Rubrik
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Wisata
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Audio Visual
Otonomi
Pustakaloka
Jendela
Telekomunikasi
Kesehatan
Sorotan
Ekonomi Rakyat
Ekonomi Internasional
Didaktika
Pendidikan
Teropong
Pixel
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Fokus
Pengiriman & Transportasi
Bentara
Perbankan
Pergelaran
Ilmu Pengetahuan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Muda
Musik
Agroindustri
Furnitur
Otomotif
Investasi & Perbankan
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 16 Oktober 2003

Kabupaten Natuna

PENEMUAN kandungan gas alam cair tahun 1970-an di Kabupaten Natuna, mengukuhkan Indonesia sebagai produsen dan pengekspor LNG (Liquefied Natural Gas) terbesar di dunia. Dengan jumlah 45 triliun kaki kubik (TFC) mampu menghasilkan rata-rata 38 juta ton LNG per tahun selama dua dekade.

DARI total cadangan LNG di negara ini, diperkirakan 40 persen berada di lepas pantai Natuna. Meski terbukti memiliki kandungan CO2 tinggi, yaitu 71 persen, cadangan gas bersih di dalamnya tiga kali lebih banyak dibanding cadangan gas Arun di Sumatera Utara. Beberapa perusahaan yang mengelola hasil tambang tersebut, yaitu Premiere Oil Natuna Sea Ltd, Conoco Indonesia Inc, Gulf Resources Ltd, semuanya dari AS.

Natuna, dilihat dari potensi hasil tambang, tampak bergelimang harta. Sayangnya, kehidupan sebagian besar penduduk masih jauh dari sejahtera. Di tahun 2000 tak kurang 60 persen penduduk masuk kategori miskin yang tersebar di seluruh kecamatan. Paling banyak di Kecamatan Midai.

Rendahnya tingkat pendidikan dibarengi minimnya keterampilan merupakan salah satu penyebab sulitnya masyarakat Natuna terlibat dalam pengolahan hasil tambang berteknologi tinggi. Di antara penduduk yang bekerja, 2,2 persen berpendidikan SMU ke atas. Selebihnya lulusan SD atau SMP.

Mau tak mau menggarap tanah dan ladang atau menjadi nelayan menjadi pilihan utama. Di atas tanah berbukit dan bergunung batu di wilayah yang menjadi kabupaten tahun 1999 ini, harapan hidup sebagian besar masyarakat digantungkan. Meski kurang menjanjikan, 60 persen penduduk menghidupi keluarga dari hasil pertanian, termasuk perikanan.

Dari angka tersebut tergambar rendahnya kualitas hidup masyarakat Natuna. Pasalnya, dengan memperhitungkan hasil pertambangan, kontribusi pertanian yang sesungguhnya delapan persen dari total kegiatan ekonomi Rp 2,88 triliun.

Sektor pertanian yang mencakup pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan digarap dari tahun ke tahun. Hasil kerja para petani dan nelayan lima tahun terakhir-tanpa menyertakan minyak dan gas bumi-rata-rata mampu menggerakkan separuh dari total kegiatan ekonomi Natuna. Tahun 2002 tak kurang Rp 230 miliar atau 57 persen kegiatan ekonomi dari bidang ini, 43 persen di antaranya dari perikanan.

Padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, talas, dan kacang tanah adalah tanaman yang banyak diusahakan masyarakat. Hasilnya memang belum seberapa. Produksi ubi kayu, misalnya, tertinggi di antara kelima komoditas tersebut. Meskipun tertinggi, produksi ubi kayu rata- rata berkisar 1.500 ton per tahun. Pernah di tahun 1998 hasilnya 2.011 ton. Setelah itu belum pernah memuaskan.

Tidak semua kecamatan layak sebagai tempat bercocok tanam. Kecamatan Siantan, Palmatak, dan Midai, misalnya, tidak bisa menghasilkan tanaman pangan serta sayur-sayuran. Daerah-daerah tersebut hanya sesuai untuk areal perkebunan seperti buah-buahan, karet, kelapa, dan cengkeh. Di antara berbagai macam buah seperti mangga, nangka, pepaya, dan nanas, hasil panen pisang paling menggembirakan. Jumlahnya pernah mencapai 7.820 ton tahun 1999. Sayangnya setahun kemudian anjlok hingga menjadi 6.812 ton.

Kelapa merupakan jenis tanaman perkebunan yang cukup banyak di sana. Arealnya di tiap kecamatan dengan total menempati lahan 25.998 hektar. Daerah perkebunan kelapa yang tergolong luas di kecamatan Siantan 6.162 hektar dan Bunguran Timur 6.824 hektar.

Nasib tanaman padi tak beda jauh dengan ubi kayu. Dengan rata-rata 1.200 ton tiap tahun, daerah ini belum mampu mencukupi seluruh kebutuhan beras. Sebanyak 20 hingga 30 persen beras harus didatangkan dari luar daerah. Meski perluasan lahan sawah telah dilakukan, pengaruhnya belum bisa mendongkrak hasil panen. Kondisi tanah, keterampilan, dan sistem tanam yang masih sederhana menyebabkan rendahnya produktivitas padi. Malahan selama lima tahun sejak 1998 produktivitasnya terus turun dari 3,7 ton tahun 1998 menjadi 2,6 ton per hektar tahun 2002. Kecamatan Jemaja, Bunguran Barat, Bunguran Timur, dan Serasan, merupakan sentra padi di kabupaten ini.

Faktanya, Natuna sulit mengandalkan hasil tanah. Tetapi keberadaannya sebagai daerah kepulauan memberi peluang untuk bergerak di sektor perikanan. Luas perairan yang jauh lebih besar dari daratan, yaitu 97,7 persen menyimpan berbagai komoditas yang sangat potensial. Di dalamnya terdapat berbagai jenis ikan yang ternyata mampu mendatangkan rezeki bagi keluarga nelayan.

Napoleon, kerapu, tongkol, lobster, kuwe, kurisi, tamban, cumi-cumi, teri, dan kepiting adalah jenis-jenis komoditas yang banyak dihasilkan. Empat jenis yang disebutkan pertama adalah yang paling diandalkan. Tahun 2002, dari ikan napoleon 11.826 ton diperoleh pemasukan Rp 1,1 miliar. Kemudian disusul ikan kerapu 23.505 ton senilai Rp 0,9 miliar.

Natuna belum bisa mengolah lebih lanjut hasil-hasil laut. Lagi pula permintaan pasar lebih banyak berupa ikan hidup dan ikan segar. Selama ini Hongkong dan Singapura adalah negara-negara tujuan utama ekspor perikanan. Beberapa negara lainnya, yaitu Amerika Serikat, Australia, Cina, Jepang, Selandia Baru, dan Thailand, juga merupakan pasar yang potensial bagi Natuna.

Dibanding luas perairan, produksi kelautan Natuna belum tergolong memuaskan. Minimnya modal, sarana, dan prasarana yang dimiliki menjadi kendala yang dihadapi nelayan di sana. Dari 10.482 kapal penangkap ikan yang beroperasi, 30 persen masih berupa kapal tanpa motor.

Dari segi ketersediaan sarana, pelabuhan Natuna tidak kekurangan. Pelabuhan Laut Ranai, Sedanau, Midai, Serasan, Letung, dan Tarempa, menyediakan fasilitas bongkar muat orang dan barang.

Nila Kirana/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Natuna

·

Selamatkan Natuna dari Kepentingan Politik



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS