Rubrik
Olahraga
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Jawa Tengah
Berita Yang lalu
Rumah
Kesehatan
Audio Visual
Otonomi
Dana Kemanusiaan
Wisata
Musik
Pergelaran
Teropong
Ilmu Pengetahuan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Ekonomi Internasional
Sorotan
Properti
Swara
Telekomunikasi
Teknologi Informasi
Muda
Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Investasi & Perbankan
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Jendela
Pustakaloka
Ekonomi Rakyat
Fokus
Bentara
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 07 Agustus 2003

Kabupaten Indragiri Hilir

BANYAK jalan menuju ke Roma. Banyak jalan juga menuju Indragiri Hilir. Melalui transportasi darat dari kota Rengat, transportasi laut dengan feri dari Batam dan speed boat dari Kuala Tungkal, Jambi. Semuanya bisa ditempuh kurang dari 12 jam. Beberapa tahun lalu, gerbang selatan Provinsi Riau ini hanya bisa dijangkau transportasi laut dari Pekanbaru selama lebih dari satu hari.

TRANSPORTASI darat yang baru bisa dijangkau beberapa tahun terakhir ini cukup membuka peluang bagi Indragiri Hilir mengembangkan diri. Meskipun begitu, perjalanan transportasi darat masih terganggu karena proyek pembangunan Jembatan Rumbaijaya di Kecamatan Tempuling belum selesai. Beberapa menit waktu akan terbuang hanya untuk antre kapal penyeberangan melintasi Sungai Indragiri.

Perasaan bosan menunggu antrean penyeberangan akan sirna saat melihat hamparan perkebunan kelapa yang seolah-olah membatasi Sungai Indragiri. Tidak hanya itu, sepanjang jalan dari Tempuling sampai ke Tembilahan, deretan pohon kelapa seolah-olah memagari jalan. Di balik pagar deretan kelapa, tampak hamparan padi menguning. Pemandangan kontras yang memperlihatkan potensi unggulan Indragiri Hilir.

Pertanian yang didominasi perkebunan dan tanaman pangan merupakan urat nadi perekonomian Indragiri Hilir. Tahun 2001, pertanian menyumbang Rp 1,36 triliun atau 49 persen dari total kegiatan ekonomi. Bahkan, dari dulu "Negeri Seribu Parit" ini dikenal dengan tanah hamparan kelapa dunia. Begitu juga dengan sebutan lumbung padi Riau.

Kelapa dalam yang menjadi komoditas andalan perkebunan ditanam di seluruh kecamatan. Luas arealnya pada 2002 mencapai 376.108 hektar. Selain itu kelapa hibrida dan sawit yang hanya ditanam di sebagian kecamatan luasnya 83.301 hektar dan 50.776 hektar. Areal perkebunan yang cukup luas itu sebagian besar dikelola oleh masyarakat setempat dan menjadi mata pencarian utama.

Produksi ketiga jenis kelapa itu dari tahun 1999-2002 cenderung meningkat. Seperti produksi kelapa dalam yang meningkat 2,09 persen per tahun. Meskipun tahun 1999 produksi sempat turun 2,6 persen. Hal ini disebabkan lahan-lahan perkebunan milik masyarakat tidak terpelihara baik.

Pengelolaan lahan pertanian berkaitan erat dengan terpeliharanya sistem trio tata air, terdiri atas tanggul, saluran, dan pintu klep. Lahan pertanian memanfaatkan lahan-lahan rawa pasang surut karena secara topografis terletak di ketinggian 0-4 meter di atas permukaan laut. Intrusi air laut yang menyebabkan lahan pertanian sering rusak.

Produksi kelapa yang melimpah, memancing investor swasta mendirikan industri pengolahan kelapa di Indragiri Hilir. Pulau Sambu merupakan industri pengolahan kelapa yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan hasil kelapa. Industri di Guntung, Kecamatan Kateman, ini mencoba memanfaatkan seluruh bagian tanaman kelapa menjadi produk makanan, alat-alat rumah tangga, dan minyak kelapa. Seperti santan kelapa Kara, tepung kelapa, arang tempurung, nata de coco, dan mebel. Bahkan komoditasnya diekspor ke Singapura dan Malaysia. Nilai ekspor tahun 2002 yang mencapai 96 juta dollar AS menjadi komoditas andalan kabupaten dengan sebutan Bumi Sri Gemilang ini.

Pertanian tanaman pangan yang juga memanfaatkan lahan pasang surut menjadi andalan kedua. Produksi padi tahun 2002 yang mencapai 134.125,25 ton merupakan produksi terbesar se-Provinsi Riau. Sayang, kualitas beras yang dihasilkan tidak sebanding dengan melimpahnya produksi. Gabah kering panen setelah dipanen hanya diletakkan di pematang sawah tidak langsung diproses menjadi gabah kering giling.

Tidak adanya industri pengolahan beras ini yang menjadi kendala kemajuan sektor pertanian tanaman pangan. Tahun 2002, produksi padi menyumbang Rp 325 miliar atau 24 persen dari total kegiatan ekonomi pertanian. Banyak produksi gabah kering panen yang dibawa ke luar daerah seperti Solok. Selanjutnya diproses di Solok dan diakui sebagai beras Solok. Ironisnya, beras Solok itulah yang akhirnya dikonsumsi masyarakat Indragiri Hilir. Diharapkan, pada tahun 2004 gabah kering panen Indragiri Hilir diproses dan diolah menjadi beras dengan kualitas ekspor melalui Rice Processing Complex, industri pengolahan padi kerja sama dengan Pemerintah Korea.

Lahan kering seluas 169.000 hektar dimanfaatkan untuk pengembangan buah-buahan. Jeruk dan nanas merupakan komoditas andalan buah-buahan. Produksi nanas sebesar 19.870,21 ton ini selain ditanam oleh rakyat juga dikembangkan PT Sambu. Tanaman tumpang sari dengan kelapa ini diolah menjadi makanan kaleng dan merupakan komoditas ekspor. Sayangnya, tanaman jeruk yang produksinya juga cukup melimpah, 4.269,44 ton, sering tidak termanfaatkan dengan baik. Jenis buah yang mirip jeruk kalimantan ini hanya dijual segar tanpa pengolahan lebih lanjut.

Berkembangnya sektor pertanian memunculkan banyak agroindustri. Tercatat, pada 2002 ada 490 unit usaha. Perkembangan agroindustri ini juga menyerap 11.876 tenaga kerja atau 92 persen dari total tenaga kerja di sektor industri tahun 2002. Tidak hanya industri besar yang berkembang, industri rumah tangga yang mengolah hasil perkebunan kelapa, pandan, dan nipah menjadi kerajinan tangan juga cukup berkembang. Perkembangan industri besar dan kecil inilah yang membawa sektor industri menduduki posisi ketiga dalam kegiatan ekonomi Indragiri Hilir yang tahun 2001 memberikan kontribusi Rp 259 miliar.

M Puteri Rosalina/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Indragiri Hilir

·

Kota dengan Berjuta Kelapa



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS