Rubrik
Berita Utama
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Finansial
Opini
Olahraga
Jawa Barat
Humaniora
Politik & Hukum
Berita Yang lalu
Jendela
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Teknologi Informasi
Dana Kemanusiaan
Makanan dan Minuman
Pustakaloka
Otomotif
Furnitur
Agroindustri
Musik
Muda
Fokus
Esai Foto
Wisata
Swara
Didaktika
Properti
Telekomunikasi
Interior
Ekonomi Rakyat
Teropong
Ekonomi Internasional
Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Investasi & Perbankan
Pendidikan Dalam Negeri
Pendidikan Luar Negeri
Bahari
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Bingkai
Bentara
Kesehatan
Pergelaran
Sorotan
Pendidikan
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 29 April 2004

Kabupaten Pulang Pisau

PELABUHAN Pulang Pisau yang terletak di hilir Sungai Kahayan begitu sepi, bahkan ada yang menyebut mati suri. Padahal, bagi para pemain kayu, di tahun 1970-an pelabuhan ini pernah menjadi surga. Kapal-kapal pengangkut kayu gelondongan dari dalam dan mancanegara sering lego jangkar di sana.

PELABUHAN ini ramai dikunjungi kapal-kapal pengangkut kayu. Ketika kayu mulai menipis di Kalimantan Tengah (Kalteng), pelan tapi pasti, pelabuhan ini mulai jarang disinggahi kapal. Pelabuhan kini berada di wilayah Kabupaten Pulang Pisau, pemekaran Kabupaten Kapuas.

Kabupaten yang dilahirkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 ini bertekad menghidupkan kembali peran Pelabuhan Pulang Pisau. Areal pelabuhan 58 hektar, yang sebagian ditanami pohon pisang dan kayu sengon, akan digenjot menjadi pintu gerbang kawasan timur Kalteng.

Sejak Maret 2004, kapal perintis merapat sebulan dua kali di pelabuhan dengan trayek Pulang Pisau, Maliku, Pangkoh, Bahaur, Pagatan, terus ke Surabaya. Demikian sebaliknya, Surabaya-Pulang Pisau singgah di daerah-daerah tersebut.

Bagi kabupaten yang terdiri dari enam kecamatan ini, sebentar lagi dimekarkan menjadi delapan kecamatan, kedatangan kapal perintis menjadi langkah pertama mendongkrak kembali kepopuleran pelabuhan.

Di samping sebagai kapal penumpang, kapal perintis juga mengangkut barang. Sejak Maret 2004 hingga April, penumpang masih gratis. Bahkan muatan di bawah satu ton dari Pulang Pisau juga belum perlu membayar. Masalahnya adalah apa yang bisa diangkut kapal ini ke Surabaya?

Bagi kabupaten yang sebagian wilayahnya terdiri dari lahan gambut (277.300 hektar), pertanyaan yang kelihatannya sederhana itu merupakan pekerjaan rumah yang luar biasa. Pulang Pisau belum mempunyai hasil industri atau pertanian yang secara periodik siap dikapalkan.

Industri Pulang Pisau yang dikenal masyarakat adalah plywood. Produksinya diekspor ke Taiwan, Amerika Serikat, dan ke Timur Tengah. Pabrik pembuat plywood ini pernah menghentikan usaha beberapa bulan, kemudian awal April 2004 kembali berproduksi.

Kabupaten Pulang Pisau juga dikenal sebagai lumbung beras bagi Kalteng. Produksi padi dari tahun ke tahun selalu meningkat. Pada tahun 2001, dari luas panen padi sawah dan padi ladang 11.654 hektar dihasilkan 27.301 ton padi. Di tahun 2002, luas panen dan produksi padi meningkat. Luas panen tercatat 21.376 hektar, menghasilkan padi 46.276 ton.

Saat ini petani di Pulang Pisau dilanda kebingungan. Hasil panen padi yang melimpah tak terserap pasar. Pemerintah kabupaten sedang mengusahakan agar Depot Logistik mau membeli padi mereka agar petani mendapat modal kembali untuk musim tanam berikutnya. Beras mereka bersaing dengan beras impor yang gampang dijumpai di pasar-pasar tradisional.

Kontribusi tanaman pangan bagi perekonomian Pulang Pisau mencapai 23,08 persen. Sedang sektor pertanian, mencakup tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, sumbangannya 53,25 persen dari total kegiatan ekonomi kabupaten Rp 809,6 miliar.

Kabupaten yang pendapatan per kapita tahun 2003 mendekati Rp 5,4 juta ini sektor pertaniannya masih memungkinkan dikembangkan. Luas areal pertanian yang tersedia untuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan 133.100 hektar. Sedang yang sudah diolah dan menghasilkan 11.939 hektar.

Wilayah kabupaten terbelah dua. Bagian utara merupakan perbukitan berpasir dengan ketinggian 50-100 meter, cocok untuk perkebunan sawit dan karet. Di sebelah selatan berupa rawa-rawa dan pantai sepanjang 153,4 kilometer. Mengingat ketinggiannya 0-5 meter dari permukaan laut, wilayah selatan ini dipengaruhi oleh pasang surut air. Dari pantai dan daerah berair ini dihasilkan 7.344 ton ikan laut dan 2.958 ikan darat.

Wilayah selatan akrab dengan banjir. Karena itu, tidak mengherankan bila halaman rumah penduduk di sana adalah badan jalan. Membuat rumah sederhana yang jauh dari badan jalan membutuhkan banyak biaya untuk membuat halaman depan rumah. Biaya menguruk halaman yang selalu basah karena terkena air pasang surut bisa sebanding dengan biaya material rumah itu sendiri.

Untuk merealisasi impian menjadikan Pulang Pisau sebagai kawasan timur Kalteng, banyak jalan yang perlu ditingkatkan dan dibenahi. Kini sedang dikerjakan jalan dari Pelabuhan Pulang Pisau yang menembus ke jalan lintas Kalimantan sepanjang tiga kilometer. Kalau jalan ini selesai, diharapkan banyak kapal yang bongkar muat di pelabuhan karena dari Pulang Pisau lebih dekat dijangkau Palangkaraya, Kuala Kapuas, maupun Banjarmasin daripada kapal harus membongkar muatan di Sampit, Kotawaringin Timur.

Pembangunan jalan tembus sepanjang 200 kilometer dari Palangkaraya-Buntok, Kabupaten Barito Selatan melewati Kecamatan Kahayan Tengah akan membawa dampak positif bagi kabupaten ini. Tersedianya sarana jalan akan lebih mempermudah dan memperpendek jarak tempuh arus barang dari Pelabuhan Pulang Pisau.

Lancarnya tansportasi darat di kabupaten ini akan mampu menarik investor mengembangkan sumber daya alam. Di sana terdapat kaolin, pasir kuarsa, gravel, minyak, gambut, timah, dan emas. Minyak ini di sekitar Desa Garong di Kecamatan Kahayan Hilir dan Desa Buntoi di Kecamatan Pandih Batu. Minyak ini sudah ada sejak zaman Belanda. Emas ada di Desa Bareng Rambang sampai Desa Tangkahen, Kecamatan Banana Tingang.

Pulang Pisau berjarak 91 kilometer dari Banjarmasin. Dari Palangkaraya juga tersedia angkutan umum. Kondisi jalan ke sana sebagian besar aspal. Kondisi jalan agak terganggu di Tumbang Nusa karena sedang dibangun jembatan layang, yang di beberapa ruasnya belum tersambung. Jalan layang ini melintasi kawasan tanah gambut, yang bila hujan menjadi danau. Kalau jalan ini tersambung, perjalanan Palangkaraya-Pulang Pisau tidak akan mengalami hambatan di musim hujan.

Di samping menghidupkan kembali Pelabuhan Pulang Pisau, juga sedang hangat dibicarakan menjadikan Bahaur di Kahayan Kuala sebagai pelabuhan laut. Tekad melakukan gebrakan dan percepatan pertumbuhan perekonomian lewat jalur laut dan sungai ini ingin memutar kembali roda sejarah. Sejarah yang masih diingat penduduk yang mengalami jayanya pelabuhan mereka.

FX SRIYADI ADHISUMARTA LITBANG Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Pulang Pisau

·

Pulang Pisau, Jalan Menuju Kalteng yang Terabaikan



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS