang dikelola dengan mengadopsi pola manajemen perusahaan menunjukkan kemajuan. Dalam kurun waktu tiga tahun terjadi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Pada tahun 2000, pemasukan PAD Rp 1,7 miliar. Dua tahun kemudian naik menjadi Rp 11,3 miliar. Tahun 2003 PAD ditargetkan menyumbang kas daerah sekitar Rp 15 miliar, di mana 60 persen berasal dari kutipan retribusi dan pajak daerah, dan sisanya dari bunga cash management. Perolehan ini menjadi tidak berarti kalau tingkat kesejahteraan masyarakat tidak terangkat. Sebab, seluruh perolehan keuangan tersebut harus dikembalikan lagi kepada kepentingan masyarakat.

Aritasius Sugiya/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Tanah Datar

·

SDA Terbatas, Praktik Pemerintahan Berkualitas



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS