Rubrik
Berita Utama
Finansial
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Opini
Olahraga
Jawa Tengah
Politik & Hukum
Humaniora
Pemilihan Umum 2004
Berita Yang lalu
Pustakaloka
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Fokus
Jendela
Otomotif
Furnitur
Agroindustri
Musik
Muda
Dana Kemanusiaan
Makanan dan Minuman
Pergelaran
Didaktika
Ekonomi Rakyat
Swara
Wisata
Sorotan
Teropong
Pendidikan
Ekonomi Internasional
Esai Foto
Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Kesehatan
Bahari
Telekomunikasi
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Bingkai
Bentara
Properti
Pendidikan Luar Negeri
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Selasa, 03 Februari 2004

Kabupaten Bone Bolango

DALAM siklus hidup manusia, bayi berumur 11 bulan baru punya beberapa gigi. Ucapan-ucapannya belum bisa dimengerti, berdiri sendiri pun tak sanggup. Begitu pula Kabupaten Bone Bolango, pecahan dari Kabupaten Gorontalo pada bulan Februari 2003.

DI usia 11 bulan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah belum terbentuk sehingga peraturan daerah belum bisa disahkan. Lambang kabupaten juga masih nihil. Dinas-dinas yang bertugas melayani masyarakat belum memiliki tempat sendiri, terpaksa menyewa rumah penduduk di jalan Nani Wartabone di Kecamatan Suwawa.

Nama daerah yang masih dalam tahap mengenali jati diri ini diambil dari dua nama sungai, Bone dan Bolango. Tetapi, bukan kedua sungai ini yang menjadi penyangga utama sistem pengairan persawahan di bagian Bone Bolango yang landai. Sungai Lomaya menjadi penyokong irigasi persawahan di bagian utara dan Sungai Alale mengairi sawah di bagian timur. Bila dihitung kontribusinya dalam skala provinsi, produksi padi kabupaten ini sekitar delapan persen dari produksi Provinsi Gorontalo. Tahun 2002, sekitar 12.700 ton dipanen dari 3.700 hektar sawah.

Persawahan tersebar di seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Bonepantai. Morfologi daerah paling selatan ini berbeda dengan tiga kecamatan lain. Terpisah oleh gunung, belum ada jalan yang menghubungkan langsung dari ibu kota kabupaten di Kecamatan Suwawa. Jika penduduk dari Kecamatan Bonepantai ingin mengurus sesuatu di Kecamatan Suwawa, satu-satunya jalan harus memutar lewat Kota Gorontalo, baru menuju ibu kota kabupaten. Padahal, dari bagian paling ujung kecamatan yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Utara ke Kota Gorontalo dibutuhkan waktu lebih kurang tiga jam menggunakan kendaraan roda empat. Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke Suwawa selama setengah jam. Masalah prasarana cukup mengganggu perjalanan. Beberapa ruas jalan sepanjang pantai menuju Kota Gorontalo kurang baik. Saat hujan, pengemudi harus hati-hati karena jalan berlumpur. Belokan tajam serta menanjak membutuhkan kewaspadaan pengemudi.

Meski berhadapan langsung dengan laut biru, jernih, dan kaya hasil laut, penduduk di daerah pantai lebih banyak bertani dibanding menjadi nelayan. Hampir 45 persen penduduk memilih menggarap ladang sebagai sumber nafkah utama. Tanaman yang dibudidayakan umumnya jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah.

Lokasi di tepi Teluk Tomini cukup kondusif untuk perkembangan sektor perikanan. Tak kurang dua perusahaan mengirim hasil laut ke luar negeri, salah satu negara tujuannya adalah Jepang. Investasi perusahaan tersebut 1 juta dollar AS dengan kapasitas sekitar 1.500 ton per tahun. Selama tahun 2003, mereka mengirim ikan layang dan tuna beku ke Negeri Sakura sekitar 102 ton senilai 140.000 dollar AS.

Akses yang sulit ke Kecamatan Bonepantai berpeluang menyurutkan sektor perikanan di masa depan. Transaksi di tempat pelelangan ikan (TPI) daerah ini lebih rendah volume dan nilainya dibanding kecamatan sebelah, Kabila, yang justru memiliki garis pantai lebih pendek. Jika TPI Taludaa di Kecamatan Bonepantai memproduksi sekitar 178.000 ton hasil laut senilai Rp 345 juta, produk TPI di Kecamatan Kabila mencapai 229.000 ton atau senilai Rp 402 juta. Padahal, jumlah nelayan di Bonepantai tujuh kali lipat lebih banyak dibanding Kecamatan Kabila.

Pohon kelapa mudah dijumpai di sepanjang jalan yang meliuk-liuk mengikuti garis pantai kabupaten ini. Tercatat, Kecamatan Bonepantai diikuti oleh Kecamatan Suwawa menjadi wilayah yang memiliki pohon kelapa paling banyak. Pemeliharaan kelapa juga dilakukan di kedua kecamatan lain, hanya jumlahnya lebih kecil. Sepanjang tahun 2002, dari kebun 7.143 hektar, produksi kelapa 7.386 ton. Kelapa dari pohon akan dibuat bungkil kopra dan selanjutnya dikirim ke Surabaya untuk diolah lebih lanjut.

Kakao juga tersebar di keempat kecamatan dengan area penanaman terluas di Kecamatan Tapa. Hasil kakao berupa biji kering dijual ke provinsi-provinsi lain, termasuk Jawa Timur. Dari lahan 845 hektar yang ditanami kakao dihasilkan biji kering 175 ton. Di samping kelapa dan kakao, tanaman perkebunan lain yang dibudidayakan antara lain jambu mete, kopi, kemiri, aren, dan kayu manis.

Meskipun tak diketahui nilai dari hasil kegiatannya, pertanian menjadi sumber nafkah sebagian besar penduduk. Menurut Sensus Penduduk 2000, hampir 31 persen tenaga kerja tersedot dalam pertanian tanaman pangan dan 14,5 persen terserap di pertanian jenis lain, seperti peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan.

Usaha nonpertanian belum banyak diminati. Industri besar selain perusahaan pengekspor hasil laut beku belum ada. Kegiatan pengolahan yang tumbuh masih sebatas industri skala kecil dan rumah tangga. Beberapa industri kain kerawang yang hasilnya sebagian untuk seragam karyawan pemerintah kabupaten telah muncul dan cenderung mengumpul di Kecamatan Tapa dan Suwawa. Industri kerajinan anyaman juga hadir di Kecamatan Bonepantai dan Suwawa. Industri makanan dan minuman, termasuk yang mengolah hasil kebun penduduk, lebih banyak tumbuh di Kecamatan Kabila dan Tapa.

Pengembangan industri saat ini terkutub di dua kecamatan: Kabila dan Tapa. Salah satu faktor pendorongnya adalah akses yang lebih mudah ke Kota Gorontalo. Jarak yang dekat, kurang dari setengah jam dari Kota Gorontalo, dan angkutan umum lalu lalang memudahkan pemasaran serta pengangkutan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi.

Ke depan, tugas yang menanti masih berderet panjang. Infrastruktur harus terus dilengkapi. Jaringan jalan menuju wilayah-wilayah yang terisolasi sangat diperlukan. Selain Kecamatan Bonepantai, masih ada daerah di ibu kota kabupaten yang tak terjangkau kendaraan umum karena terpisah oleh sungai dan hanya ada jembatan kayu gantung sempit untuk menyeberanginya. Kendaraan roda empat tak bisa masuk dan sepeda motor pun harus dituntun ketika melintas. Bila jalan-jalan yang menghubungkan daerah-daerah terpencil dapat segera direalisasikan, perekonomian lebih cepat berderap, termasuk kecamatan di pinggir Teluk Tomini.

Hutan yang tersebar di seluruh kecamatan juga patut mendapat perhatian. Selama ini hutan memberi peran dalam perdagangan luar negeri. Hasil hutan produksi di Kecamatan Suwawa dan Bonepantai seluas 12.000 hektar diekspor ke Korea, Jepang, dan Singapura. Di masa datang, hutan bisa membantu ekonomi daerah.

RATNA SRI WIDYASTUTI Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Bone Bolango

·

Emas, Pariwisata, dan Perikanan



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS