Rubrik
Berita Utama
Finansial
International
Metropolitan
Naper
Nusantara
Bisnis & Investasi
Opini
Olahraga
Politik & Hukum
Jawa Barat
Humaniora
Berita Yang lalu
Furnitur
Otonomi
Audio Visual
Rumah
Dana Kemanusiaan
Fokus
Otomotif
Agroindustri
Musik
Muda
Swara
Makanan dan Minuman
Esai Foto
Perbankan
Pustakaloka
Pendidikan Dalam Negeri
Interior
Kesehatan
Ekonomi Rakyat
Bentara
Pengiriman & Transportasi
Ekonomi Internasional
Sorotan
Pendidikan Informal
Telekomunikasi
Teknologi Informasi
Didaktika
Bahari
Wisata
Teropong
Jendela
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan
Ilmu Pengetahuan
Pixel
Properti
Pergelaran
Investasi & Perbankan
Bingkai
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Selasa, 03 Agustus 2004

Kabupaten Bombana

SEGITIGA Bukari merupakan akronim dari Buton, Kolaka, dan Kendari. Istilah ini menunjukkan bahwa dulunya ketiga kabupaten di ujung tenggara Pulau Sulawesi itu bersinggungan. Titik temunya berada di puncak Pegunungan Mendoke, yang berada di tengah- tengah Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

AKRONIM tersebut sejak tahun 2004 sudah tidak tepat lagi. Sudah harus diganti dengan Bokari, yakni kependekan dari Bombana, Kolaka, dan Kendari. Titik singgung yang tadinya termasuk wilayah Buton, yaitu Kecamatan Rumbia, kini sudah menjadi daerah otonom, yakni Kabupaten Bombana. Dasarnya adalah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2003, tanggal 18 Desember 2003.

Pusat pemerintahan Bombana berada di Rumbia dan masih menempati bangunan Kecamatan Rumbia, sekitar 200 meter dari Selat Kabaena. Belum dialiri listrik PLN selama 24 jam, sehari-hari masyarakat memakai listrik dari mesin diesel. Listrik baru menyala pukul 18.00 hingga pukul 06.00.

Komunikasi pun mengalami hambatan, telepon belum tersambung, telepon seluler juga tidak berfungsi di sana. Para sopir angkutan umum menyebut Bombana sebagai kabupaten di jalan buntu. Olok-olok itu memang beralasan sebab jalan darat dari Kendari ujungnya berakhir di Terminal Rumbia. Tidak tembus ke mana-mana.

Meskipun demikian, di Rumbia terdapat pelabuhan bagi kapal cepat dan kapal biasa yang melayani rute ke Kota Bau-Bau. Memang tidak setiap hari terdapat kapal cepat, hanya bila tanggal genap. Dengan biaya Rp 40.000, penyeberangan dari Rumbia ke Bau-Bau dapat ditempuh dalam tempo tiga jam. Sementara dengan kapal biasa, yang tarifnya Rp 25.000, memakan waktu sembilan jam.

Angkutan umum yang melayani rute dari pusat pemerintahan kabupaten ke Kendari berakhir pukul satu siang. Di atas jam tersebut suatu keberuntungan apabila penumpang masih mendapat kendaraan. Angkutan lalu lintas dari atau menuju Kendari melalui jalan di tengah Taman Nasional Rawa Aopa.

Menurut catatan, di taman nasional ini terdapat binatang yang dilindungi, seperti burung maleo (Macrocephalon maleo), bangau putih susu (Mycteria cineria), rangkong (Rhyticeros cassidic). Adapun jenis primata yang berada di sana adalah podi (Tarsius spectrum) dan kera hitam (Macaca ochreata). Mamalia besar yang merupakan satwa langka dan dilindungi adalah anoa, rusa, kuskus, bajing perut merah, dan sebagainya.

Bisa jadi catatan yang selama ini dibaca orang perlu direvisi. Sewaktu lewat di sana yang bisa dilihat hanya lima ekor monyet hitam yang sedang menyeberang jalan dan burung blekok putih yang sedang mencari makan. Anoa dan maleo sudah lama tidak pernah ditemui, sedangkan rusa yang dulunya jinak berseliweran di pinggir jalan kini sudah raib.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai luasnya 105.194 hektar, setelah dikurangi 366 hektar lahan yang dipakai sebagai sawah desa. Kabupaten Kolaka, Kendari, dan Bombana yang 50.000 hektar wilayahnya berada di sana bekerja sama mengelola taman ini. Dulunya Rawa Aopa, karena kekayaan flora dan faunanya, pernah diimpikan menjadi obyek pariwisata dan penelitian.

Bombana dalam usianya yang belum genap satu tahun mulai berbenah, menghitung kekuatan dan kekayaan sumber daya alam untuk dijadikan modal mengangkat perekonomian rakyat. Wilayah ini merupakan gudang ternak besar dan lumbung hasil pertanian Buton. Di dalam perut Bumi banyak terdapat bahan tambang yang belum diolah.

Tahun 2002 jumlah sapi di Kabupaten Buton 21.523 ekor. Dari jumlah tersebut 85,5 persen berada di wilayah Bombana sekarang. Sementara kerbau sebanyak 1.943 ekor dan kuda 1.301 ekor. Mayoritas populasi kedua jenis hewan ini berada di Bombana.

Luas sawah Kabupaten Buton, baik yang bisa dipanen dua kali maupun sekali dalam setahun, adalah 10.272 hektar. Ketika terjadi pemekaran wilayah, Buton harus merelakan 91 persen sawah kepada Bombana. Sementara produksi padi sawah dan ladang yang sebanyak 50.801 ton, sekitar 88 persennya dihasilkan oleh Bombana. Sebagian produksi beras petani dibeli depot logistik setempat. Setiap kilogram dihargai Rp 2.790.

Ketika menelusuri jalan dari Kendari ke Rumbia, di sepanjang jalan wilayah Bombana terlihat tanaman kelapa, cokelat, dan jambu mete. Data tahun 2002 mengenai perkebunan rakyat menggambarkan luas lahan jambu mete 15.124 hektar, kelapa dalam 11.554 hektar, cokelat 6.759 hektar, aren 4.598 hektar, dan kopi 1.454 hektar. Perkebunan rakyat lainnya adalah cengkeh, lada, dan kemiri.

Komoditas hasil kerja para petani ini masih diperdagangkan dalam bentuk petik jual, kecuali kelapa yang dijual dalam bentuk kopra. Kebanyakan petani menjual hasil bumi mereka ke pedagang pengumpul setempat. Baru kemudian diperdagangkan ke Makassar atau ke Surabaya.

Nelayan Bombana yang masih menggunakan peralatan sederhana pada tahun 2002 menghasilkan 10.943 ton ikan laut. Untuk ikan darat dihasilkan 1.290 ton, yang sebagian merupakan hasil budidaya para petani ikan.

Di Bombana terdapat 3.941 hektar tambak yang pusatnya terdapat di Kecamatan Poleang Timur seluas 2.200 hektar, disusul Kecamatan Rarowatu 1.068 hektar. Hasil tangkapan ikan laut paling besar dihasilkan nelayan Kecamatan Kabaena Timur yang terletak di Pulau Kabaena.

Menurut Sensus Penduduk 2000 dari 49.409 penduduk yang bekerja, sebanyak 77,5 persen menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sebagian besar dari mereka menggeluti tanaman bahan pangan dan perkebunan. Di samping bertani, mereka juga memelihara ternak sebagai tabungan yang gampang dicairkan di saat mereka membutuhkan uang.

Bagi perajin rotan, Bombana merupakan salah satu kabupaten yang harus diperhitungkan. Terdapat 32.450 hektar areal tanaman rotan dari seluruh kecamatan, dengan hasil 1.040 ton rotan pada 2002. Belum ada industri pengolahan di Bombana yang siap membuat mebel atau kerajinan lainnya sebagai nilai tambah produk perkebunan. Rotan dijual ke Makassar atau ke Pulau Jawa dalam bentuk batangan.

Perut bumi Bombana menunggu investor yang bersedia mengolah. Baru pertambangan batu gamping di Kecamatan Poleang Timur yang diolah. PT Aneka Tambang Tbk di Kolaka menggunakan batu gamping Bombana untuk mengolah feronikel.

Terdapat bahan tambang nikel yang kadarnya cukup tinggi di Pulau Kabaena. Konsesi seluas 218.000 hektar bahan tambang ini dipegang oleh PT Inco asal Kanada yang kontrak kerjanya berakhir 2025. Di sini juga terdapat marmer yang diperkirakan depositnya mencapai 233 miliar meter kubik. Di Kecamatan Poleang terdapat hamparan padang pasir kuarsa yang merupakan bahan baku kaca.

Di Kecamatan Kabaena juga terdapat gugusan Pulau Sagori yang biasa dijadikan tempat singgah para turis asing saat dalam perjalanan ke Taman Nasional Wakatobi di Kabupaten Wakatobi. Sagori yang berpasir putih ini tentunya juga bisa dijadikan daerah tujuan wisata bagi mereka yang suka scuba diving, snorkling, dan bermain selancar.

Sementara itu, di Teluk Lingura yang berada di Pulau Kabaena dan juga di perairan Pulau Tembakau, Rumbia, terdapat budidaya mutiara.

FX Sriyadi Adhisumarta/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Bombana

·

Bombana, Negeri Dewi Padi



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS