Rubrik
Inspirasi
Finansial
Berita Utama
Jawa Tengah
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Fokus
Wisata
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Audio Visual
Otonomi
Otomotif
Telekomunikasi
Bentara
Kesehatan
Ekonomi Rakyat
Ekonomi Internasional
Didaktika
Pendidikan
Teropong
Pixel
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Pustakaloka
Pengiriman & Transportasi
Jendela
Perbankan
Pergelaran
Ilmu Pengetahuan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Muda
Musik
Agroindustri
Furnitur
Sorotan
Investasi & Perbankan
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Selasa, 21 Oktober 2003

Kabupaten Muaro Jambi

SIAPA menyangka di tengah lebatnya hutan Muaro Jambi seluas 155.269,58 hektar ditemukan situs purbakala, candi. Jangan berharap candi yang ada seperti Candi Borobudur atau Prambanan di Pulau Jawa. Situs purbakala yang membentang dari Barat ke Timur di tepian Sungai Batang Hari sepanjang 7,5 kilometer ini dibangun menggunakan batu merah dan pada dindingnya belum ditemukan pahatan-pahatan relief. Terdapat 61 candi dalam kompleks candi ini tetapi yang sudah dibangun kembali hanya sembilan candi dan satu Talaga Rajo yang lokasinya tersebar di Desa Muara Jambi, Kemingking Dalam, dan Danau Lamo.

KEBERADAAN kompleks candi ini menjadi bukti bahwa sekitar abad 4-5 Masehi, Kerajaan Melayu pernah beribu kota di Muaro Jambi. Terletak sekitar 500 meter dari Sungai Batang Hari, keberadaannya seperti tersembunyi dari peradaban. Kondisinya pun tidak terawat. Tanaman-tanaman liar dibiarkan tumbuh di sekitar kompleks candi. Bahkan, tak jarang banyak hewan ternak seperti kambing dan sapi yang dibiarkan merumput di situ. Sarana transportasi pun cukup sulit untuk menjangkau kompleks candi tersebut. Selain karena lokasinya yang cukup jauh dari Lintas Timur Sumatera, juga belum ada moda transportasi khusus yang menuju lokasi obyek wisata.

Meski merupakan salah satu potensi daerah, dana untuk pariwisata dalam target anggaran 2003 hanya sekitar 0,2 persen. Maklum, kabupaten yang masih balita ini empat tahun lalu baru saja memisahkan diri dari Kabupaten Batanghari. Anggaran belanja pembangunan masih diprioritaskan pada sektor aparatur negara dan pengawasan yang mendapat porsi 38 persen. Salah satunya adalah program peningkatan sarana dan prasarana aparatur pemerintah, berupa pembangunan Kompleks Perkantoran Bukit Cinto Kenang yang proses pembangunannnya belum selesai. Begitu juga proporsi antara belanja rutin dan pembangunan: 65 persen banding 35 persen.

Di luar pariwisata masih ada sektor lain yang cukup bisa diandalkan, yaitu pertanian. Sektor yang merupakan basis ekonomi Kabupaten Muaro Jambi ini tahun 2001 memberi kontribusi terbesar, Rp 252 miliar

Hampir 50 persen kegiatan pertanian disumbang oleh perkebunan, yang memberikan kontribusi Rp 113 miliar. Didukung pula oleh keberadaan tenaga kerja yang bekerja di sektor perkebunan sebanyak 37 persen dan luas areal perkebunan 34 persen dari luas wilayah. Juga tidak lepas dari peran dua tanaman perkebunan karet dan kelapa sawit .

Perkebunan karet sudah sejak lama menjadi andalan perekonomian penduduk Muaro Jambi. Meski sekarang sudah banyak yang beralih menjadi petani kelapa sawit. Areal perkebunannya seluas 51.869 hektar lebih banyak dikelola oleh rakyat. Dan, hanya ada satu perkebunan besar yang dikelola oleh PT Brahma Bina Sakti.

Produksi getah karetnya pada tahun 2002 sebesar 25.486 ton, mengalami peningkatan 60 persen dari tahun sebelumnya. Begitu juga dengan luas areal tanamnya yang meningkat lima persen. Hal ini tidak lepas dari program peremajaan karet rakyat dalam bentuk pemberian bantuan bibit unggul karet kepada masyarakat. Selain itu, Dinas Perkebunan juga memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui Sekolah Lapang mengenai pengolahan hasil karet. Selama ini karet yang telah disadap diolah secara tradisional oleh masyarakat dengan mesin giling. Selanjutnya getah-getah karet dalam bentuk balok-balok cetakan harus diolah di luar Muaro Jambi karena belum ada industri pengolahan getah karet.

Kelapa sawit sebagai komoditas primadona petani kebun Muaro Jambi lebih banyak dikelola oleh pihak swasta dan negara. Tercatat ada 14 perkebunan besar swasta dan satu perkebunan negara yang ikut mengelola dengan pola perkebunan besar swasta (PBS), perkebunan inti rakyat (PIR) dan kemitraan. Hampir di tiap kecamatan terdapat perkebunan besar swasta. Bahkan, di wilayah yang banyak lahan gambutnya seperti di kecamatan Kumpeh, kelapa sawit juga bisa ditanam meski harus ditanam dengan kedalaman kurang dari satu meter.

Melalui pola PIR dan kemitraan, petani kelapa sawit dibantu dalam hal pembangunan kebun, pengadaan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama, dan pemasaran. Seperti PT Kirana Sekernan yang menerapkan pola kemitraan di kecamatan Sekernan. Lahan inti menjadi milik perusahaan melalui hak guna usaha (HGU). Adapun lahan plasmanya yang berada di sekitar lahan inti merupakan lahan masyarakat.

Tandan buah segar kelapa sawit tahun 2002 mencapai 312.977 ton. Hasil produksi ini ditampung di delapan industri pengolahan kelapa sawit. Industri yang mengolah menjadi minyak sawit mentah (crude palm oil) ini berlokasi di Kecamatan Maro Sebo, Sekernan, dan Sungai Bahar.

Bukan sebagai lumbung padi, bukan berarti pertanian tanaman pangan tidak memberikan andil. Meski hanya memberi kontribusi Rp 61 miliar tahun 2001, tanaman hortikultura buah cukup berperan. Duku dan nanas yang dihasilkan di Desa Tangkit, Kecamatan Kumpeh Ulu, produksinya pada tahun 2002 mencapai 9.482 ton dan 11.349 ton. Duku kumpeh yang varietasnya sama dengan duku palembang ini sering dipasarkan sampai ke Pulau Jawa, terkenal sebagai duku palembang. Adapun nanas tangkit sudah diolah menjadi selai, wajik, dodol nanas dan nanas goreng melalui industri rumah tangga.

Masih ada satu sektor lain dalam pertanian yang juga menjadi andalan kabupaten yang mengelilingi wilayah Kota Jambi ini, yakni kehutanan. Dengan luas areal hutannya 26,32 persen dari luas wilayah memberi kontribusi 80 persen bagian dari pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi kayu produksi hutan rakyat. Akan tetapi, hanya memberikan kontribusi pada produk domestik regional bruto (PDRB) 2001 sebesar Rp 38 miliar saja.

M Puteri Rosalina/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Muaro Jambi

·

Daerah Subur Langganan Banjir



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS