Selasa, 26/09

25 Sep
23 Sep
22 Sep
21 Sep
20 Sep
19 Sep
18 Sep
16 Sep
15 Sep
14 Sep
13 Sep
12 Sep
11 Sep
09 Sep
08 Sep
07 Sep
06 Sep
05 Sep
04 Sep
02 Sep
01 Sep
31 Agus

Susunan Redaksi

Copyright © 1998 Harian Bernas
supported by

Kompas Online

ica, sans-serif" color="#D6D6D6" size=1>KesehatanEkonomi RakyatInvestasi & PerbankanMudaBentaraSorotanAgroindustri UTAMA

Oknum ABRI Kabur dari Sel Denpom Surakarta

  • Tersangka Pelaku Curanmor
  • Solo, Bernas
    Seorang oknum anggota ABRI dari sebuah kesatuan di Madiun yang terlibat dalam serangkaian kasus Curanmor di Surakarta, Kus (28), kini menjadi buronan Denpom IV/4 Surakarta. Kus kabur dari sel tahanan Denpom Surakarta dan kini terus diburu.

    "Kalau tertangkap, ia segera kami ajukan ke Mahkamah Mili ter," kata Dan Denpomm IV/4 Surakarta, Letkol CPM Suhadi tanpa menyebut kapan Kus kabur, saat dikonfirmasi, Rabu (19/11).

    Kus bersama beberapa tersangka anggota sindikat Curanmor (pencurian kendaraan bermotor), yakni Mus (25) dan Rom (28) di tangkap polisi karena diduga mencuri sepeda motor. Mus diduga sebagai sebagai penadah sekaligus mengedarkan sepeda motor curian itu ke calon pembeli.

    Menurut sumber Bernas, sebelum dibekuk Tim URC (Unit Reaksi Cepat) Polresta Surakarta, Kus pernah terlibat kasus Curanmor. Kus mengaku 4 kali mencuri sepeda motor di Solo. Yakni 3 Honda Astrea Grand pada April, Mei dan Juni 1997 di Hotel Iskandar Solo, di Palur Karanganyar dan di Kentingan, serta sebuah Honda Astrea Prima pada Mei 1997 di Rumah Sakit Triharso Solo.

    Dijual "protholan"
    Hasil curian itu, menurut pengakuan Kus kepada petugas, di jual kepada Mus, pedagang loakan di Banjarsari seharga Rp 300 ribu/buah. Mus kemudian menjual kembali sepeda motor itu dalam bentuk protholan.

    Oleh Polresta Surakarta, Kus kemudian diserahkan ke Denpom IV/4 Surakarta dan di sini ia melarikan diri dengan cara membobol atap sel tahanan.

    Suhadi mengatakan, Kus melarikan diri dalam keadaan tangan terborgol. Selama Kus dalam tahanan, petugas jaga setempat selalu mengecek keberadaannya. "Setiap 10 menit dicek petugas jaga. Namun dalam 10 menit terakhir, ia diketahui kabur," ujar Dande pom.

    Untuk membekuk Kus, Denpom IV/4 Surakarta terus melacak jejak Kus. "Sesuai pesan Pangdam IV/Diponegoro, anggota ABRI yang melakukan pelanggaran, sekecil apa pun, harus ditindak tegas," kata Suhadi.

    Granat meledak
    Petugas Denpom IV/4 Surakarta kini telah mengamankan MK, oknum anggota Depolek 02 Adisumarmo Solo berpangkat Sertu, berkaitan dengan granat yang meledak dan menewaskan Sakat Tri nomartono, warga Desa Butuhan Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten dan mencederai 2 anak Sakat (Bernas, 13/11). MK, menantu Sakat, adalah tersangka pemilik granat pembawa petaka itu.

    Suhadi menjelaskan, untuk pengusutan lebih lanjut, MK ditahan di Markas Denpom. "Kami sudah berkoordinasi dengan Dan Depolek 02 Adisumarmo untuk mengusut kasus itu hingga tuntas," ujar Suhadi.

    Danrem 074/Warastratama, Kol Inf Suryanto dikonfirmasi Bernas, mengatakan bahwa granat yang meledak di rumah Sakat berasal dari Timor-Timur. "Granat yang ditemukan di Desa Sribit itu sudah tidak aktif," ujar Danrem.

    Ketika diperiksa petugas Denpom, MK mengakui bahwa granat yang menewaskan mertuanya itu sebagai miliknya. "Dari hasil penyidikan, granat tersebut buatan Korea, yakni jenis K-75 W/Fuze K-31, granat sensitif dan gampang meledak dan terbilang sulit diredam," ujar Dan Denpom.

    Mengenai asal-usul granat dan bagaimana awal mulanya hingga bisa dibawa pulang ke rumah MK, Dan Denpom menjelaskan bahwa pihaknya masih terus mengusutnya.

    Bila benar granat itu adalah pemberian teman MK yang pulang dari Timor-Timur, apakah teman MK tersebut akan dipanggil untuk diperiksa? Dandenpom belum bersedia memberi keterangan rinci.

    Yang jelas, katanya, pihaknya terus mengembangkan penyidikan untuk mengusut kasus tersebut hinggga tuntas. Apa pun alasannya, setiap anggota ABRI tidak dibenarkan membawa pulang granat ke rumah. "Mengenai sanksinya, tunggu saja hasil penyidikan," kata nya. (uu/hst) dana, Arial, Helvetica, sans-serif" color="#D6D6D6" size=1>PropertiDana KemanusiaanSwaraTeknologi InformasiTeropongRumahPendidikan Dalam NegeriJendela Info Otonomi atas

    Senin, 27/7

    26/7 Berita
    25/7 Berita
    24/7 Berita
    23/7 Berita
    22/7 Berita
    21/7 Berita
    20/7 Berita
    19/7 Berita
    18/7 Berita
    17/7 Berita
    16/7 Berita
    15/7 Berita
    14/7 Berita
    13/7 Berita
    12/7 Berita
    11/7 Berita
    10/7 Berita
    09/7 Berita

    Susunan Redaksi

    Copyright © 1998 Harian Bernas
    supported by

    Kompas Online

    LUE="">   UTAMA

    Hari Ini Bupati Magelang Drs H Hasyim Afandi Dilantik

    "Saya akan Gunakan Kata Kunci"

    SENIN pagi ini sekitar pukul 10.00 di Pendopo Drh Soepadi Kota Mungkid, Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Magelang, Drs H Hasyim Afandi dilantik menjadi Bupati Magelang 1999-2004, menggantikan H Kardi yang habis masa jabatannya. Rencananya, pelantikan akan dilaksanakan oleh Wakil Gubernur Jateng mewakili Gubernur Mardiyanto yang tengah menunaikan ibadah haji.

    Acara pelantikan kali ini berlangsung agak istimewa, karena bertepatan dengan HUT Kota Mungkid. Namun yang lebih istimewa lagi, calon kepala daerah yang akan memimpin Magelang dalam kurun waktu 5 tahun ke depan ini, merupakan pilihan rakyat Magelang sendiri, dan dipilih secara demokratis.

    Beberapa waktu lalu wartawan Bernas di Magelang, Ch Kurniawati berhasil wawancara dengan Drs H Hasyim Afandi. Berikut petikannya.

    Bernas (T): Bagaimana perasaan bapak ketika pertama kali mendengar akan dicalonkan sebagai bupati? Hasyim (J): Saya ketika pertama kali mendengar dicalonkan menjadi Bupati Magelang, saat diundang ke rumahnya Pak Kiai Abdulrahman Chudori di Pondok Pesantren Tegalrejo. Di sana sudah ada beberapa kiai senior. Mereka menanyakan syarat-syarat menjadi bupati.

    Setelah mereka tahu saya memenuhi syarat, mereka minta kesediaan saya untuk dicalonkan. Waktu itu terus terang, spontan saya mengatakan; Innalillah. Lho kok Innalillah?, tanya para kiai. Saya jawab, saya belum tentu bisa. Ini amanat berat. Tidak, nanti kita bersama-sama membantu, kata para kiai itu lagi. Setelah mendengar jawaban yang demikian, saya masih minta. Seandainya nanti Allah meridhoi dan saya terpilih, mohon bapak-bapak yang telah senior jangan meninggalkan saya.

    Para kiai menjawab, insya Allah. Mendengar itu lagi, saya mengucap Alhamdulillah. Alhamdulillah yang saya ucapkan, bukan karena saya, namun para senior berjanji tidak akan meninggalkan saya. Kalau boleh saya menyimpulkan, sebenarnya ini merupakan anugerah bayangan yang berat, tugas yang berat dan bukan merupakan anugerah.

    T: Apa yang bapak bayangkan setelah duduk menjadi kepala daerah, di jaman reformasi ini?

    J: Saya akan menggunakan kata kunci saya. Yang pertama, saya akan buka komunikasi seluas-luasnya dengan siapa pun. Dengan pers, dengan tokoh, para sesepuh, pemuda, dengan...pokoknya saya akan membuka komunikasi sebanyak-banyaknya yang saya bisa, sesuai dengan kewenangan yang ada, supaya saya bisa mendengar, dan saya bisa menyampaikan. Ada semacam proses dialog, yang isinya men-dialogkan masalah kita bersama.

    Yang kedua, kebersamaan. Saya akan mengajak kepada semuanya saja termasuk kepada semua yang kemarin mendo'a kan saya supaya jadi. Saya minta timbal baliknya, supaya nanti saya juga dido'a-kan supaya saya bisa lurus, dan minta dukungan mereka tidak sekadar do'a, tapi ikut berpartisipasi. Saya merasa optimis, kalau komunikasi terbuka tidak akan terjadi salah pengertian.

    Kalau tidak ada salah pengertian, pasti ada toleransi. Kalau ada toleransi, pasti ada partisipasi dan sebagainya. Yang paling penting komunikasi. Medianya...ya nantilah bisa dibicarakan. Termasuk media tidak resmi. Artinya, bisa dengan siapa saja. Sampai hari ini saya merasakan banyak hal-hal. Saya di Depag ngopeni 3.400 orang, saya kadang-kadang tahu permasalahan, hanya karena ketemu di jalan, ngomong-nomong...lalu mereka bilang, kepangkatannya belum turun.

    Saya kira itu kata kuncinya, nanti bisa dijabarkan dalam banyak hal. Kita bisa menyiapkan metodenya, kapan ketemu, bentuknya nanti bermacam- macam, termasuk nanti dengan legislatif. Tapi yang jelas, saya i