Rubrik
Jawa Tengah
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Jendela
Pustakaloka
Fokus
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Audio Visual
Otonomi
Furnitur
Agroindustri
Didaktika
Kesehatan
Telekomunikasi
Teropong
Ekonomi Internasional
Wisata
Bentara
Bingkai
Pixel
Ilmu Pengetahuan
Sorotan
Otomotif
Ekonomi Rakyat
Pergelaran
Pendidikan
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Investasi & Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Perbankan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Muda
Musik
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 11 Desember 2003

Kabupaten Pangkep

DI suatu wilayah yang ditakdirkan menjadi daerah kepulauan, potensi kelautan dan perikanan adalah anugerah yang sudah pasti di depan mata. Untuk Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Tuhan memberi kado lain, yaitu kekayaan atas bahan galian tambang. Bingkisan itu terbukti mampu memberi kelancaran denyut nadi ekonomi daerah ini.

PEGUNUNGAN batu kapur atau karst yang berdiri tegak di kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Maros adalah bingkisan dari Yang Maha Kuasa itu. Dari dinding-dinding pegunungan inilah dihasilkan ribuan ton batu kapur untuk bahan baku semen dan marmer untuk bahan bangunan. Karst ini juga mampu menarik minat pengusaha lokal untuk berinvestasi membangun perusahaan pengolahan marmer di Pangkep.

Saat ini ada sekitar 20 perusahaan marmer yang berizin, meski hanya 10 pabrik yang aktif berproduksi. Dari kesepuluh perusahaan aktif, empat di antaranya mengolah marmer, mulai dari penambangan hingga menjadi produk siap pakai. Adapun enam perusahaan lain hanya menambang marmer hingga menjadi blok-blok marmer atau setengah jadi. Produk marmer, baik yang siap pakai maupun setengah jadi, selain dilempar ke pasar lokal dan dalam negeri juga dipasarkan ke Korea dan Cina.

Beberapa tambang marmer yang tercatat sudah dieksplorasi berada di Kecamatan Bungoro, Labakkang, Balocci, dan Tondong Talasa. Di Kecamatan Bungoro ini juga terdapat tambang batu kapur yang dikelola pabrik semen PT Semen Tonasa. Produksi bahan galian batu kapur yang menjadi bahan baku semen ini hingga November 2003 mencapai 2,4 juta meter kubik.

Keberadaan perusahaan-perusahaan penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut diharapkan memberi sumbangan bagi kas daerah. Dari total Rp 17,3 miliar target Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2003, dianggarkan hampir 40 persen pendapatan berasal dari pajak penggalian bahan galian batu kapur. Persentase cukup besar juga ditargetkan dari pajak penggalian bahan tambang golongan C lain, seperti tanah liat dan marmer. Dengan kata lain, Pangkep berharap banyak pada kekayaan tambangnya untuk memenuhi pengisian kas daerah.

Kabupaten ini memiliki 117 pulau-pulau kecil yang lokasinya tersebar hingga terjauh mencapai perbatasan Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur. Saat ini sekitar 90 pulaunya telah dihuni.

Keberadaan industri-industri hanya berada di wilayah daratan di ibu kota kabupaten. Pembangunan infrastruktur, seperti perbankan, toko, rumah makan, dan sarana komunikasi tentu banyak terpusat di kawasan tersebut. Dengan kata lain, dampak terisolasi wilayah yang letaknya jauh dari pusat pemerintahan kabupaten tak bisa dihilangkan. Masalah-masalah utama, seperti transportasi dan ketertinggalan informasi, masih menghantui beberapa wilayahnya. Meski belum terjamah seluruhnya, upaya pemerintah kabupaten paling mutakhir yang dianggap cukup spektakuler di kawasan itu adalah pemasangan listrik. Saat ini, hampir 30 persen desa di pulau-pulau terpencil itu sudah menikmati listrik.

Kelengkapan infrastruktur yang sedang diupayakan di wilayah ini difokuskan pada fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat, seperti jalan, listrik, dan rumah sakit. Pemasangan listrik di desa terpencil, pembukaan jalan hingga bisa dilalui kendaraan besar, serta pembangunan rumah sakit umum daerah (RSUD) yang lebih representatif, sebagian besar menggunakan Dana Alokasi Umum (DAU) dan menjadi titik berat pembangunan Pangkep. Hasilnya, jalan-jalan di Pangkep terbukti cukup mulus, kecuali di kawasan sekitar industri tambang.

Kabupaten yang jaraknya lebih kurang 50 kilometer dari Kota Makassar ini memang belum bisa bermimpi menjadi kawasan yang memiliki sarana dan prasarana selengkap ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan itu. Namun, wilayah ini tetap punya kebanggaan dengan potensi bahan tambangnya.

Sementara itu, potensi perikanan, khususnya perikanan darat, juga tetap menjadi andalan. Pangkep adalah kota tambak udang windu dan bandeng yang hasilnya selain dinikmati pasar lokal juga diekspor ke negara-negara Asia. Tak heran jika saat memasuki wilayah Pangkep dari Makassar akan mudah ditemui kios-kios sederhana di pinggir jalan yang menjajakan ikan bandeng segar hasil tangkapan dari tambak-tambak di sekitarnya. Adapun udang windu lebih diutamakan untuk pasar ekspor.

Pemandangan tambak di Pangkep menjadi ciri kabupaten ini, selain gugusan pegunungan batu kapur. Terdapat lebih kurang 10.000 hektar tambak yang membibitkan udang windu dan ikan bandeng. Dengan jumlah petambak sekitar 15.000 orang dari sekitar 180.000 tenaga kerja di Pangkep, bisa dikatakan menambak merupakan salah satu lapangan usaha utama yang digeluti penduduk selain industri.

Sementara itu, hasil perikanan laut Pangkep, seperti ikan kembung, layang, tembang, dan tuna sebagian diekspor ke mancanegara, selain untuk konsumsi lokal. Saat ini Pangkep baru mempunyai industri pengupasan kulit kepiting menjadi produk daging kalengan. Pada tahun 2000, produksi perikanan laut sebanyak 11.357 ton dan tahun berikutnya 10.598 ton. Tahun 2002 turun 33 persen dari tahun 2001 menjadi sebanyak 7.050 ton. Tenaga kerja yang bergelut di lapangan usaha ini sekitar 7.000 nelayan.

Wilayah Pangkep yang luas daratannya 1.112 kilometer persegi dan lautan yang mencapai 71.000 kilometer persegi ini sebenarnya menjanjikan potensi luar biasa jika digarap dengan sempurna dan bijak. Khususnya, potensi bahan galian yang sering diributkan berdampak pada kerusakan lingkungan.

Pengusaha di bidang industri ini memang telah diberikan ketentuan oleh pemerintah kabupaten semacam jaminan perbaikan kawasan yang telah selesai dieksplorasi dan dieksploitasi. Namun, perbaikan yang dibutuhkan tentu bukan hanya setelah produksi, tetapi juga pada saat proses penambangan berlangsung.

Sistem pembuangan limbah, kondisi jalan yang dilalui kendaraan perusahaan, dan kepedulian pada penduduk sekitar, adalah hal yang sering diabaikan.

Palupi P Astuti Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Pangkep

·

Di Laut Garap Pulau, di Darat Sewakan Ruko



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS