Rubrik
Finansial
Berita Utama
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Opini
Olahraga
Jawa Tengah
Humaniora
Politik & Hukum
Berita Yang lalu
Pustakaloka
Swara
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Fokus
Jendela
Otomotif
Furnitur
Agroindustri
Musik
Dana Kemanusiaan
Properti
Muda
Pergelaran
Ekonomi Internasional
Didaktika
Teropong
Telekomunikasi
Wisata
Ekonomi Rakyat
Pendidikan
Makanan dan Minuman
Esai Foto
Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Kesehatan
Bahari
Sorotan
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Bingkai
Bentara
Pendidikan Luar Negeri
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Selasa, 20 Januari 2004

Kota Tomohon

SEKILAS, Tomohon hanyalah sebuah kecamatan kecil di Kabupaten Minahasa dengan luas wilayah 2,7 persen dari luas wilayah Minahasa. Lokasinya pada jalur transportasi Manado–Tondano hanya menjadikan Tomohon tempat perlintasan sambil menikmati pemandangan alam. Namun, jangan beranggapan jika kecamatan yang seluruh wilayahnya terletak pada topografi dataran tinggi ini tidak mempunyai kekuatan atau potensi untuk menjadi daerah otonom.

BERDASARKAN Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003 yang disahkan bulan Februari 2003, Tomohon memisahkan diri dari Kabupaten Minahasa. Namun, baru pada tanggal 4 Agustus 2003 Tomohon diresmikan menjadi kota. Saat memisahkan diri, kota yang dikepung oleh wilayah kabupaten induknya ini dimekarkan menjadi tiga kecamatan. Tiga kecamatan itulah yang menjadi wilayah Tomohon.

Jangan meremehkan kota kecil ini. Sejak zaman penjajahan Belanda, Tomohon sudah kaya predikat. Daerah ini dikenal sebagai pusat agama Kristen di Kawasan Indonesia Timur. Tomohon berfungsi sebagai pusat Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa. Tomohon juga sebagai pusat perkebunan bunga di Sulawesi Utara. Tidak hanya itu, letaknya yang diapit oleh tiga gunung aktif: Lokon, Mahawu, dan Masarang menjadikan wilayah ini daerah wisata karena hawanya yang sejuk.

Lama menjadi bagian wilayah Kabupaten Minahasa tidak menjadikan kota ini wilayah yang "manja". Justru sebaliknya, kabupaten induk bagai kehilangan anak kesayangan. Sejumlah potensi pertanian, perdagangan, industri, pariwisata, dan adat dimiliki wilayah ini.

Angka kegiatan pertanian Tomohon tahun 2002 memang terbesar, yaitu Rp 76 miliar. Tetapi, jangan dianggap hanya berbasis pada ekonomi pertanian. Penduduk yang bermata pencarian petani sekitar 30 persen. Dulu, wilayah ini dikenal sebagai pusat perkebunan hortikultura dan perkebunan bunga. Namun, tahun-tahun terakhir ini, Tomohon harus menanggalkan predikat yang sekarang beralih ke Kecamatan Modoinding di daerah pemekaran Kabupaten Minahasa yang lain, Kabupaten Minahasa Selatan.

Tomohon lebih mengkhususkan diri pada pengembangan tanaman hias. Sejumlah tanaman hias seperti krisan, gladiol, aster, gerbera, dan anthurium tumbuh subur di Desa Kakaskasen, Tomohon Utara. Produksi tanaman hias pada tahun 2002 terbesar di Sulut dengan jumlah 48.000 tangkai.

Tomohon juga mulai mengembangkan komoditas tanaman hias lain, yaitu bunga krackleli dan kracknahel. Kedua bunga yang menjadi unggulan Tomohon ini merupakan varietas lokal. Krackleli bentuknya unik seperti terompet. Sedangkan kracknahel lebih mirip bunga mawar dengan kuntum lebih tebal. Harganya cukup mahal, satu kuntum Rp 2.000. Proses pengembangbiakannya dengan sistem stek memakan waktu cukup lama, sekitar 6 bulan. Dinas Agronomi bekerja sama dengan Universitas Sam Ratulangi mencoba mengembangbiakkan dengan sistem kultur jaringan untuk memperpendek waktu tanam. Hasilnya, butuh waktu tiga bulan untuk menanam kedua bunga unggulan tersebut.

Pemasaran tanaman hias sangat mudah. Terutama saat Natal dan Tahun Baru, pembeli dari seluruh Sulawesi Utara berburu bunga-bunga hias ke Kakaskasen. Di luar perayaan hari besar itu, petani memasarkan bunga-bunga ke pasar-pasar di Manado, Amurang, Tondano, dan Bitung. Jual beli tanaman hias inilah yang membuat kegiatan perdagangan, hotel, dan restoran di Tomohon semakin hidup, meski pada tahun 2002 hanya memberikan kontribusi Rp 41 miliar.

Sebenarnya perdagangan bukan hal baru bagi Tomohon. Sejak masih bergabung dengan Minahasa, pedagang di Tomohon selalu tercatat terbanyak di antara kecamatan-kecamatan lain. Sebagai gambaran, pada tahun 2002 jumlah pedagang di Tomohon 554 orang. Bandingkan dengan Tondano, ibu kota Kabupaten Minahasa, ada 401 pedagang. Meski hanya satu pasar di Tomohon, jumlah ruko setidaknya ada 12 di sepanjang jalan raya Tomohon–Tondano.

Selain pedagang lokal, banyak pedagang asal Minahasa dan Gorontalo. Seperti dilakukan petani durian dari Sonder, Minahasa. Mereka lebih senang berdagang durian di Tomohon daripada di Tondano atau Manado karena lebih menguntungkan. Selain itu, jarak Sonder-Tomohon lebih dekat dibandingkan dengan Sonder ke Manado atau Tondano.

Perdagangan di Tomohon juga terkenal sampai Tondano. Mayoritas pembeli berasal dari Tondano, selain penduduk Tomohon. Jarak yang sekitar 12 kilometer atau 15 menit perjalanan dari Tondano membuat penduduk Tondano lebih senang belanja ke Tomohon. Selain itu, kualitas dan kuantitas barang yang diperdagangkan juga lebih banyak dan bervariasi. Agaknya, faktor kedekatan dengan Manado membuat distribusi perdagangan dan jasa di Tomohon lebih lancar.

Kegiatan perdagangan lebih diuntungkan lagi dengan fungsi Tomohon sebagai kota pendidikan dan daerah wisata. Sekurang-kurangnya enam perguruan tinggi negeri dan swasta berlokasi di Tomohon. Menjamurnya perdagangan dan jasa penunjang pendidikan seperti wartel, warnet, fotokopi, rumah kos, dan perbankan tidak dapat dihindari. Begitu juga sebagai daerah wisata, predikat itu memicu munculnya hotel dan restoran yang sudah berkembang sejak dulu. Namun, saat ini belum tersedia hotel berbintang. Tomohon hanya difasilitasi 21 hotel kelas melati yang kebanyakan berlokasi di lereng-lereng pegunungan. Hal ini juga membuat sekitar 28 persen penduduk Tomohon bekerja di sektor jasa.

Tidak hanya perdagangan lokal yang berkembang. Perdagangan luar negeri pun cukup berkembang. Hal ini dipicu oleh industri rumah panggung yang cukup berkembang di Desa Woloan. Nilai ekspor tahun 2002 mencapai 173.600 dollar AS dengan volume 214 ton. Industri ini berkembang sejak tahun 1960-an, tetapi baru sekitar tahun 1980-an merambah pasar luar negeri. Sayang, keberadaan industri yang memakai bahan baku kayu besi, natoh, dan cempaka ini belum mengangkat kegiatan ekonomi industri. Pada tahun 2002 hanya menyumbang Rp 32 miliar terhadap kegiatan ekonomi.

M Puteri Rosalina/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kota Tomohon

·

Skenario Lama Kota Otonom



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS