|
C © updated 20052002 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
►e-ti |
|
|
Nama :
Indra Setiawan, MBA
Lahir :
Jakarta, 11 November 1951
Istri :
Ratna Riyanti
Anak :
Gillairda Mhosarindo Riawan dan Giaminac Duratia Riawan
Pendidikan :
- SMA Negeri VI, Jakarta
- Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung, selesai 1976
- University Southern California, AS (1985), MBA
- Universiti Utara Malaysia (2002), Kandidat Doktor
Jabatan yang pernah didudukinya di :
- Kepala Bagian Economic Analys (1987)
- Kepala Bidang Organisasi dan Pengendalian Kualitas (1990)
- Kepala Divisi Keuangan (1994)
- Direktur Niaga Merpati Nusantara Airlines (1997)
- Commercial Adviser to The Board of Directors (1999)
Alamat :
Taman Meruya Ilir B7/14, Meruya Utara, Jakarta Barat 11620
Sumber:
Tempo Interaktif, erdian dan berbagai sumber
|
|
|
|
|
|
|
Indra Setiawan, MBA
Sang 'Pendekar' Garuda Indonesia
Setelah 25 tahun merintis karir di Garuda Indonesia, Indra Setiawan, satu
dari “Sembilan Pendekar”, akhirnya terpilih memimpin maskapai penerbangan
nasional terbesar di Indonesia itu, meskipun pada mulanya ia bukan yang
paling dijagokan di antara para calon yang ada.
Ini perpaduan prestasi dan garis tangan.
Indra yang sebelumnya menjabat
Penasihat Keuangan di maskapai penerbangan itu, memang salah satu dari
sekian orang manajer terbaik. Tapi selain soal prestasi, soal garis tangan
ternyata juga sangat menentukan perjalanan karir seseorang.
Namun bila ditelusuri perjalanan karir Indra di Garuda, pengangkatannya
jadi Direktur Utama Garuda Indonesia, bukan suatu kejutan dan sekedar
karena garis tangan. Sebab sejak lama, ia bahkan sudah diperkirakan suatu
saat akan memimpin Garuda.
Pria kelahiran Jakarta 11 November 1951, itu merintis karirnya di Garuda
sejak tahun 1977, bertepatan hari "Valentine". Ia boleh dikatakan sebagai
salah seorang "anak emas" Dirut Garuda pada waktu itu, Wiweko Soepomo.
Bersama delapan orang rekannya, kelompoknya itu dikenal sebagai "Sembilan
Pendekar".
Bapak dua orang putra ini, Gillairda Mhosarindo Riawan dan Giaminac
Duratia Riawan, pada Senin 6 Mei 2002, dilantik menjadi Direktur Utama
Garuda. Ia mematahkan spekulasi banyak orang saat dirinya yang tidak
menjadi calon kuat Dirut Garuda, ternyata mampu menduduki posisi itu.
Kendati beberapa rekannya sudah memperkirakan suatu saat Indra akan
memimpin Garuda, sebenarnya dalam benak Indra saat diterima Wiweko Soepono
25 tahun silam, tidak pernah terlintas ia bakal menjadi orang nomor satu
Garuda Indonesia. Ketika itu, putra keempat dari tujuh bersaudara pasangan
Banyumas (Jateng)-Pandeglang (Banten), Suratman Ngadiman-Eulis Rafia, yang
baru menyandang sarjana teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, hanya
bisa terkagum-kagum kepada Wiweko, sosok yang sukar dijangkau dan "angker"
tetapi mau menerima dirinya bersama dua rekan lainnya.
Namun, dua puluh lima tahun kemudian, Senin, 6 Mei 2002, sewaktu mengenang
detik-detik diterima Wiweko Soepono, Indra menemukan kenyataan bahwa apa
yang tak pernah diimpikannya justru menjadi kenyataan - ternyata ia mampu
menduduki posisi yang pernah ditempati Wiweko, sang idola.
Pada era Wiweko Soepono memegang kendali Garuda Indonesian Airways
(1968-1984), Indra dikenal sebagai "anak emas" bersama delapan rekan
lainnya: Wiradharma B Oka (Direktur Strategis dan Umum), Sunarko Kuntjoro
(di lingkungan keuangan), Hadinoto (Direktur Eksekutif GMF), Rudy Sabur
(Sales Manager Jeddah), Rudy Setyopurnomo (kini Dirut Indonesian
Airlines), Erwin NB (staf teknik GMF), dan Abdurachman. Di sinilah muncul
julukan "Sembilan Pendekar" Garuda itu.
Awalnya nama Indra Setiawan baru mencuat ke permukaan dua bulan sebelum
pengangkatannya, saat disebut-sebut di SCTV, tetapi kemudian tenggelam di
antara para kandidat Samudra Sukardi (Direktur Utama Abacus), serta
anggota direksi Garuda, yaitu Emirsyah Satar (Direktur Keuangan), Rudy
Hardono (Direktur Operasi), Bachrul Hakim (Direktur Niaga), Wiradharma B
Oka (Direktur Strategis dan Umum), dan Richard (Direktur Teknik). Sehari
sebelum dilantik, namanya kembali mendadak terdengar di TV7 sebagai
underdog, orang yang dilupakan, tetapi mungkin akan terpilih menggantikan
Abdulgani.
Dan, selesai sudah teka-teki "alot" selama hampir tiga bulan tentang siapa
yang bakal duduk di kursi direktur utama flag carrier Indonesia dengan
kekuatan 63 armada pesawat. Indra beruntung diwarisi duo Robby
Djohan-Abdulgani dengan keadaan Garuda yang sudah ditata baik sehingga
tahun 1999 mulai mendapatkan positif operating casflow sebesar 73,6 juta
dollar AS dan meningkat lagi tahun 2000 menjadi 129 juta dollar AS. Dia
tinggal meneruskan program yang telah disusun dalam buku biru Abdulgani,
Strategi dan Pelaksanaan Restrukturisasi Perusahaan.
Indra sendiri berjanji melanjutkan program pendahulunya, Abdulgani.
Termasuk di dalamnya langkah restrukturisasi utang Garuda yang dinilai
telah berhasil. Selain itu, dia juga berjanji akan melakukan aliansi.
Untuk tahap awal, Garuda akan beraliansi dengan perusahaan penerbangan
domestik.
Dalam jangka pendek, Indra juga berjanji meningkatkan pelayanan kepada
konsumen karena hal itu merupakan people based service industry --
industri yang melandaskan kekuatannya pada karyawan). Dalam konteks ini
pihaknya akan menawarkan bagaimana menerapkan etika bisnis yang baik,
meningkatkan keahlian dengan memodifikasi karyawan.
Mengenai peningkatan pelayanan, Indra masih akan melihat dengan jeli
jalur-jalur penerbangan yang menguntungkan. Kemudian, memerhatikan
ketepatan waktu penerbangan. Dia juga akan meningkatkan pelayanan sebelum
terbang dan dalam perjalanan atau pesawat. ►e-ti
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) |
|