Rubrik
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Wisata
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Audio Visual
Otonomi
Pustakaloka
Jendela
Telekomunikasi
Kesehatan
Sorotan
Ekonomi Rakyat
Ekonomi Internasional
Didaktika
Pendidikan
Teropong
Pixel
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Fokus
Pengiriman & Transportasi
Bentara
Perbankan
Pergelaran
Ilmu Pengetahuan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Muda
Musik
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Investasi & Perbankan
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 15 Oktober 2003

Kabupaten Karimun

DI usianya yang masih balita, Karimun mempunyai segudang rencana. Berbagai distrik mulai dari pusat perkantoran, perbelanjaan, pendidikan, perumahan, rumah sakit, kawasan industri, hingga stadion olah raga bertaraf internasional akan dibangun di sana.

KEINGINAN tersebut sangat wajar mengingat letaknya di antara Riau, Kepulauan Riau, Batam, Malaysia, dan Singapura. Begitu banyak orang dari daerah-daerah tersebut lalu lalang di wilayah ini. Mereka membawa berbagai kepentingan. Tujuannya tidak hanya bisnis tetapi juga belajar, wisata, dan belanja atau sekadar lewat. Untuk itulah pemkab bermaksud membangun sarana dan prasarana yang akan mendukung kegiatan mereka. Dengan kelengkapan fasilitas tersebut, Karimun berharap para pengunjung tinggal lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih banyak.

Sejak sebelum kelahirannya sebagai kabupaten tahun 1999, wilayah kepulauan ini ibarat jembatan penyeberangan yang dilewati banyak orang. Ramainya lalu lintas tersebut kelihatan dari pengunjung yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2001 melalui Pelabuhan Tanjung Balai Karimun tercatat 262.967 orang yang datang. Angka ini bertambah enam persen dibanding tahun sebelumnya. Mereka ada yang menggunakan visa, bahkan banyak pula yang bebas visa sekitar 98 persen. Singapura, Malaysia, Jepang, Taiwan, dan Thailand adalah lima negara asal pengunjung yang berada dalam urutan teratas.

Sebagai daerah kepulauan, Karimun memiliki 198 pulau yang 45 persen di antaranya masih kosong. Dari sekian banyak pulau, Karimun dan Kundur berperan sebagai pusat permukiman penduduk dan kegiatan ekonomi. Keduanya tergolong luas dibanding pulaupulau lain.

Saking banyaknya pulau dan luasnya wilayah perairan, Karimun seolah memiliki seribu pintu. Aneka barang dan orang bisa datang dari segala penjuru. Tak heran jika banyak berita penyelundupan terjadi di wilayah ini. Kasus penggelapan kayu, gula, beras, pakaian bekas, bahkan bayi tak berdosa kerap menghiasi berbagai surat kabar.

Karimun tak hanya mengandalkan pemasukan dari orang yang lalu lalang. Hasil tambang seperti granit, timah, pasir kuarsa, oker, dan kaolin justru berperan sebagai penggerak utama kegiatan ekonomi. Tahun 2001 kontribusinya sebesar Rp 490,8 miliar atau 35 persen dari seluruh kegiatan ekonomi.

Dari granit misalnya, diperoleh iuran Rp 5,2 miliar tahun 2001. Termasuk granit yang dipasarkan ke luar negeri 95 persen dari produksi 2,3 juta ton.

Hasil pertambangan timah yang dikelola PT Tambang Timah Tbk, rata-rata 4,7 juta ton per tahun terhitung sejak 1997. Dalam kurun waktu tersebut pernah mencapai 6,2 juta tahun 2000, tetapi setahun kemudian turun lagi hingga menjadi 5,5 juta ton. Peleburan biji timah selanjutnya dikirim ke Mentok, Pulau Bangka.

Selain dari pertambangan, kehadiran industri lain yang tergolong besar dan menengah turut meramaikan kehidupan ekonomi di daerah ini. Letaknya di perairan Selat Malaka yang menjadi perlintasan antardaerah bahkan negara memberi peluang usaha galangan kapal. PT Sembawang Shipyard, bengkel kapal berstatus PMA ini mengambil peluang tersebut. Ratusan kapal dari berbagai negara seperti Singapura, Jepang, Korea, Spanyol, Inggris, Norwegia, dan Amerika menjadi pelanggannya.

Karimun ditinjau dari hasil pertanian tanaman pangan tidak tergolong memuaskan, tetapi dari tanahnya masih bisa dipetik aneka buah-buahan seperti pepaya, mangga, pisang, rambutan, dan nangka. Bahkan di Pulau Kundur misalnya, dikembangkan budidaya nanas yang akan diolah menjadi minuman dalam kaleng oleh PT Inmas Sun Shine dan akan diekspor ke Arab Saudi.

Berdirinya 13 industri besar dan menengah di kabupaten ini sedikitnya membuka peluang kerja bagi masyarakat. Sekurang-kurangnya 3.000-an pekerja terlibat di dalamnya. Sebanyak 428 industri kecil formal maupun informal mampu menampung minimal 2.000-an pekerja. Mereka bergerak antara lain dalam pembuatan kue kering dan panganan lain yang berbahan baku ikan.

Pada sembilan lokasi pasar yang meliputi pasar tradisional dan semi tradisional, tertampung 1.110 pedagang di dalamnya. Karena sifatnya yang menjadi daerah perlintasan, Karimun membangun pula mal-mal yang cukup megah yang menyediakan berbagai kebutuhan. Hingga saat ini berdiri empat bangunan mal. Seluruhnya di Pulau Karimun yang merupakan sentra industri dan perdagangan.

Banyaknya pelancong yang datang ke sini memberi peluang tumbuhnya berbagai fasilitas hotel dan penginapan. Tak kurang 70 bangunan hotel siap melayani tamu yang ingin bermalam di sini. Tapi sayang jumlah kamar yang telah mencapai 2.500-an itu belum mampu menampung tamu-tamu yang datang, terutama di hari Jumat dan Sabtu. Menghadapi banyaknya pengunjung, memberi sedikit persoalan pula bagi Karimun. Karimun seolah makan buah simalakama, karena selain mendatangkan pemasukan, kunjungan wisatawan ke tempat ini ternyata turut menyuburkan dunia prostitusi.

Sebagai daerah kepulauan yang luas-perairan dua kali luas daratan-Karimun dilimpahi banyak hasil laut. Selar, kembung, tongkol, dan tenggiri adalah jenis-jenis ikan yang banyak ditangkap dan mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Harga per kilogram tenggiri misalnya, mencapai Rp 12.000. Selain itu, ada pula bermacam-macam udang seperti udang dogol, udang putih, dan udang windu yang turut menambah pemasukan bagi nelayan. Harganya cukup menggiurkan. Udang dogol tercatat Rp 40.000 per kilogram.

Dari perairan Karimun setiap tahun rata-rata diperoleh 43 juta ton ikan. Dari jumlah itu diperoleh pemasukan tak kurang dari Rp 33 miliar per tahun. Moro tercatat sebagai kecamatan dengan produksi ikan terbanyak. Sebagian besar nelayan menggunakan kapal motor sebagai sarana. Jumlahnya 93 persen dari 4.116 nelayan di wilayah ini.

Nila Kirana/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Karimun

·

Masyarakat Ikut Kontrol Pembangunan



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS