Rubrik
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Kesehatan
Audio Visual
Otonomi
Fokus
Pustakaloka
Pergelaran
Sorotan
Ekonomi Internasional
Didaktika
Pendidikan
Teropong
Pixel
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Investasi & Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Wisata
Perbankan
Ekonomi Rakyat
Ilmu Pengetahuan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Bentara
Muda
Musik
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Jendela
Telekomunikasi
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 08 Oktober 2003

Kabupaten Rokan Hulu

SEKAWANAN gajah liar tiba-tiba menyeruak dari balik semak belukar, berlari tak tentu arah, memorak-porandakan lahan perkebunan warga di Kecamatan Rambah Hilir, Kabupaten Rokan Hulu. Akibatnya, perkebunan kelapa sawit, tanaman padi, dan tanaman campuran milik warga hancur, sementara itu puluhan keluarga mengungsi ke Kantor Camat Rambah Hilir.

PERISTIWA yang terjadi akhir Januari 2003 itu menjadi masalah serius setelah habitat asal gajahgajah tersebut, yakni Hutan Lindung Mahato, sudah banyak berubah menjadi hutan konservasi dan semakin menyusut akibat penebangan liar. Hutan Lindung Mahato menempati areal sekitar 280.000 hektar, berada di perbatasan antara Riau dan Sumatera Utara. Kawasan ini menjadi hutan lindung karena merupakan hulu dari sejumlah sungai, khususnya Sungai Rokan yang termasuk wilayah Kabupaten Rokan Hulu.

Sungai Rokan bagian hulu yang panjangnya lebih kurang 100 kilometer dengan kedalaman rata-rata 6 meter dan lebar rata-rata 92 meter ini, bagian hilirnya termasuk bagian Kabupaten Rokan Hilir. Sementara aliran sungai di bagian hulu melalui Kecamatan Rokan IV Koto, Kecamatan Tandun, Kecamatan Kunto Darussalam, Kecamatan Rembah, Tambusai, dan Kepenuhan. Sungai-sungai di Rokan Hulu sebagian masih berfungsi dengan baik sebagai sarana transportasi, sumber air bersih, dan budi daya ikan.

Topografi wilayah Rokan Hulu sebagian besar (85 persen) berupa dataran rendah, dan sebagian kecil daerahnya bergelombang. Areal 660.668 hektar, 0,82 persen atau 5.392 hektar digunakan untuk sawah, dan 99,18 persen merupakan lahan kering. Lahan kering ini terbesar untuk lahan perkebunan 204.014 hektar, dan sisanya untuk tanaman pangan.

Sektor pertanian, khususnya tanaman pangan dan tanaman perkebunan, menjadi tulang punggung perekonomian Rokan Hulu. Sumbangannya bagi PDRB 2002, 63,77 persen.

Sektor perkebunan lima tahun terakhir naik cukup berarti, dari 20,93 persen tahun 1998 menjadi 25,35 persen tahun 2002. Berbeda dengan sektor tanaman pangan yang masih menempati urutan pertama, pertumbuhannya menurun, dari 30,16 persen tahun 1998 menjadi 26,71 persen tahun 2002.

Areal perkebunan, 68,93 persen dari total luas lahan perkebunan. Sisanya tanaman karet 29,39 persen, tanaman kelapa 0,81 persen, dan tanaman lainnya 0,87 persen. Tanaman kelapa sawit menjadi andalan daerah ini. Pada tahun 2002, produksi kelapa sawit 1,92 juta ton dari lahan seluas 206.630 hektar yang melibatkan 70.031 petani. Areal terluas di Kecamatan Kunto Darussalam 46.164 hektar. Perkebunan ini dikembangkan perusahaan perkebunan besar milik swasta maupun BUMN, seperti PT Perkebunan Nusantara V. Ada pula perkebunan rakyat, sekitar 75.000 hektar. Hasil perkebunan ini diolah dan diproduksi dalam bentuk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).

Untuk mengolah kelapa sawit, dioperasikan sembilan unit pabrik berkapasitas 400 ton per jam dengan produksi CPO 211.733 ton. Tahun 2002, dibangun dua pabrik yang difasilitasi pemkab dengan kapasitas 45 ton per jam. Kebutuhan ini cukup mendesak agar kelapa sawit petani memiliki nilai tambah dan tidak bergantung pabrik swasta. Kelapa sawit ini setelah diolah menjadi CPO diekspor melalui pelabuhan Dumai ke Eropa, Cina, India, dan Malaysia.

Selain kelapa sawit, hasil perkebunan karet juga sangat menjanjikan. Tahun 2002, dari lahan 67.958 hektar produksinya 205.527 ton. Sebanyak 41.170 keluarga menggantungkan hidup dari perkebunan ini. Hasil perkebunan karet setelah diolah diekspor melalui Pekanbaru dan Pelabuhan Dumai ke negara-negara Asia, seperti Jepang, Cina, dan India, serta negara- negara Eropa. Pasar ekspor sangat terbuka mengingat letak Provinsi Riau yang bersebelahan dengan Singapura.

Kendala yang dihadapi adalah infrastruktur yang belum sepenuhnya mendukung pemasaran hasil pertanian. Masih banyak jalan dan jembatan yang mesti dibenahi, seperti sarana perhubungan darat menuju desa-desa di kawasan pertumbuhan ekonomi baru. Padahal, ke depan sektor pertanian masih tetap menjadi kegiatan penunjang utama perekonomian masyarakat Rokan Hulu. Demikian pula sektor-sektor lain seperti industri dan jasa yang mulai tumbuh. Dibukanya jalanjalan baru dan diperbaikinya jalan-jalan yang rusak akan membuka keterisolasian daerah-daerah terpencil. Untuk perbaikan sektor transportasi, pemkab mengalokasikan dana sebesar Rp 22,74 miliar dalam APBD 2003, anggaran terbesar pengeluaran pembangunan dibanding sektor lain, yakni 21,30 persen dari total pengeluaran pembangunan Rp 106,78 miliar. Pada APBD 2002 anggaran sektor transportasi 35,53 persen dari Rp 118,36 miliar.

Perbaikan sarana transportasi terlihat dari peningkatan panjang jalan dan bertambahnya jumlah jembatan pada jalan kabupaten maupun jalan provinsi. Penambahan jalan aspal yang tahun 2000 panjangnya 149.200 kilometer, tahun 2001 menjadi 195.700 kilometer. Jalan yang dalam keadaan baik juga meningkat dari 172,60 kilometer tahun 2000 menjadi 959,88 kilometer tahun 2001. Banyak pula dibangun jembatan baru, mulai jembatan dari kayu, hingga beton dan besi. Jembatan dari besi tahun 2001 bertambah empat buah, tahun sebelumnya baru ada lima jembatan. Jenis jembatan konstruksi beton bertambah 27 buah pada tahun 2001, padahal tahun sebelumnya 17 jembatan. Yang paling banyak bertambah jembatan kayu, tahun 2000 dari 32 jembatan, menjadi 118 jembatan tahun 2001.

MG Retno Setyowati/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Rokan Hulu

·

Warga Rokan Itu Bernama Gajah



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS