Rubrik
Jawa Tengah
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Liputan Lebaran
Berita Yang lalu
Jendela
Pustakaloka
Fokus
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Audio Visual
Otonomi
Furnitur
Agroindustri
Didaktika
Telekomunikasi
Teropong
Ekonomi Internasional
Wisata
Bentara
Bingkai
Pixel
Ilmu Pengetahuan
Pergelaran
Sorotan
Otomotif
Ekonomi Rakyat
Kesehatan
Pendidikan
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Investasi & Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Perbankan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Muda
Musik
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 04 Desember 2003

Kabupaten Klungkung

WILAYAHNYA memang paling kecil di antara sembilan kabupaten dan kota di Bali. Tetapi pada awal abad 19, dengan luas wilayah seperduapuluh bagian Pulau Bali, Kerajaan Klungkung mempunyai pengaruh terhadap kerajaan-kerajaan lain di Bali. Bahkan saat pemerintahan Dalem Waturenggong, wilayah kerajaan diperluas sampai ke Pasuruan dan Blambangan di Jawa, serta Lombok dan Sumbawa.

PADA awal pemerintahan, ibu kota kerajaan berada di daerah Gelgel. Tetapi sejak terjadi pemberontakan yang mengakibatkan kehancuran Gelgel, ibu kota pindah ke Desa Klungkung. Di daerah itu, raja Klungkung mendirikan Keraton Semarapura pada tahun 1686.

Sayang, kejayaan Kerajaan Klungkung dan kerajaan-kerajaan lain di Bali harus berakhir saat penjajahan Belanda. Berbagai perang melawan Belanda dilakukan raja-raja Bali, di antaranya Perang Buleleng, Jagaraga, Kusamba, Banjar, Badung, dan Klungkung. Perang Puputan Klungkung tahun 1902 merupakan perang terakhir melawan Belanda yang mengakibatkan keruntuhan Kerajaan Klungkung. Untuk memperingati Perang Puputan tersebut, berdiri Monumen Puputan Klungkung. Monumen berbentuk lingga dan yoni ini berdiri di atas tanah seluas 123 meter persegi di Kecamatan Klungkung.

Tidak jauh dari obyek wisata sejarah ini, terdapat kompleks bekas Kerajaan Klungkung. Kawasan wisata yang terdiri atas Kerta Ghosa, Taman Gili, dan Pemedal Agung ini juga ramai dikunjungi wisatawan. Tahun 2002 jumlah wisatawan mencapai 54.000 orang, lebih banyak dari obyek-obyek wisata yang lain. Namun, retribusi yang dipungut dari pariwisata menyumbang sekitar 12 persen dari total retribusi. Begitu juga dengan jasa hiburan dan rekreasi yang memberi kontribusi kegiatan ekonomi 2002 sebesar Rp 2,1 miliar.

Obyek wisata di Kecamatan Klungkung tidak hanya wisata sejarah. Empat kilometer arah selatan dari Kota Semarapura terdapat desa wisata Kamasan. Desa yang ada sejak zaman Dinasti Gelgel ini merupakan desa yang hampir seluruh penduduknya berprofesi seniman lukisan kamasan. Dulu memang penduduk Kamasan bermata pencarian petani. Namun sejak Gunung Agung meletus tahun 1963, mereka beralih profesi menjadi seniman. Tidak hanya kerajinan lukisan yang dihasilkan, tapi juga kerajinan perak, emas, kuningan, dan selongsong peluru.

Selain itu juga terdapat industri kerajinan gong dan gamelan di Desa Tihingan dan kerajinan barang-barang untuk upacara keagamaan di Desa Budaga. Memang sebagian besar industri pengolahan yang ada masih berskala kecil atau rumah tangga. Tahun 2002 tercatat 5.077 industri kecil/rumah tangga. Meski bisa memberikan kontribusi Rp 101 miliar pada kegiatan ekonomi tahun 2002, tapi bukan merupakan kegiatan ekonomi andalan dan terbesar.

Sebenarnya yang menjadi kegiatan ekonomi terbesar adalah pertanian. Tahun 2002 kegiatan ekonomi ini menyumbang Rp 325 miliar. Namun topografisnya yang sebagian besar berupa bukit-bukit terjal dan tandus menjadi kendala kemajuan pertanian. Selain hampir 50 persen wilayahnya berada pada kemiringan 15-40 persen. Kecamatan Nusa Penida yang terdiri atas Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, bahkan tidak bisa ditanami padi.

Padi hanya bisa ditanam di Klungkung daratan. Luas lahan sawah pada 2002 adalah 3.965 hektar. Luas areal sawah ini hanya 13 persen dari luas wilayah Klungkung. Sisanya didominasi lahan kering dan perkebunan. Seperti daerah-daerah lain, tahun 1998 hingga 2002, luas lahan sawah cenderung menurun rata-rata 0,5 persen. Penyebabnya juga sama yaitu alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian. Apalagi, saat ini sedang ada proyek pembangunan ruas Jalan Tohpati-Kusamba yang merupakan jalur jalan di selatan Bali.

Meskipun ada penurunan areal persawahan, produksi padi tahun 2002 mencapai 30.752 ton, meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya. Beras yang dihasilkan didistribusikan juga kepada penduduk Kecamatan Nusa Penida melalui pelabuhan Tribuana, Banjar Bias, atau Kusamba. Produksi padi terbesar ada di Kecamatan Banjarangkan. Wajar saja karena wilayah ini mempunyai areal sawah paling luas yaitu 2.058 hektar, dengan dukungan 55,3 persen penduduk bermata pencarian di sektor pertanian tanaman pangan.

Selain padi, Klungkung daratan juga mengandalkan palawija. Jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang ijo, kacang tanah, kedelai, buah-buahan dan sayuran tetap bisa diproduksi. Meski produksinya tidak sebesar kabupaten lain di Bali. Seperti ubi jalar, produksi tahun 2002 mencapai 2.664 ton, hanya empat persen dari total produksi Bali. Tetapi kelompok ibu-ibu setempat bisa mengolah ubi jalar dan ubi kayu menjadi kue yang hasilnya dipasarkan sampai swalayan-swalayan besar di Bali.

Tidak bisa ditanami padi, bukan berarti Kecamatan Nusa Penida tidak bisa menghasilkan tanaman pangan. Penduduk setempat berupaya menanami lahan kering dengan tanaman yang tidak memerlukan pengairan rutin. Kecamatan kepulauan ini memang tidak dialiri sungai dan hanya mengandalkan mata air Penida di Desa Sakti dan mata air Guyangan di Desa Batukandik.

Komoditas pertanian andalannya adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang ijo, kelapa, dan jambu mete. Bahkan penduduk setempat menjadikan ubi kayu sebagai makanan pokok yang diolah menjadi gaplek. Produksi jagung, kacang tanah, dan jambu mete pada tahun 2002 terbesar se-Klungkung.

Produksi pertanian Nusa Penida mulai bernilai ekonomis tinggi saat kacang tanah diolah menjadi makanan khas Bali, yaitu kacang asin dan kacang kapri. Pabrik kacang merek Garuda juga memanfaatkan sebagian hasilnya sebagai bahan baku.

Penduduk Nusa Penida tidak bisa begitu saja mengandalkan pertanian tanaman pangan yang hanya produktif saat musim penghujan. Mereka mulai melihat potensi laut yang mengelilinginya. Menanam rumput laut di pinggir-pinggir pantai menjadi pilihan karena pantainya masih dilindungi karang dan tidak berhadapan langsung dengan Laut Selatan. Didukung oleh pantai di kawasan Nusa Penida sepanjang 70 kilometer, produksi dari tahun 1998 hingga 2002 cenderung meningkat rata-rata 6 persen tiap tahun. Tahun 2002 mencapai 108.726 ton.

Klungkung memang tidak bisa mengandalkan potensi pertanian dan pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Pajak terbesar dipungut dari pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C dari penambangan pasir di sungai, sedangkan hampir 50 persen retribusi berasal dari pelayanan kesehatan. Total pendapatan jika dibandingkan dengan sembilan kabupaten/kota yang lain berada pada urutan ke-8 di atas Kabupaten Bangli. Dari segi pendapatan daerah, Klungkung tidak akan bisa mengulangi kejayaannya masa lalu.

M Puteri Rosalina/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Klungkung

·

Pencerahan dari Puri Klungkung



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS