Rubrik
Olahraga
Inspirasi
Finansial
Berita Utama
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Jawa Tengah
Berita Yang lalu
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Kesehatan
Audio Visual
Otonomi
Ekonomi Rakyat
Esai Foto
Teropong
Pixel
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Pendidkan
Sorotan
Investasi & Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Telekomunikasi
Perbankan
Wisata
Ilmu Pengetahuan
Fokus
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Bentara
Muda
Musik
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Jendela
Pustakaloka
Ekonomi Internasional
Pergelaran
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Selasa, 23 September 2003

Kabupaten Belu

SAAT Provinsi Timor Timur hendak menjadi negara baru yang kemudian dikenal sebagai Timor Leste, Kabupaten Belu ikut mendapat sorotan. Pengunjung membanjiri kabupaten ini. Mulai dari aparat negara, staf lembaga swadaya masyarakat yang akan berurusan dengan calon negara baru tersebut, hingga puluhan ribu pengungsi yang sedang kebingungan menanti nasib.

KARENA berbatasan langsung, kabupaten yang terletak antara 124o-126o lintang selatan ini sekarang menjadi gerbang bila ingin memasuki Timor Leste lewat darat. Tak kurang tiga pintu masuk resmi menuju negara baru tersebut: di Kecamatan Tasifeto Timur, Raihat, dan Kobalima. Di dekat ketiga pintu masuk tersebut terdapat pasar tak resmi yang berlangsung tiga kali seminggu. Berbagai barang kebutuhan warga Timor Leste dijual di situ. Sebaliknya, warga negeri tetangga pun dapat menjual hasil budidaya tanamannya berupa kemiri, kopra, dan kopi kepada penduduk kabupaten yang dilintasi oleh 14 sungai ini. Biasanya, hasil-hasil bumi ini kemudian dikemas lebih apik dan selanjutnya dibawa ke luar Belu. Hari-hari saat pasar tak berlangsung, pedagang biasa melintasi perbatasan untuk langsung menjajakan dagangannya di dalam wilayah Timor Leste.

Selain ketiga pasar di dekat perbatasan tersebut, di setiap kecamatan sudah ada pasar yang rutin berlangsung sekali seminggu. Barang-barang yang dijual umumnya berasal dari pertokoan di ibu kota kabupaten, Atambua. Di kecamatan paling kecil ini terdapat berbagai macam pedagang.

Aktivitas niaga memang salah satu lapangan usaha yang diandalkan dalam struktur perekonomian kabupaten. Apalagi ditambah peluang berjualan barang ke bekas provinsi ke-27 Indonesia itu yang lebih menguntungkan karena harganya relatif lebih mahal ketimbang di wilayah Indonesia. Negeri baru itu memang membutuhkan pasokan dari Indonesia.

Bahan bangunan seperti semen dan genteng, mebel, sampai dengan bahan bakar minyak sampai saat ini masih dikirim dari Indonesia lewat Pelabuhan Atapupu dan kemudian diangkut melintasi jalan darat masuk ke wilayah Timor Leste. Dari bulan Januari hingga Desember tahun lalu, hampir 42.000 kiloliter BBM dibongkar dari Pelabuhan Atapupu dan sebagian dikirim ke Timor Leste.

Aktivitas perdagangan ini mampu menyumbang hampir 18 persen nilai total perekonomian. Angka ini merupakan terbesar kedua dalam rangking kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Serapan tenaga kerjanya pun lumayan, sekitar 23.000 orang menggantungkan nasib pada lapangan usaha ini.

Sumbangan yang lebih besar diberikan oleh pembudidayaan tanaman pangan. Dengan komoditas andalan kacang hijau dan jagung, pertanian tanaman pangan telah menyerap 72 persen tenaga kerja atau sekitar 187.000 jiwa. Partisipasinya terhadap PDRB pun paling besar, tak kurang dari 26 persen.

Kacang hijau memang cocok dibudidayakan di kabupaten ini, terlebih di bagian selatan yang landai di Kecamatan Melaka Tengah, Melaka Barat, Kobalima, dan Tasifeto Timur. Kacang hijau yang memerlukan sedikit air sesuai dengan kondisi Belu yang kering. Jumlah hari hujan teramat sedikit dibandingkan kawasan lain Indonesia, hanya 113 hingga 120 hari per tahun yang biasanya berlangsung antara Februari hingga April. Selain itu, harganya yang relatif stabil saat panen menyenangkan petani.

Meski luasan panennya terus menurun dengan laju 39 persen per tahun, produksinya meningkat empat persen per tahun selama kurun 1998-2002. Tak kurang 3.700 ton panen kacang hijau dari lahan seluas 5.700 hektar yang dihasilkan sepanjang tahun 2002 kemudian dikirim ke Surabaya. Di Pulau Jawa, kacang hijau dari daerah ini sering disebut sebagai kacang hijau asal Kupang.

Lain lagi dengan jagung. Tanaman ini hanya bisa tumbuh di lahan kering. Selama tahun 2002, hampir 50.000 ton jagung dipanen dari 32.000 hektar. Jagung dalam bentuk pipilan kemudian dikirim ke Surabaya. Pengangkutan berbagai komoditas pangan ke Surabaya lewat laut umumnya dikoordinasikan oleh pengusaha yang memiliki toko di Atambua. Juga ada tauke-tauke yang langsung membeli hasil bumi petani.

Kegiatan perkebunan juga diusahakan oleh warga Belu. Tanaman kelapa tersebar di seluruh kecamatan dan menghasilkan 9.400 ton pada tahun 2002. Demikian pula dengan jambu mete. Pohon jenis ini ditanam di hampir semua kecamatan dengan produksi sebesar 109 ton. Hasil berupa mete mentah sejauh ini baru diperdagangkan antarpulau di kawasan Nusa Tenggara Timur. Sesuai dengan kondisi permukaan tanah, pertanian memang lebih terkonsentrasi di daerah selatan. Daerah yang berhadapan dengan Selat Timor ini cenderung lebih landai.

Penyediaan prasarana dan sarana transportasi boleh dikatakan kurang. Misalnya, Kecamatan Rinhat di bagian selatan yang sulit dijangkau dari Atambua. Diperlukan waktu empat hingga lima jam untuk mencapai kecamatan yang berjarak sekitar 100 kilometer dari Atambua. Panjangnya waktu tempuh ini lebih banyak disebabkan oleh kondisi jalan yang jauh dari kategori baik. Angkutan umum yang menuju ke bagian selatan pun terbatas. Paling banyak dua rit setiap hari.

Anggaran pemkab yang minim, dan sedikitnya 63 persen terkonsentrasi untuk aparat negara, memang tak memungkinkan mengatasi semua problem pembangunan, termasuk perbaikan jalan secara menyeluruh. Pada tahun 2002, anggaran untuk pemeliharaan dan perbaikan sektor transportasi hanya sekitar 14 persen saja dari pos pengeluaran pembangunan atau empat persen dari total pengeluaran. Akan tetapi, terdengar kabar baiknya. Pemerintah provinsi dan pemkab telah mulai bekerja sama dalam upaya pemeliharaan jalan. Diharapkan dengan koordinasi antara kedua pihak ini, pemeliharaan infrastruktur perhubungan dapat ditingkatkan.

RATNA SRI WIDYASTUTI Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Belu

·

Gizi Buruk, … dan Tapal Batas



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS