Rubrik
Olahraga
Inspirasi
Finansial
Berita Utama
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Jawa Tengah
Berita Yang lalu
Teknologi Informasi
Rumah
Kesehatan
Audio Visual
Otonomi
Fokus
Muda
Investasi & Perbankan
Sorotan
Teropong
Pengiriman & Transportasi
Telekomunikasi
Perbankan
Pergelaran
Ilmu Pengetahuan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Dana Kemanusiaan
Bentara
Wisata
Musik
Pendidikan Dalam Negeri
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Jendela
Pustakaloka
Ekonomi Rakyat
Ekonomi Internasional
Swara
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 03 September 2003

Kota Singkawang

MENYAKSIKAN dari dekat sebuah kota yang mendapat julukan Kota Seribu Kuil, Anda akan merasa seperti sedang tidak berada di salah satu daerah di Tanah Air. Nuansa negeri oriental kental melekat di setiap sudut kota dengan hadirnya tempat-tempat pemujaan etnis keturunan Tionghoa. Warna-warni cerah dan terang benderang yang menghiasi 38 kelenteng di kota ini menambah semarak kota yang berjarak 145 kilometer arah utara Kota Pontianak itu.

SINGKAWANG masih sangat muda usia sebagai kota. Resmi menyandang kota otonom sejak 17 Oktober 2001 dari hasil pemekaran Kabupaten Bengkayang. Namun keberadaannya telah lama dikenal. Terlebih, kota ini memiliki kekhasan sendiri. Singkawang identik dengan warganya yang sebagian besar etnis keturunan, dan hasil kerajinan keramik naga yang terkenal hingga ke mancanegara.

Melongok sejarah Singkawang, akan tergambar mengapa daerah ini banyak dihuni etnis keturunan. Semula, Singkawang hanyalah sebuah desa bagian wilayah Kerajaan Sambas, tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Montrado-terletak di antara Singkawang dan Pontianak. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan datang dari Cina itu menggunakan Singkawang sebagai tempat transit penerimaan barang-barang dagangan dari luar ke Montrado. Pengiriman serbuk emas hasil penambangan Montrado pun melewati desa ini. Mereka menyebut daerah itu San Kheu Jong yang merupakan asal mula nama Singkawang. Lama kelamaan wilayah ini berkembang bersamaan dengan beralihnya profesi para penambang emas menjadi petani dan tinggal menetap di sini. Hingga kini, etnis keturunan menempati urutan pertama (40,96 persen) penduduk Singkawang yang berjumlah 151.622 orang, selebihnya suku Melayu, Dayak, dan Jawa.

Keahlian berdagang yang dimiliki etnis keturunan disertai jumlahnya yang dominan memberi dampak bagi usaha perdagangan. Tergambar pada kegiatan ekonomi Singkawang yang hingga 35,58 persen didominasi oleh usaha perdagangan. Perdagangan memberi kontribusi besar dalam menggerakkan roda pertumbuhan ekonomi Singkawang. Para etnis keturunan menguasai sektor ini dalam skala perdagangan besar maupun eceran. Penduduk yang bergerak di usaha perdagangan 3.775 orang.

Kegiatan perdagangan secara dominan terpusat di Kecamatan Singkawang Tengah bagian barat dan Singkawang Barat bagian timur. Fasilitas perdagangan yang tersedia berupa pasar umum, pertokoan dan toko atau warung yang menampung dan memasukkan berbagai jenis barang produksi yang datang dari kecamatan-kecamatan di Singkawang maupun dari Kabupaten Sambas dan Bengkayang.

Singkawang terkenal sebagai kota perdagangan terbesar kedua di Kalimantan Barat setelah Kota Pontianak. Letaknya di pantai barat sangat strategis, yakni berada di antara kabupaten Sambas dan Bengkayang, sangat menguntungkan Singkawang dalam mengembangkan daerahnya sebagai sentra bisnis dan pemasaran produk dari dan ke wilayah di sekitarnya. Selain juga menampung dan mendistribusikan barangbarang yang tidak diproduksi di Singkawang dan daerah sekitarnya, seperti barang-barang sandang, alat-alat pertanian dan lainnya. Sebagian besar barang yang diperdagangkan merupakan hasil bumi, seperti produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan hasil kerajinan atau industri kecil di Singkawang dan kabupaten tetangga.

Di Singkawang, wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura terdapat di Kecamatan Singkawang Selatan, Utara, dan Timur. Wilayah itu memiliki potensi yang cukup besar, baik dari segi lahan yang tersedia maupun jenis tanaman yang sesuai untuk dikembangkan. Lahan yang luas dan tanah yang subur serta tenaga kerja 11.829 orang merupakan faktor yang sangat mendukung bagi pengembangan agroindustri.

Tanaman jagung, misalnya, banyak diusahakan di Singkawang Selatan dan Timur. Komoditas ini baru tahun 2001 diusahakan di Singkawang Selatan seluas 10 hektar. Kebutuhan jagung untuk pakan ternak-sebagian besar untuk ayam ras petelur-di Singkawang sangat besar, yakni 100 ton per hari. Singkawang sendiri belum bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak tersebut, karena produksi tahun 2001 baru sekitar 20 ton. Hingga kini kebutuhan itu disuplai Kabupaten Bengkayang sebanyak 40 ton dan sisanya dari Semarang, Lampung, bahkan dari Cina.

Hasil pertanian itu selain dijual dalam bentuk buah segar, juga mulai diolah. Jeruk siam dan nanas, misalnya, dibuat sari jeruk, minuman ringan, dan nanas dalam kaleng. Demikian pula pisang, dipasarkan dalam bentuk tepung pisang, pisang selai, dan keripik pisang. Usaha industri ini mulai berkembang walau masih dalam skala industri kecil. Industri secara umum banyak terdapat di Singkawang Barat, berupa industri pengolahan bahan makanan dan minuman ringan. Ada juga industri furnitur dari kayu yang bahan baku serta pemasarannya bersifat lokal.

Hasil industri yang menjadi produk andalan adalah keramik. Industri ini telah lama berkembang dan pasarannya pun merambah ke mancanegara meskipun masih berskala industri kecil. Ada delapan unit usaha yang bergerak di bidang usaha keramik dan dikelola turun-temurun. Pembuatan keramik tradisional itu terdapat di Desa Sakok, Kelurahan Sedau, Singkawang Selatan. Buatannya sangat menarik dan artistik bergaya Dinasti Ming. Ciri khasnya terletak pada desain yang berupa gambar naga. Keramik ini telah memenuhi pasaran ekspor ke Singapura, Malaysia, dan negara lainnya.

Usaha lain yang sangat menjanjikan adalah peternakan, terutama ayam petelur dan babi. Produksi peternakan selain untuk konsumsi sendiri, beberapa peternak besar, terutama telur ayam dan babi, juga dipasarkan ke luar Kota Singkawang. Bahkan telur ayam menguasai hampir 95 persen pasar di Kalimantan Barat.

Persoalan yang dihadapi kota ini terletak pada kualitas sumber daya manusianya. Tingkat pendidikan sekolah dasar ke bawah masih sangat besar, 64,88 persen-berdasarkan persentase penduduk berumur lima tahun ke atas-sedangkan tamatan perguruan tinggi 3,46 persen. Ini berpengaruh pada kualitas SDM, sehingga masih perlu dibekali keterampilan agar mampu berkompetisi dalam skala regional maupun nasional.

Denyut nadi aktivitas Kota Singkawang seakan tak pernah berhenti, seiring dengan berbagai aktivitas masyarakat yang bisa hidup berdampingan secara damai dan harmonis.

MG Retno Setyowati/ Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kota Singkawang

·

Mengentas Kemiskinan, Membangun Citra Baru



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS