Rubrik
Berita Utama
Finansial
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Opini
Olahraga
Politik & Hukum
Humaniora
Jawa Barat
Berita Yang lalu
Pustakaloka
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Fokus
Jendela
Otomotif
Furnitur
Agroindustri
Musik
Muda
Dana Kemanusiaan
Esai Foto
Swara
Sorotan
Pergelaran
Ekonomi Internasional
Wisata
Properti
Telekomunikasi
Interior
Teropong
Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Pendidikan Luar Negeri
Ekonomi Rakyat
Pendidikan
Didaktika
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Bingkai
Bentara
Kesehatan
Makanan dan Minuman
Bahari
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 14 April 2004

Kabupaten Bangka Tengah

DENGAN segala keterbatasan, pada usia pemerintahan yang belum genap setahun, pemerintah kabupaten berusaha menyelenggarakan pemerintahan. Bupati berkantor di bekas gedung pertemuan kecamatan, sedangkan beberapa dinas mengumpul di sebuah gedung bekas kelurahan.

PEGAWAI negeri yang bertugas di Koba sementara tinggal di perumahan milik PT Koba Tin.

PT Koba Tin adalah perusahaan patungan antara Malaysia Smelting Corporation dan PT Timah Tbk. Perusahaan yang menguasai sekitar 41.600 hektar areal pertambangan di Kabupaten Bangka Tengah dan Bangka Selatan ini memiliki kontrak karya yang habis pada tahun 2003, namun sudah diperpanjang hingga tahun 2013. Kegiatan perusahaan ini tak hanya penambangan, tetapi juga peleburan timah.

Bijih-bijih timah yang diambil dari pertambangan yang berada di Kabupaten Bangka Tengah maupun Bangka Selatan diolah dan dimurnikan ke dalam bentuk timah batangan dengan merek Koba, dengan kandungan unsur timah murni 99,9 persen di Koba. Timah murni ini kemudian diekspor ke mancanegara melalui Singapura.

Dalam menggarap areal pertambangan, PT Koba Tin tak sendirian. Sekitar 550 tambang inkonvensional atau lebih sering disingkat dengan sebutan TI diusahakan oleh warga di lokasi pertambangan PT Koba Tin. Tambang-tambang tanpa izin ini umumnya menjual hasil tambangnya ke PT Koba Tin untuk diolah.

Dari perhitungan kegiatan ekonomi di kabupaten baru ini, timah menjadi jantung pemacu ekonomi. Industri yang dimotori pemurnian timah milik PT Koba Tin menjadi penyangga utama dengan sumbangan sebesar 35,27 persen terhadap total kegiatan ekonomi. Industri- industri lainnya yang berskala kecil, misalnya industri gula aren dan karoseri mobil, di kabupaten baru ini masih minim jumlahnya. Umumnya, industri-industri kecil ini berada di Kecamatan Pangkalan Baru yang berada di dekat Kota Pangkal Pinang.

Setelah industri, kegiatan tambang yang sebagian besar merupakan penambangan timah menjadi kontributor kedua terbesar dengan partisipasi sebesar 33,75 persen terhadap kegiatan total ekonomi kabupaten. Pendapatan kabupaten dari urusan timah ini pun cukup lumayan. Retribusi yang ditarik dari bijih timah senilai Rp 500 per kilogram ternyata telah mencapai Rp 50 juta. Padahal, targetnya hanya sebesar Rp 12 juta per tahun.

Meski timah saat ini menjadi andalan, pemerintah kabupaten (pemkab) berusaha menyiapkan alternatif bila penambangan dan peleburan timah tak bisa diandalkan lagi. Antisipasi pengangguran yang membengkak akibat penutupan TI sudah mulai dipikirkan. Salah satunya adalah perkebunan. Sumbangan terhadap ekonomi sektor ini memang jauh di bawah industri dan pertambangan, sekitar 3,75 persen. Akan tetapi, menurut Sensus Penduduk 2000, tak kurang dari 40 persen penduduk mencari nafkah di sektor ini. Angka ini menunjukkan tingkat popularitas perkebunan di mata warga, terutama saat komoditas lada putih yang harganya mampu melejit tinggi.

Pada saat krisis moneter, satu kilogram lada dihargai sampai dengan Rp 80.000 per kilogram. Sekarang, harga anjlok bisa sampai di bawah Rp 20.000 per kilogram. Padahal, ongkos produksi bisa mencapai Rp 16.000 per kilogram karena besarnya pos-pos pengeluaran, seperti tenaga kerja dan tiang penyangga atau junjung yang harganya berkisar antara Rp 5.000 dan Rp 8.000 per buah.

Tanaman lada bisa ditemukan di seluruh kecamatan yang ada di Bangka Tengah. Jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Pulau Bangka, produksi lada Bangka Tengah menjadi juru kunci alias paling sedikit.

Hasil panen berupa biji sekitar 2.200 ton dari lahan seluas hampir 5.600 hektar pada tahun 2003 dijual ke tengkulak dan dikirim ke Kota Pangkal Pinang. Petani terkadang langsung menjual ke pedagang di Pangkal Pinang. Selanjutnya, komoditas yang berbentuk butiran maupun bubuk ini diekspor ke luar negeri.

Saat-saat harga lada anjlok seperti sekarang, petani kembali menggeluti penyadapan karet yang mereka tanam di kebun. Hasil sadapan dimasak menjadi balok-balok putih yang biasanya dijual dua kali seminggu pada hari Selasa dan Kamis seharga Rp 3.000 per kilogram. Oleh para tengkulak, sadapan karet dibawa ke Palembang dan dibentuk menjadi lembaran, kemudian diekspor ke luar negeri. Tak kurang dari 1.400 ton sadapan getah yang didapat dari areal seluas 3.400 hektar.

Jenis tanaman perkebunan lain, kelapa sawit, mulai dilirik oleh PT Timah Tbk untuk dikembangkan menjadi perkebunan dengan sistem plasma inti sehingga ikut menguntungkan warga sekitar. Saat ini ada tiga perkebunan besar swasta yang sudah memakai 10.100 hektar di Kecamatan Sungai Selan, atau sama dengan setengah dari luas areal yang dicadangkan di lokasi tersebut.

Dikarenakan belum ada pengolahan sawit, tandan buah segar sawit di bagian barat kabupaten ini dibawa ke wilayah tetangga di Kabupaten Bangka Barat. Di sana tandan buah segar diolah menjadi minyak sawit mentah.

Selain pertanian, garis pantai sepanjang 195 kilometer dan pulau kecil sebanyak 12 buah di tepi timur dan barat kabupaten menyimpan peluang besar. Diperkirakan terdapat potensi tangkap di Laut Cina Selatan sebesar 1, 2 juta ton per tahun, terdiri dari ikan demersal 656.000 ton, ikan pelagis kecil 513.000 ton, dan ikan-ikan jenis lain.

Komoditas yang mendatangkan untung besar saat ini adalah ikan kerapu. Ikan kerapu segar tangkap dihargai Rp 80.000 per kilogram, sedangkan kerapu hidup laku lebih mahal, Rp 200.000 per kilogram. Ikan-ikan ini dikirim ke Pangkal Pinang, lalu diekspor ke Singapura. Dengan keberadaan Pelabuhan Perikanan Tipe D Kurau yang dibangun tahun 1985 dan TPI Sungai Selan di bagian barat kabupaten, produksi tangkap telah mencapai hampir 6.000 ton atau senilai Rp 18 miliar.

Ratna Sri Widyastuti Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Bangka Tengah

·

Menciptakan Sumber Nafkah Warga Tanpa Henti



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS