Rubrik
Finansial
Berita Utama
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Opini
Olahraga
Jawa Tengah
Politik & Hukum
Humaniora
Berita Yang lalu
Pustakaloka
Swara
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Fokus
Jendela
Otomotif
Furnitur
Agroindustri
Musik
Dana Kemanusiaan
Properti
Muda
Pergelaran
Didaktika
Ekonomi Rakyat
Telekomunikasi
Wisata
Sorotan
Ekonomi Internasional
Pendidikan
Makanan dan Minuman
Esai Foto
Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Kesehatan
Bahari
Teropong
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Bingkai
Bentara
Pendidikan Luar Negeri
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 29 Januari 2004

Kabupaten Pohuwato

BERPISAH dari orangtua mungkin menyedihkan. Bagi yang sudah siap dan berbekal mantap, justru perpisahan menjadi tantangan dan kesempatan meraih lebih banyak. Itu yang terjadi dengan Kabupaten Pohuwato, daerah pemekaran Kabupaten Boalemo di tahun 2003. Daerah baru yang lahirnya berbarengan dengan Kabupaten Bone Bolango ini kaya potensi. Tak perlu khawatir akan masa depan asal bisa mengelola peluang dan kekuatan yang tersedia di depan mata.

DARI deretan angka statistik, bisa jadi justru sang induk akan menangis sedih akibat hilangnya dua pertiga wilayah, juga 160 kilometer bibir pantai yang harus berpindah tangan. Sejauh ini memang belum dipublikasikan angka pembagian hasil kegiatan ekonomi antara induk dan anak, tetapi yang jelas banyak titik-titik kekuatan Boalemo yang harus beralih.

Areal ladang jagung di sepanjang Jalan Trans-Sulawesi salah satunya. Kini, 16.300 hektar ladang jagung dengan produksi sekitar 52.400 ton tahun 2002 menjadi modal perekonomian dan bahkan menjadikan Pohuwato diperhitungkan sebagai penghasil jagung pipil dalam skala provinsi. Sekitar 40 persen jagung dari Provinsi Gorontalo disumbangkan oleh kabupaten ini. Pipilan laku dikirim ke mancanegara seperti Malaysia dan Filipina. Karena pesatnya perkembangan jagung dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Gorontalo, Pohuwato ditetapkan sejak bulan Desember 2003 menjadi pusat pengembangan agropolitan untuk komoditas jagung.

Jagung memang andalan budidaya tanaman pangan, tetapi bukan berarti komoditas lain diabaikan. Persawahan untuk penanaman padi tetap mendapat perhatian pemerintah kabupaten. Sebuah irigasi baru selesai dibangun untuk melengkapi tiga buah irigasi yang telah ada: Bunuyo, Taluduyunu, dan Balayo. Namun, irigasi baru yang dikenal sebagai irigasi Molosipat ini belum difungsikan, menunggu sawah baru.

Para transmigran dari Pulau Jawa yang terkumpul di bagian tengah, yaitu di Kecamatan Taluditi dan Randangan memperkenalkan budidaya jeruk kepada penduduk sekitar. Dulu, bibit jeruk dibawa langsung dari Pulau Jawa oleh para pendatang. Sekarang, bibit jeruk umumnya didapat dari tetangga sebelah barat, Kabupaten Parigi Moutong yang juga mengembangkan jeruk. Kemiripan iklim meyakinkan para petani bahwa bibit jeruk dari Parigi Moutong juga cocok dikembangkan di daerahnya. Jeruk yang disebut "jeruk manis" ini dihasilkan di Kecamatan Randangan. Pemasaran belum sampai antarpulau, baru lokal, paling jauh sampai Provinsi Sulawesi Utara.

Pertanian memang diminati sebagian besar penduduk sebagai ladang nafkah. Sekitar 53,10 persen penduduk memilih pekerjaan sebagai petani. Sementara sektor perkebunan hanya diminati oleh 4,95 persen.

Perkebunan yang banyak dibudidayakan adalah kelapa. Pohon kelapa berderet-deret. Ada yang rapi, ada pula yang tumbuh dengan jarak satu sama lain tak beraturan. Kelapa mudah ditemui, terutama di pinggir pantai. Pohon jenis monokotil ini juga sering terlihat ditumpangsarikan dengan jagung. Sepanjang tahun 2002, sekitar 15.350 hektar areal penanaman kelapa menghasilkan 18.500 ton kelapa (produksi kelapa Kabupaten Boalemo-tanpa partisipasi Kabupaten Pohuwato-5.600 ton). Setelah diolah, kelapa yang telah menjadi kopra dikirim ke luar negeri, antara lain ke Jepang, Filipina, dan Korea Selatan.

Selain kelapa, ada juga pembudidayaan jambu mete, kakao, kopi, kemiri, cengkeh, dan lada dalam bentuk perkebunan rakyat. Namun, luas areal dan produksinya tak sebesar kelapa.

Lahan-lahan kosong tak hanya terlihat di lokasi pusat pemerintahan, di kecamatan-kecamatan pun banyak. Penduduk memanfaatkan lahan tersebut untuk suplai makanan sapi. Dengan dukungan sekitar 7.900 hektar ladang penggembalaan, sapi-sapi dikirim ke provinsi lain, misalnya, Sulawesi Tengah serta daerah-daerah di Kalimantan Timur, seperti Tarakan, Balikpapan, dan Samarinda. Ayam buras juga menjadi andalan peternak dan pasar terbuka lebar. Setelah selama ini pasar utama ayam adalah Provinsi Sulawesi Utara, kini para peternak mulai melirik Provinsi Sulawesi Tengah yang lebih dekat jaraknya.

Lebih dari 70 persen permukaan kabupaten tertutup oleh hutan yang luas keseluruhannya tak kurang 334.000 hektar. Sekitar 68 persen berstatus hutan produksi. Kayu hutan yang sebagian besar berada di Kecamatan Popayato digunakan oleh penduduk sebagai bahan baku mebel, sementara untuk bangunan dijual hingga ke negeri ginseng, Korea Selatan. Di samping kayu, rotan yang sudah dibersihkan dan diolah setengah jadi dikirim ke Surabaya menjadi bahan baku industri di sana.

Melihat luasan yang belum dikelola, potensi besar membayang di pelupuk mata. Sampai sekarang, hanya ada sebuah HPH yang beroperasi, sementara lima buah lainnya masih dalam tahap mengurus syarat- syarat administrasi. Kecilnya jumlah penduduk cukup mengurangi kekhawatiran terjadinya konversi hutan. Bahkan, masih ada bekas HPH yang bisa dikonversikan seluas 50.000 hektar dan belum ada yang memanfaatkan. Selain itu, potensi rotan 15.000 hektar dengan produksi rata-rata 2,5 ton per hektar serta getah damar 2.000 hektar dengan rata-rata produksi 0,96 ton per hektar.

Laut biru di Teluk Tomini di bagian selatan juga layak dipertimbangkan sebagai pemacu perekonomian masa datang. Potensi tuna, cakalang, dan tongkol 2.100 ton per tahun, juga jenis yang lebih kecil seperti ikan layung, selar, dan teri 4.030 ton/tahun, ditambah kerapu, ikan baronang, dan kuwe 4.070 ton per tahun dapat dimanfaatkan oleh nelayan. Rumput laut yang bisa dikembangkan hingga 900 hektar dengan hasil 18.000 ton per tahun dan mutiara 1.000 hektar menanti usaha nyata. Udang windu bernilai ekonomi tinggi juga siap dikembangkan di tambak seluas 9.000 hektar. Kekuatan Pohuwato di sektor perikanan cukup signifikan dalam skala provinsi. Kabupaten yang usianya hampir satu tahun ini dijadikan pusat produksi perikanan, Kabupaten Boalemo menjadi pusat etalase perikanan.

Ratna Sri Widyastuti/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Pohuwato

·

Lumbung Pangan Gorontalo



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS