|
C © updated 22102004 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/setneg |
|
|
Nama:
Dr. dr. Siti Fadilah Supari
Lahir:
Solo, Jawa Tengah 6 November 1950
Jabatan:
Menteri Kesahatan RI
Agama:
Islam
Suami:
Ir Muhamad Supari
Anak:
Tiga orang
Pendidikan:
S-1, Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada (FK-UGM),
Yogyakarta, 1976
S-2, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FK-UI), Jakarta, 1987
S-3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), Jakarta, 1996
Pengalaman kerja:
Staf Pengajar Bagian Kardiologi FK-UI Jakarta
Praktek di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta
Aktivitas:
Giat dalam kegiatan seminar maupun penelitian
Alamat Kantor:
Departemen Kesehatan RI
Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Kuningan, Jakarta Selatan
|
|
|
|
|
|
|
Siti Fadilah Supari
Tegas dan Pekerja Keras
Mantan Kepala Pendataan dan Penelitian (Pusdalit) RS Jantung Harapan Kita,
ini menyatakan kaget dan sempat shock saat diundang lewat telepon oleh
utusan Presiden Yudhoyono, untuk berdialog dengan presiden, Rabu malam 20
Oktober 2004, beberapa jam sebelum pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu.
Dia diangkat menjabat Menteri Kesehatan (Menkes) RI.
Lulusan S-3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), Jakarta, 1996,
ini dikenal seorang perempuan yang tegas dan pekerja keras. Pantas saja
dia diangkat Presiden SBY memimpin Departemen Kesehatan. Karena, menurut
penuturan Siti Fadilah, Presiden kepingin orang yang 'galak' memimpin
departemen pelayanan publik ini.
Dia satu dari empat perempuan yang menjabat menteri dalam Kabinet
Yudhoyono-Kalla yakni Dr. dr. Siti Fadillah Supari sendiri sebagai Menteri
Kesehatan, Dr. Marie Elka Pangestu sebagai Menteri Perdagangan, Dr. Sri
Mulyani Indrawati sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas dan Dr. Meutia Hatta Swasono sebagai Menteri Pemberdaan Perempuan.
Sebelum menjabat menteri, Siti Fadillah telah mengabdi selama 25 tahun di
RS Jatung Harapan Kita. Ia sama-sekali tidak menyangka akan memimpin
Departemen Kesehatan.
"Saya kaget dan sempat shock. Saya tidak menyangka akan dihubungi, apalagi
menjadi seorang menteri," katanya berulang kali. "Saya diminta menjadi
Menteri Kesehatan. Ini hal yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya.
Jadi saya sangat kaget," ujarnya.
Selepas Maghrib, Siti masih berada di tempat kerjanya, dihubungi melalui
ponselnya oleh seseorang untuk menghadap SBY. Didampingi seorang rekan
sekerjanya, sekitar pukul 20.00 Wib, kemudian ia menuju Istana untuk
memenuhi panggilan tersebut. Namun dia tidak menyebut siapa yang
meneleponnya. Dia juga tidak tahu siapa atau Parpol mana yang
merekomendasikannya. “Saya juga tidak tahu. Saya hanya ditelepon. Saya
profesional saja," katanya.
Ahli jantung dan pembuluh darah di RS Jantung Harapan Kita Jakarta ini
merasakan bagaimana jantungnya berdenyut lebih cepat dari biasanya ketika
menerima panggilan telepon yang masuk ke telepon selulernya dari seseorang.
Penelepon itu tak memberikan identitasnya tapi mengatakan agar Fadilah
menghadap SBY, presiden yang baru dilantik pada Rabu paginya.
Wanita kelahiran Solo, 6 November 1949 berada di Istana Merdeka sampai
berjam-jam, dan baru pulang ke rumah sekitar pukul 23.30. Padahal saat itu
rumahnya sudah dipenuhi banyak orang. Tentu saja ia lebih kaget lagi.
Beberapa menit kemudian namanya diumumkan sebagai Menkes.
Setelah itu, ibu dari tiga orang anak ini, mengaku tak bisa tidur.
Sementara pagi-pagi dia harus siap pergi ke istana untuk dilantik.
Sehingga sampai Kamis sorenya, dia belum tidur. Istri Ir Muhamad Supari
ini sampai detik-detik serah terima, mengaku di benaknya, banyak
pertanyaan yang muncul. ''Kok, kenapa saya. Saya kan perempuan. Biasanya
jabatan ini dipegang laki-laki. Tapi, saya dapat jawaban. Kata Presiden,
ia kepingin orang yang galak. Lalu, saya kepikiran, apa saya ini orang
yang galak, ya?'' Sambil tertawa, ia mengakui bahwa dirinya tidak galak.
kalau ceriwis itu memang benar. ''Tapi, saya ini ceriwis yang baik, kok.''
Namun yang jelas dia sudah 25 tahun bekerja professional di bidang
kedokteran dan bidang penelitian. Untuk menjalankan tugas-tugas yang
diembannya sebagai Menkes, dia mengatakan sangat membutuhkan bantuan dari
rekan-rekannya yang lebih senior. ''Saya ini dokter ahli jantung. Saya
bukan orang manajemen. Saya orang baru yang terjun di 'hutan belantara'
ini. Jadi, saya memohon bantuan bapak-bapak untuk membantu saya dan
memberikan masukan kepada saya,'' tutur pakar Farmakologi Kapuslitbang
Badan POM ini.
Ia mengungkapkan, Presiden SBY memberikan pengarahan agar ia membina
Depkes supaya bersih, disiplin, dan bekerja keras. ''Ini nggak gampang loh.
Saya pikir, apa saya bisa, ya? Tapi, saya ini orang yang optimistis.
Optimistis bahwa bapak-bapak bisa membantu saya,'' katanya di hadapan
sejumlah mantan Menkes sebelumnya, seperti Dr Achmad Sujudi, Prof Dr Farid
A Moeloek, dan Prof Dr Sujudi saat serah terima jabatan menkes dari Achmad
Sujudi.
Anggota Koordinator Penelitian Departemen Kardiologi dan Kedokteran
Vaskuler FKUI, ini juga mengungkapkan bahwa SBY menyoroti Departemen
Kesehatan sebagai institusi penting. "Presiden sampai meminta tiap menteri
untuk menandatangani surat komitmen," katanya. SBY juga mengajak dirinya
untuk sering turun ke Puskesmas.
Tertibkan Rumah Sakit
Saat serah terima jabatan Menkes dari Achmad Sujudi di Jakarta, 21 Oktober
2004, Fadilah Supari mengatakan salah satu program yang segera akan
dilaksanakan adalah mengupayakan pemerataan kesehatan untuk memudahkan
akses masyarakat miskin ke pelayanan kesehatan. Menurutnya, masih banyak
rakyat yang tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
Dia juga menilai ada kecenderungan rumah sakit lebih mengarah ke komersial.
Padahal harus diingat bahwa rumah sakit juga memiliki fungsi sosial dan
tidak bisa hanya mengambil keuntungan saja. Dia bilang, sekian persen dari
pendapatan rumah sakit harus disediakan untuk pelayanan sosial bagi
masyarakat tidak mampu sesuai dengan peraturan yang ada.
Karena itu, Fadilah Supari berjanji akan menertibkan rumah sakit, termasuk
mengenai pengaturan tarif, agar pelayanan kesehatan tidak hanya menjadi
komoditas komersial, melainkan mempunyai misi sosial juga. Selain itu,
menurutnya, hal mendesak yang harus segera dilakukan adalah aplikasi UU
Praktek Kedokteran yang antara lain untuk mengatasi dugaan malpraktek.
Pada acara serah terima jabatan itu juga diputar film kaleidoskop
Departemen Kesehatan tahun 1999-2004. Mantan Menkes dr Achmad Sujudi juga
menyerahkan 32 buku yang menguraikan berbagai kegiatan, kebijakan dan
peraturan perundang-undangan yang dihasilkan serta memori jabatan yang
diharapkan akan menjadi acuan kebijakan pembangunan kesehatan di masa
mendatang.
►tsl
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|