Rubrik
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Wisata
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Audio Visual
Otonomi
Pustakaloka
Jendela
Perbankan
Sorotan
Ekonomi Rakyat
Ekonomi Internasional
Didaktika
Pendidikan
Teropong
Pixel
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Investasi & Perbankan
Fokus
Telekomunikasi
Kesehatan
Pergelaran
Ilmu Pengetahuan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Bentara
Muda
Musik
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Pengiriman & Transportasi
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Selasa, 14 Oktober 2003

Kabupaten Siak

SISA-sisa kejayaan Kerajaan Siak masih tampak pada beberapa bangunan yang berdiri kokoh di Siak Sri Inderapura, bekas ibu kota Kerajaan Siak yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Siak. Istana Sultan Siak misalnya, hingga kini masih dalam keadaan baik, ada pula masjid dan makam Raja-raja Siak.

KERAJAAN Siak merupakan salah satu kerajaan Melayu Islam yang terbesar dan mencapai masa kejayaan pada abad ke-16 hingga 20. Kerajaan yang berpusat di Istana Siak itu didirikan tahun 1723 oleh Raja Kecil yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah. Raja Siak terakhir adalah Sultan Syarif Kasim II yang memerintah sampai tahun 1946. Istana berarsitektur paduan Eropa, Arab, dan India, ini berada di tepi Sungai Siak. Dekat Istana juga terdapat Balai Kerapatan Tinggi, Makam Kotatinggi, dan sejumlah peninggalan kerajaan.

Untuk mencapai kawasan itu, dari Pekanbaru dapat ditempuh melalui jalan darat lebih kurang 100 kilometer dengan waktu tempuh hampir tiga jam. Kabupaten ini dapat pula ditempuh lewat Sungai Siak yang lama perjalanannya lebih kurang sama dibanding lewat darat. Tersedia feri cepat yang melayari rute Pekanbaru-Bengkalis, tetapi singgah di Siak.

Kabupaten di pertengahan aliran Sungai Siak ini memiliki tanah yang subur. Secara topografis wilayahnya merupakan dataran rendah yang dialiri sungai dan terpengaruh pasang -surut. Ada juga daerah perbukitan dengan fluktuasi ketinggian bervariasi antara 3,7 meter sampai 52 meter di atas permukaan laut. Kondisi geografis seperti ini cocok untuk pengembangan usaha pertanian lahan kering, lahan basah, pasang-surut, dan perikanan.

Sektor pertanian rupanya masih menjadi andalan utama mata pencarian penduduk. Dari 106.414 penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja, 41,8 persen bekerja di lahan usaha pertanian. Terbanyak di lahan pertanian tanaman pangan 18,9 persen dan perkebunan 16,7 persen. Keterbatasan pendidikan dan keterampilan membuat banyak masyarakat Siak tetap melanjutkan pekerjaan orang- tuanya sebagai petani atau tenaga kerja kasar. Di kabupaten ini masih terdapat 24,5 persen desa miskin dan terisolir. Jumlah penduduk miskin 8,9 persen dari jumlah penduduk. Tingkat pendidikan tertinggi SD 29,8 persen, masih yang tertinggi dibanding tingkat pendidikan lainnya.

Padahal, kabupaten ini mempunyai banyak industri besar, seperti pabrik kertas PT Indah Kiat Pulp & Paper, pabrik kayu lapis PT Surya Damai, PT Perawang Lumber Industry, dan PT Perawang Timber, yang semuanya berada di Perawang. Selain itu, pabrik kayu lapis PT Siak Raya Timber, PT Panca Eka, PT Pertiwi, serta beberapa industri perkayuan lainnya. Bila tingkat pendidikan penduduk lebih tinggi, kesempatan bekerja di sektor industri cukup terbuka. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri pengolahan 17,3 persen.

Industri besar terdapat di Kecamatan Siak dan Kecamatan Tualang. Semua industri besar dan sedang yang berkembang di Siak masih terbatas pada pengolahan hasil hutan berupa kayu lapis, moulding, dan pulp, serta pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil).

Hutan di Siak luasnya 483 juta hektar yang dibagi menurut fungsinya. Hutan lindung 1,6 persen dan hutan suaka alam 14,4 persen menjadi hutan yang tak boleh diganggu gugat. Sementara itu, dari hutan produksi 37,9 persen, hutan produksi terbatas 44,5 persen, dan hutan lainnya 1,4 persen, industri hasil hutan memperoleh bahan baku. Bahan baku itu kemudian dibuat menjadi kayu gergajian, kayu lapis, bahan baku serpih, pulp, blockboard, dowels, veneer, dan fancywood. Produksi kayu olahan terbesar, yakni pulp mencapai 1,3 juta ton pada tahun 2001. Selain itu, produksi kayu bulat dari jenis kayu ramin, rengas, kulim, meranti, dan kayu campuran, mencapai 143.310 meter kubik.

Produksi industri hasil hutan ini diekspor ke beberapa negara di Asia, seperti Hongkong, Taiwan, Cina, Jepang, Korea Selatan, Filipina, India, dan negara lainnya. Ekspor terbesar komoditas kertas dan barang dari kertas, kayu lapis, dan kayu olahan lain. Volume ekspor tahun 2001 sekitar 1,5 juta ton dengan nilai 702,20 juta dollar AS. Ekspor dilakukan dari tiga pelabuhan di Siak, yakni Pelabuhan Buatan, Pelabuhan Perawang, dan Pelabuhan Siak Sri Indrapura. Ke depan, pemda kabupaten akan membangun pelabuhan dan Kawasan Industri Buton (KIB) dengan memanfaatkan lokasi Tanjung Buton yang strategis bagi pengembangan pelabuhan.

Sumbangan terbesar PDRB Siak dari industri pengolahan 45 persen pada tahun 2002. Namun, bila dilihat lima tahun ke belakang, sumbangan industri pengolahan pertumbuhannya cenderung menurun. Sumbangan tertinggi pada tahun 1997 mencapai 60,1 persen. Sebaliknya, sektor pertanian yang menempati urutan kedua, dari tahun ke tahun kontribusinya terus meningkat. Mulai dari 20,3 persen di tahun 1997 naik menjadi 31,7 persen tahun 2002. Kontribusi terbesar berasal dari lahan usaha perkebunan.

Di Siak tanaman perkebunan yang cukup potensial adalah kelapa sawit. Tahun 2001 dari luas lahan 120.246 hektar dihasilkan 400.639 ton kelapa sawit. Selain berupa perkebunan inti rakyat juga perkebunan besar swasta. Tanaman pangan, walaupun hasilnya untuk pemenuhan kebutuhan lokal, produksinya juga terus meningkat. Hasil pertanian pangan, antara lain jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Sayur- -sayuran yang banyak ditanam, cabai, ketimun, kacang panjang, kangkung, dan lainnya.

Kabupaten Siak memiliki potensi yang melimpah, belum lagi sektor pariwisata. Peninggalan Kerajaan Siak serta berbagai fasilitas yang melengkapi keberadaan kerajaan ini bisa menjadi obyek wisata menarik. Mengembalikan lagi kejayaan Kerajaan Siak yang masyhur pada masanya adalah sesuatu yang sangat mungkin dilakukan. Zaman kejayaan Kerajaan Siak semoga saja dapat berputar kembali seiring status baru dan potensi kekayaan alam yang melimpah.

MG Retno Setyowati/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Siak

·

Kini Saatnya Membangun Buton



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS