Rubrik
Berita Utama
Finansial
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Opini
Olahraga
Politik & Hukum
Jawa Barat
Humaniora
Berita Yang lalu
Furnitur
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Dana Kemanusiaan
Fokus
Otomotif
Agroindustri
Musik
Muda
Swara
Makanan dan Minuman
Esai Foto
Perbankan
Pustakaloka
Pendidikan Dalam Negeri
Jendela
Interior
Kesehatan
Ekonomi Rakyat
Bentara
Pengiriman & Transportasi
Ekonomi Internasional
Sorotan
Pendidikan Informal
Telekomunikasi
Teknologi Informasi
Didaktika
Bahari
Teropong
Wisata
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Properti
Pergelaran
Investasi & Perbankan
Bingkai
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Rabu, 28 Juli 2004

Kabupaten Minahasa Utara

SEPENGGAL kisah masa lalu nenek moyang orang Minahasa kiranya bisa direkonstruksi dari keberadaan tempat kuburnya. Kubur batu atau orang Minahasa biasa menyebutnya waruga, terbuat dari batu monolit berbentuk kotak berongga dengan penutup berbentuk atap rumah. Baik wadah maupun tutupnya diberi pahatan gambar yang melukiskan profesi si mayat sebelum meninggal. Kuburan kuno peninggalan dari zaman Megalitikum itu, di antaranya bisa dilihat di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, ibu kota Kabupaten Minahasa Utara.

KOMPLEKS peninggalan sejarah warisan peradaban para leluhur masyarakat Minahasa kuno itu kini termasuk cagar budaya yang dilindungi pemerintah dan merupakan salah satu obyek wisata budaya di Minahasa Utara.

Pariwisata memang menjadi salah satu aspek yang mendapat perhatian pemerintah daerah untuk dikembangkan. Topografi wilayahnya yang sebagian besar berupa dataran rendah serta sebagian kecil berbukit-bukit dan bergunung memungkinkan dikembangkannya wisata alam, budaya, dan bahari.

Kegiatan menyelam, snorkeling, renang, sport fishing, dan rekreasi luar ruangan merupakan jenis wisata yang ditawarkan di beberapa pantai dan pulau di kawasan kabupaten ini. Misalnya, Taman Laut Nain dan Mantehage, Pantai Tarabitan dan Pantai Lilang dapat digunakan untuk kegiatan menyelam.

Sementara snorkeling dan sport fishing bisa dilakukan di Pulau Gangga dan Pulau Sahaung. Wisata lainnya adalah daerah wisata Gunung Klabat dan agroindustri. Sarana penunjang, seperti rumah makan dan restoran, juga cukup tersedia hampir di setiap wilayah kecamatan.

Bila dikaitkan dengan produk domestik regional bruto (PDRB) kabupaten ini, kontribusi penunjang pariwisata, seperti hotel dan restoran, memang belum besar, sumbangannya baru sebesar 9,09 persen. Persentase itu masih jauh di bawah jumlah yang diberikan sektor pertanian yang mencapai 33,61 persen.

Pertanian memang menjadi penopang utama PDRB Minahasa Utara. Sumbangan terbesar sektor pertanian terutama diperoleh dari perkebunan (35,26 persen), tanaman pangan (26,96 persen), dan perikanan (26,63 persen).

Alam dan cuaca di daerah ini memang cocok untuk areal tanaman pertanian. Hampir di semua kecamatan berbagai tanaman pertanian tumbuh subur. Budidaya padi sawah yang diterapkan di sini umumnya sawah dengan irigasi semiteknis dan sederhana, di samping juga terdapat sawah tadah hujan.

Penanaman dilakukan dua kali musim tanam dan kadang kala digilir dengan tanaman palawija. Tanaman pangan yang diusahakan oleh penduduk adalah padi, jagung, ubi-ubian, dan tanaman hortikultura lainnya. Sebanyak 33,41 persen penduduk bekerja di lahan pertanian pangan ini. Tahun 2003, dari luas panen padi sawah 4.453 hektar dihasilkan 21.355 ton, sementara produksi padi ladang 2.345 ton dihasilkan dari 961 hektar. Hasil itu selain untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah sendiri, juga dipasarkan ke daerah sekitar.

Tanaman perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar, memegang peranan penting bagi perekonomian Minahasa Utara. Komoditas perkebunan yang banyak diusahakan penduduk adalah kelapa, cengkeh, vanili, cokelat (kakao), dan pala.

Pola penanaman masih sederhana dan merupakan perkebunan rakyat yang dikelola secara turun-temurun. Tanaman kelapa, misalnya, diusahakan penduduk sudah sejak lama dan tumbuh subur hampir di semua kecamatan di Bumi Nyiur Melambai ini. Tahun 2003 produksi kelapa mencapai 335.747 ton dari areal tanam seluas 40.584 hektar.

Oleh penduduk kelapa umumnya dibuat kopra yang merupakan komoditas unggulan kabupaten. Kopra di sini sebagian besar merupakan produk industri rumahan, sementara pengolahan kelapa menjadi minyak dikerjakan oleh pabrik dalam skala kecil. Selain itu, kelapa juga diolah menjadi tepung kelapa, nata de coco, dan arang tempurung. Pabrik-pabrik pengolah kelapa tersebut terdapat di Kecamatan Airmadidi, Dimembe, Kauditan, dan Kema. Semua komoditas ini sudah masuk pasar ekspor, terutama ke Eropa dan India.

Cengkeh, pala, dan vanili juga lumayan banyak ditanam di daerah ini. Tanaman cengkeh terutama diusahakan di Kecamatan Airmadidi, Kauditan, dan Kema. Terdapat 4.000 hektar areal potensial untuk tanaman ini. Produksi cengkeh hasilnya memang belum begitu besar, yaitu 2.043 ton dari lahan seluas 6.436 hektar. Sementara produksi pala 307 ton dari areal seluas 497 hektar. Lokasi penanaman pala terdapat di Kecamatan Kauditan dan Kema.

Beberapa kecamatan di Minahasa Utara, seperti Wori, Likupang Barat, Likupang Timur, Kema, dan Kauditan berbatasan dengan laut sehingga memiliki potensi besar di bidang perikanan. Ada 5.715 orang atau sekitar 2.800 rumah tangga yang menggantungkan hidup dari hasil laut. Baik perikanan laut maupun darat, serta budidaya rumput laut, mutiara dan biota laut banyak diusahakan penduduk setempat. Selain itu, budidaya ikan air tawar yang pengembangannya dilakukan dalam keramba ataupun jaring apung dan kolam.

Budidaya ikan bandeng dan udang windu terutama di Kecamatan Kema, Likupang Barat, dan Likupang Timur. Sementara rumput laut antara lain diusahakan di Pulau Nain, Likupang Barat, Likupang Timur, dan Kema, serta kerang mutiara di Pulau Talise dan Pulau Bangka. Produk komoditas utama hasil laut daerah ini adalah ikan tuna, ikan cakalang, ikan kerang, rumput laut, dan mutiara. Hasil laut ini diekspor ke Eropa, Amerika, dan Asia.

Hasil bumi dan laut daerah ini dapat sampai ke daerah tujuan pemasaran karena didukung oleh sarana yang cukup tersedia. Prasarana produksi dan transportasi sudah terbangun dan dapat dilalui dengan kendaraan darat dan laut.

Kondisi wilayah kabupaten terbungsu di Provinsi Sulawesi Utara ini-bila tidak ada lagi pemekaran-merupakan area sentra dan titik simpul pusat pengembangan dan pertumbuhan antara Kota Manado dan Kota Bitung, serta Kabupaten Minahasa. Kabupaten yang baru resmi menjadi daerah otonom pada 7 Januari 2004 ini memang termasuk dalam kawasan pengembangan Kapet Manado-Bitung.

MG Retno Setyowati/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Minahasa Utara

·

Bukan Lagi Makan Bakmi di Manado



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS