Rubrik
Berita Utama
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Finansial
Opini
Olahraga
Jawa Barat
Humaniora
Politik & Hukum
Berita Yang lalu
Jendela
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Dana Kemanusiaan
Makanan dan Minuman
Pustakaloka
Otomotif
Furnitur
Agroindustri
Musik
Muda
Fokus
Esai Foto
Sorotan
Swara
Ekonomi Internasional
Didaktika
Wisata
Properti
Telekomunikasi
Interior
Ekonomi Rakyat
Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Bingkai
Bentara
Kesehatan
Pergelaran
Teropong
Pendidikan
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 21 April 2004

Kabupaten Kaur

BERADA di pesisir Samudra Hindia dan sebagian lainnya di lereng Bukit Barisan adalah letak geografis Kabupaten Kaur secara umum. Letak ini menjanjikan dua potensi sekaligus, yaitu pertanian, perkebunan, atau kehutanan di satu sisi, dan tentu perikanan laut di sisi lain. Itu adalah potensi yang jelas bisa diusahakan, belum termasuk yang masih tersembunyi, seperti potensi tambang atau pariwisata misalnya. Masih banyak yang belum digarap di kabupaten yang usianya baru menginjak tahun pertama bulan Februari lalu.

DI mana-mana, kendala yang sering ditemui pada sebuah wilayah baru adalah keterbatasan infrastruktur. Ini pula yang dialami Kaur, mulai dari masalah transportasi, komunikasi, hingga belum ada investor yang berminat mempertaruhkan modalnya di sini. Dalam hal komunikasi, khususnya telepon, Kaur masih mengalami hambatan dengan sering terputusnya jaringan. Adalah hal biasa jika suatu saat atau suatu hari sangat sulit menghubungi seseorang via telepon di wilayah ini, meskipun masih di ibu kota. Selain jaringan telepon yang sering mengalami gangguan, kendala lain adalah transportasi. Walaupun hampir seluruh kecamatan bisa dijangkau, kondisi jalan di banyak wilayah tak terlalu bagus. Banyaknya permukaan jalan bergelombang dan berlubang membuat tidak nyaman para pemakai jalur darat.

Sudah ada cita-cita membangun sebuah landasan pacu yang bisa didarati pesawat jenis Fokker untuk tujuan komersil, namun itu baru merupakan wacana pemerintah kabupaten (pemkab) yang mendambakan kemajuan transportasi di wilayahnya. Rencana ini bukan mustahil diwujudkan karena Kaur punya wilayah yang cukup strategis karena berdekatan dengan Provinsi Lampung, yang merupakan pintu gerbang paling selatan Pulau Sumatera. Dengan adanya lapangan perintis, Kaur punya akses yang lebih mudah dijangkau. Untuk tujuan tersebut, saat ini mulai dibebaskan lahan lebih kurang empat hektar di Kecamatan Maje.

Wilayah, yang menurut Sensus Penduduk Tahun 2000 berpenghuni kurang dari 100.000 jiwa, ini memiliki iklim dan tanah yang cukup cocok ditanami tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit dan karet, selain tanaman pangan padi dan palawija. Khusus palawija, Kaur memiliki luas tanam dan luas panen tanaman kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar cukup luas. Meskipun demikian, mayoritas penduduk wilayah ini tetap memilih sektor perkebunan sebagai mata pencaharian utama.

Di lapangan usaha perkebunan, Kaur sebenarnya memiliki potensi tanaman kopi yang areal penanamannya cukup luas. Namun, karena harga kopi sering tidak menentu, menyebabkan pamornya kian lama kian berkurang dan semakin tidak bisa diandalkan sebagai produk unggulan. Sementara karet dan kelapa sawit adalah komoditas yang bernilai cukup tinggi, di samping harga di pasaran yang tidak terlalu berfluktuatif.

Selain karet dan kelapa sawit, Kaur masih memiliki komoditas perkebunan unggulan yang cukup khas, yaitu jahe gajah yang areal penanaman terluas ada di Kecamatan Nasal. Di antara kabupaten tetangga, yaitu Bengkulu Selatan dan Seluma, tanaman ini hanya ditemukan di Kaur. Untuk pengembangan potensi ini, pemkab mendirikan sebuah pabrik minuman jahe instan yang mulai beroperasi sejak bulan Januari tahun 2004. Hal itu diupayakan sebagai bagian dari program pembudidayaan jahe gajah besar-besaran meski pemasarannya masih lokal. Pabrik minuman jahe instan ini dibangun atas kerja sama pemkab dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu.

Sentra tanaman kelapa sawit ada di Kecamatan Kaur Utara, Kaur Tengah, dan Kaur Selatan, sedangkan karet banyak di Kaur Tengah. Sebenarnya, ada juga tanaman lada yang sejak dulu dikenal sebagai salah satu produk unggulan Kaur. Akan tetapi, kurangnya pembinaan membuat lada kini agak terbengkalai. Apalagi harga lada pun berfluktuatif. Ini menjadi salah satu sebab mengapa banyak petani kopi dan lada mengalihkan lahan mereka untuk ditanam komoditas lain atau bahkan menjualnya untuk dijadikan lahan dengan fungsi berbeda.

Sebenarnya, Kaur punya anugerah lain dari alam yang memungkinkan digarap serius. Secara geografis, ia berada di pesisir Samudra Hindia, yang berarti cukup besar kekayaan laut yang bisa digali. Garis pantai yang dimiliki sepanjang lebih kurang 100 kilometer. Namun, seperti banyak daerah lain di Indonesia, potensi ini belum dikembangkan maksimal.

Mayoritas nelayan di Kaur adalah pelaut tradisional yang menangkap ikan hanya dengan perahu layar atau kapal tidak bermotor. Tahun 2002, jumlah kapal jenis ini 294 unit, sementara kapal dengan motor tempel sejumlah 243 unit. Jumlah kapal bermotor hanya tujuh unit. Produksi perikanan laut tahun itu sekitar 1.230 ton, dengan jumlah tangkapan terbesar dari Kecamatan Nasal.

Produk utama perikanan laut dari Kaur adalah ikan tuna dan udang jenis lobster. Seluruh produksi laut, termasuk tuna dan lobster, habis sebagai konsumsi lokal karena produksi rata-rata per hari hanya tiga ton. Dari tujuh kecamatan di Kaur, hanya satu kecamatan, yaitu Kaur Utara, yang tidak memiliki potensi perikanan laut karena seluruh wilayahnya berbatasan dengan daratan.

Cukup besarnya kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Kaur, baik yang telah dimanfaatkan maupun yang masih berupa potensi, mengakibatkan pemerintahan yang terbilang masih baru ini membuat banyak rencana pembangunan. Untuk perbaikan jaringan listrik, misalnya, telah diupayakan agar gardu listrik di Kecamatan Kaur Utara, yang selama ini berbagi daya dengan Kabupaten Bengkulu Selatan, dimiliki sebagai gardu sendiri. Pemkab Kaur juga berencana membuat saluran irigasi yang juga terletak di Kecamatan Kaur Utara, yang nantinya mampu mengairi lahan sawah hingga 8.000 hektar. Selain itu, pembuatan jalan tembus sepanjang 150 kilometer, yang menghubungkan wilayah Kaur Utara hingga perbatasan Provinsi Lampung, juga sedang diupayakan. Dengan kata lain, ada banyak garapan yang direncanakan Pemkab Kaur demi menjadikan wilayahnya benar-benar mandiri.

Palupi P Astuti Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Kaur

·

Upaya Menata Diri untuk Menyusun Langkah Maju



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS