Rubrik
Hiburan
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Kesehatan
Audio Visual
Otonomi
Fokus
Ekonomi Rakyat
Ilmu Pengetahuan
Pendidikan
Sorotan
Teropong
Ekonomi Internasional
Pixel
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Investasi & Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Telekomunikasi
Wisata
Pergelaran
Didaktika
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Bentara
Muda
Musik
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Jendela
Pustakaloka
Perbankan
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Selasa, 30 September 2003

Kabupaten Aceh Singkil

USIA Kabupaten Aceh Singkil tergolong muda. Empat tahun. Kabupaten ini hasil pemekaran Kabupaten Aceh Selatan. Sejak "melepaskan diri" dari kabupaten induk tahun 1999, Aceh Singkil berbenah diri. Salah satu yang menjadi perhatian pemerintah kabupaten adalah pengeluaran untuk bidang transportasi.

PADA realisasi pengeluaran pembangunan dalam anggaran 2000 -yang hanya sembilan bulan terhitung bulan April sampai Desember -pengeluaran untuk transportasi Rp 9,8 miliar. Jumlah ini merupakan pengeluaran terbesar dibandingkan dengan 20 jenis pengeluaran pembangunan lainnya. Nilainya setara dengan 38 persen dari seluruh pengeluaran pembangunan Rp 25,7 miliar. Dana untuk sektor transportasi antara lain untuk pembuatan marka jalan seperti rambu lalu lintas.

Sampai dua tahun kemudian, transportasi masih menjadi perhatian pemerintah setempat. Jumlah pengeluaran sektor ini terbesar kedua setelah sektor aparatur pemerintah dan pengawasan. Pada anggaran tahun 2002, dengan pengeluaran pembangunan tidak kurang dari Rp 108 miliar, Aceh Singkil mengalokasikan Rp 20,7 miliar untuk transportasi. Nilai ini selisih sekitar Rp 3,2 miliar dari sektor aparatur pemerintah dan pengawasan, Rp 23,9 miliar.

Aceh Singkil berada pada 20.02’-30.0’ Lintang Utara dan 970.04’-980.12’ Bujur Timur. Sebagian besar jalan yang menghubungkan Singkil, ibu kota Aceh Singkil dengan Banda Aceh, ibu kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berjarak 710 kilometer, sudah beraspal hotmix. Kondisi serupa dijumpai pada jalan yang menghubungkan Singkil dengan Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Melalui jalan yang lumayan halus itu, jarak tempuh kedua daerah ini sekitar 7 jam.

Berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah Selatan membuat kabupaten ini memiliki potensi perikanan dan kelautan. Perairan di Aceh Singkil merupakan sarang ikan, udang, rumput laut, dan terumbu karang. Salah satu daerah produsen ikan laut adalah Pulau Banyak. Rata-rata per tahun daerah ini menghasilkan 6.500 ton ikan laut. Sedangkan produk ikan laut seluruh kabupaten 17.400 ton. Hasil tangkapan para nelayan ini antara lain dipasarkan ke Sibolga dan Medan. Ikan-ikan itu dikapalkan melalui Pelabuhan Balai dengan waktu tempuh sekitar 18 jam. Ikan dari Aceh Singkil itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan restoran atau warung-warung makan pada kedua kota di Provinsi Sumut itu.

Potensi perikanan dan kelautan Aceh Singkil tampaknya belum dimanfaatkan maksimal. Para nelayan masih menggunakan alat penangkap ikan tradisional. Akibatnya, aktivitas ekonomi dalam lapangan usaha perikanan belum berperan. Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh Singkil tahun 2002, kegiatan ekonomi di lapangan usaha perikanan menghasilkan Rp 26,7 miliar. Nilai itu setara dengan 5,88 persen dari seluruh nilai kegiatan pertanian yang berjumlah Rp 312,8 miliar.

Secara keseluruhan nilai PDRB Aceh Singkil didominasi lapangan usaha pertanian. Dari seluruh nilai PDRB yang berjumlah Rp 454 miliar, kontribusi dari usaha di bidang agraris ini memberikan tidak kurang 69,9 persen.

Jika dilihat lebih rinci, dari lima kegiatan usaha di bidang pertanian, kontributor utama adalah kegiatan ekonomi di bidang kehutanan. Aceh Singkil memiliki hutan seluas 369.414 hektar. Menurut jenisnya, hutan di kabupaten ini terbagi menjadi hutan lindung 14.000 hektar, hutan suaka alam laut Pulau Banyak 212.500 hektar, hutan suaka alam darat Pulau Banyak 15.000 hektar, semirawa Singkil 30.814 hektar, kawasan Ekosistem Leuser 64.500 hektar, dan hutan produksi 32.600 hektar.

Produk unggulan hutan produksi Aceh Singkil antara lain kayu meranti, kayu kapur, keruing, damar laut, dan medang. Produksi kayu bulat yang dihasilkan daerah ini tidak kurang dari 36.000 meter kubik. Kayu-kayu ini dijual dalam bentuk gelondongan ke Medan. Selain kayu gelondongan, hutan produksi daerah ini menghasilkan produk hasil hutan ikutan berupa kayu gergajian. Produksi per tahun sekitar 30.000 meter kubik. Nilai kegiatan ekonomi dari pemanfaatan hasil hutan di kabupaten ini memberikan tidak kurang Rp 153 miliar. Seperti terjadi di hutan- hutan lainnya di Sumatera dan Kalimantan, hutan di Aceh Singkil juga tidak luput dari penebangan liar. Akibatnya, kondisi hutan Aceh Singkil kini berada di ambang krisis.

Menyadari bahwa hasil hutan tidak dapat lagi diandalkan, lapangan usaha perkebunan, perikanan, dan pariwisata, menjadi andalan pemerintah setempat untuk mengisi kas daerah. Aceh Singkil memiliki perkebunan seluas 221.415 hektar atau sekitar 55,85 persen dari lahan produktif di kabupaten ini. Sampai tahun 2002, kontribusi perkebunan terhadap perolehan nilai ekonomi di bidang pertanian terbilang kecil, 6,25 persen. Nilai nominal yang dihasilkan sekitar Rp 28,3 miliar.

Komoditas unggulan dari bidang perkebunan adalah kelapa sawit. Di kabupaten ini terdapat sembilan perkebunan besar swasta/patungan dengan luas konsesi atau izin prinsip 53.982 hektar. Sampai tahun 2001, perusahaan ini baru memanfaatkan areal tanaman seluas 22.394 hektar. Selain itu, ada 22 perusahaan perkebunan besar dengan status izin prinsip. Dari 98.250 luas konsesi yang dimiliki seluruh perusahaan ini, yang baru dimanfaatkan sekitar 825 hektar.

Sentra perkebunan kelapa sawit terdapat di Kecamatan Gunung Meriah, Simpang Kanan, dan Rudeng. Dari 10.376 hektar luas panen, Aceh Singkil memproduksi 50.119 ton kelapa sawit. Meskipun memiliki empat pabrik untuk mengolah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit mentah, kapasitas pabrik-pabrik itu tidak mampu mengolah seluruh produksi kelapa sawit. Untuk pengolahan lebih lanjut, produk sawit Aceh Singkil harus diangkut ke Kabupaten Aceh Timur dan Sumatera Utara.

BE Julianery/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Aceh Singkil

·

Tidak Ingin Terkucil



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS