Menggugat Kebijakan Absurd Impor Beras Gonjang-ganjing kembali menimpa petani kita. Kali ini karena adanya rencana impor beras oleh Perum Bulog. Masih Ada Generasi Muda yang Turun ke Sawah Siang yang terik. Tiga bersaudara, Wahyu (18), Warsih (15), dan Rudi (3), terus memeras dan mengentakkan padi ke papan perontok. Banjir Beras di Sentra Produksi Di balik rencana impor beras dari Thailand, jauh hari sebelumnya pedagang sudah kasak-kusuk bahwa impor beras pasti akan terjadi lagi. Sudah Petani Gurem, Tertimpa Impor Pula Ternyata, untuk menjadi buruh derep atau buruh memanen padi, tidak semua orang memiliki akses ke pemilik sawah yang mayoritas petani gurem. Sukses Ketahanan Pangan, Untuk Apa Utak-atik di atas kertas, dengan produksi gabah kering giling sebanyak 179.300 ton (tahun 2004), Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, mempunyai surplus gabah kering giling yang lumayan besar. Impor Beras, Pertaruhan Kredibilitas Pemerintah Seperti kejahatan yang dilakukan di depan mata. Bagi kalangan masyarakat yang berpendapat impor beras tak perlu dilakukan tahun ini, begitulah makna impor itu. Mereka Bisa karena Pemerintah Peduli Sama-sama negara agraris, kalau bicara soal perberasan, kondisi Indonesia sangat kontras dibandingkan dengan dua negara tetangganya, Thailand dan Vietnam. Tak Ada Kebijakan Pertanian Di tengah musim panen dan harga gabah di tingkat petani yang terbilang rendah, tiba-tiba muncul berita pemerintah mengizinkan impor beras. Melambungkan Impor, Menggulung Nasib Petani Sekalipun dalam setiap wacana pembangunan ekonomi sektor pertanian dan nasib para petani kerap ditempatkan sebagai fokus perhatian negara, dalam praktik nasib petani tidak juga berubah.
|