Rubrik
Berita Utama
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Finansial
Opini
Olahraga
Politik & Hukum
Humaniora
Pemilihan Umum 2004
Jawa Barat
Berita Yang lalu
Jendela
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Dana Kemanusiaan
Makanan dan Minuman
Pustakaloka
Otomotif
Furnitur
Agroindustri
Musik
Muda
Fokus
Esai Foto
Sorotan
Ekonomi Rakyat
Swara
Pergelaran
Ekonomi Internasional
Teropong
Wisata
Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Didaktika
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Bingkai
Bentara
Telekomunikasi
Kesehatan
Properti
Pendidikan
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 03 Maret 2004

Kabupaten Nagan Raya

KATA "nagan" menunjukkan lima kecamatan miliknya berasal dari Kecamatan Seunagan, sedangkan "raya" berarti besar. Gabungan dari kedua kata ini mengandung arti kumpulan besar dari kecamatan-kecamatan pecahan Suenagan. Namun, bisa jadi juga harapan untuk menjadi kabupaten dengan nama besar kelak.

APABILA kondisi Nanggroe Aceh Darussalam terus membaik, mungkin mimpi ini cepat terwujud. Tak perlu menunggu beberapa dekade, cukup beberapa windu, barangkali.

Saat ini padi telah menjadi andalan kabupaten berjarak delapan jam ke Banda Aceh untuk tampil di tingkat provinsi. Dengan surplus rata-rata 95.000 ton per tahun, daerah di pesisir barat Sumatera ini menjadi salah satu penyuplai beras utama di Aceh.

Bibit yang dikeluarkan lembaga penelitian padi internasional atau International Rice Research Institute (IRRI) jenis IR-64 digarap di sawah-sawah yang mayoritas beririgasi semiteknis. Persawahan yang pengairannya dibantu oleh Sungai Krueng Betung dan Krueng Nagan ini tak tersebar di semua wilayahnya, hanya di Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, dan Betung. Di Kecamatan Darul Makmur hanya ada sawah tadah hujan, sedangkan di Kecamatan Kuala tak ada sawah sama sekali. Belum adanya pintu air menghalangi pengadaan sawah di kecamatan tepi pantai tersebut.

Dengan dukungan 30.000 hektar sawah, produktivitas panen padi telah mencapai 4,6 ton per hektar, melebihi angka produktivitas nasional tahun 2003. Produksi padi di masa datang akan lebih maju lagi dengan hadirnya penggilingan padi yang disiapkan pemerintah kabupaten dengan kapasitas 3 ton per jam. Selama ini sudah terdapat 170 penggilingan padi yang dimiliki secara perorangan dengan kapasitas masing-masing 3 ton per hari.

Sayangnya, ongkos produksi padi agak menggelembung karena pihak penyedia bibit sudah menghentikan usahanya. Sekarang petani harus mendatangkan bibit dari Medan dan membayar dengan harga yang lebih mahal sekitar Rp 800 per kilogram. Menurut pengalaman, sawah seluas setengah hektar memerlukan 10 sampai 15 kilogram bibit.

Komoditas tanaman pangan selain padi justru sudah diperdagangkan lintas provinsi. Adanya pasar pekan, pasar yang dilangsungkan tiap hari Minggu di Kecamatan Kuala, dimanfaatkan para pedagang dari Medan, Sumatera Utara, untuk membeli hasil-hasil pertanian dalam partai besar. Kacang tanah yang produksinya mencapai 9.000 ton pada tahun 2003 serta panen tanaman lain diperjualbelikan di pasar yang muncul sepekan sekali ini.

Medan tampaknya telah menjadi pilihan utama para pengusaha untuk memasarkan dagangannya. Jagung dalam bentuk pipilan dan kedelai dalam bentuk biji kering dibawa ke Medan lewat jalur Kuala-Tapak Tuan-Medan dengan lama perjalanan sekitar 10 hingga 12 jam. Tentu saja pengangkutan dilakukan dengan pengawalan dari petugas keamanan.

Secara umum, meski dibayangi konflik dan kepindahan semua warga transmigrasi akibat gangguan keamanan, produksi pertanian tanaman pangan tidak menurun. Budidaya tanaman yang bisa dilakukan di lingkungan rumah lebih banyak diminati dibandingkan dengan mengolah kebun di dekat hutan yang rawan gangguan. Menurut statistik perekonomian tahun 2002, budidaya tanaman pangan menjadi pemutar utama roda ekonomi dengan sumbangan 28,8 persen terhadap kegiatan perekonomian. Berdasarkan sensus penduduk 2000, sekitar 60 persen penduduk mencari nafkah di sektor ini.

Pada tahun 2005 diharapkan sistem pembuangan air atau drainase di persawahan telah selesai dibangun sehingga pola tanam yang selama ini hanya padi-padi akan menjadi padi-palawija-padi. Dengan cara ini, diharapkan kesejahteraan petani menjadi lebih tinggi.

Di urutan kedua setelah tanaman pangan, ada usaha peternakan dengan partisipasi sebesar 17,7 persen terhadap total kegiatan ekonomi. Sapi dan kerbau sebagian dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) di Kecamatan Seunagan dan Kuala, sebagian lagi dikirim dalam keadaan hidup dan dipotong di RPH di Medan. Dalam penjualan ternak ke ibu kota Sumatera Utara ini, Nagan Raya tak sendirian. Pesaing-pesaing seperti Kabupaten Aceh Barat, Aceh Barat Daya, dan Aceh Jaya juga mengirimkan hewan ternak.

Peternakan dan juga sawah memang sempat dilupakan karena warga sibuk dengan perkebunan kelapa sawit. Hutan luas terbentang yang belum dibuka dan hadirnya perkebunan-perkebunan besar sekaligus pengolah kelapa sawit menjanjikan hasil lebih kepada penduduk. Buah tandan segar dari perkebunan rakyat ditampung oleh perkebunan besar. Sejak ancaman gangguan dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM) makin meningkat, kebun-kebun yang berlokasi di dekat hutan menjadi rawan. Pemilik kebun jarang menengok kebunnya, apalagi menggarap.

Lewat koordinasi dengan aparat keamanan, perkebunan besar dan pabrik minyak sawit mentah atau (crude palm oil/CPO) masih tetap berjalan. Kira-kira 25 perkebunan besar menghasilkan buah tandan segar dan diolah di Kecamatan Kuala dan Darul Makmur. Setelah menjadi minyak sawit mentah, minyak tersebut dikirim ke Medan untuk diekspor ke Malaysia dan India.

Pemerintahan menjadi fokus utama dalam APBD 2004. Sekitar 43 persen pengeluaran ditujukan untuk bidang administrasi umum pemerintahan. Tidak kurang dari 22 persen anggaran dikeluarkan untuk pembenahan prasarana, penataan ibu kota pemerintahan, dan bangunan. Ini pantas sebab sebagian besar prasarana jalan dalam kondisi rusak.

Jika infrastruktur dan keamanan Nagan Raya sudah membaik, peluang mendapatkan penanam modal akan semakin besar. Berbagai sektor ekonomi akan berjalan lancar, termasuk upaya pemanfaatan bahan galian A hingga C yang diperkirakan tersimpan di balik tanah.

RATNA SRI WIDYASTUTI Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Nagan Raya

·

Berharap Transmigran Kembali ke Nagan Raya



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS