|
C © updated 20102004 -
11112002 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti |
|
|
Nama:
Dr. Sri Mulyani Indrawati
Lahir:
Tanjung Karang, 26 Agustus 1962
Agama:
Islam
Jabatan:
- Plt menko Perekonomian KIB, Juni 2008-2009
- Menteri Keuangan KIB, Desember 2005-2009
-Menneg PPB/Kepala Bappenas, Oktober 2004-Desember 2005
Suami:
Tonny Sumartono
Anak:
Dewinta Illinia, Adwin Haryo Indrawan, dan Luqman Indra Pambudi
Pendidikan:
1981 1986 Universitas Indonesia Jakarta, Indonesia Sarjana Ekonomi
1988 1990 University of lllinois Urbana Champaign, U.S.A Master of
Science of Policy Economics
1990 1992 University of lllinois Urbana-Champaign, U.S.A Ph. D of
Economics
Spesialisasi Penelitian
Ekonomi Makro
Ekonomi Keuangan Negara/Publk
Ekonomi Moneter dan Perbankan
Ekonomi Tenaga Kerja
Jabatan Utama:
-
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kabinet
Indonesia Bersatu
- Executive Director IMF mewakili 12 negara Asia Tenggara (2002-2004).
-
Konsultan USAid di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (2001-2002)
-
Dewan Ekonomi Nasional (1999-2001)
Pengalaman Kerja
Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (LPEM FEUI), Juni 1998 Sekarang
Nara Sumber Sub Tim Perubahan UU Perbankan, Tim Reformasi Hukum
Departemen Kehakiman RI, Agustus 1998 s/d Maret 1999.
Tim Penyelenggara Konsultan Ahli Badan Pembinaan Hukum Nasional Tahun
1999 2000, Kelompok Kerja Bidang Hukum Bisnis, Menteri Kehakiman
Republik Indonesia, 15 Mei 1999 Sekarang
Anggota Tim Asistensi Menteri Keuangan Bidang Keuangan dan Moneter,
Departemen Keuangan RI, Juni 1998 s/d sekarang.
Dewan Juri Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI-TVRI XXXI, Bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial, Kebudayaan dan Kemanusiaan, terhitung 1 April 1999 -
Sekarang
Redaktur Ahli Majalah bulanan Manajemen Usahawan Indonesia, Agustus 1998
Sekarang
Anggota Komisi Pembimbing mahasiswa S3 atas nama Sdr. Andrianto Widjaya
NRP. 95507 Program Doktor (S3) Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian,
Institute Pertanian Bogor, Juni 1998
Ketua I Bidang Kebijakan Ekonomi Dalam dan Luar Negeri serta
Kebijaksanaan Pembangunan, PP Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI),
1996 2000
Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik-UI, 1996-Maret 1999
Wakil Kepala Bidang Penelitian LPEM FEUI, Mei 1995 Juni 1998
Wakil Kepala Bidang Pendidikan dan Latihan LPEM FEUI, 1993 Mei 1995
Research Associate, LPEM FEUI, 1992 Sekarang
Pengajar Program S1 & Program Extension FEUI, S2, S3, Magister Manajemen
Universitas Indonesia, 1986 Sekarang
Anggota Kelompok Kerja GATS Departemen Keuangan, RI 1995
Anggota Kelompak Kerja Mobilitas Penduduk Menteri Negara Kependudukan
BKKBN, 1995
Anggota Kelompok Kerja Mobilitas Penduduk, Asisten IV Menteri Negara
Kependudukan, BKKBN, Mei Desember 1995
Staf Ahli Bidang Analisis Kebijaksanaan OTO-BAPPENAS, 1994 1995
Asisten Profesor, University of lllinois at Urbana, Champaign, USA, 1990
1992
Asisten Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1985 1986
Kegiatan Penelitian
Rsearch Demand for Housing, World Bank Project, 1986
Kompetisi Perbankan di Jakarta/Indonesia, BNI 1946, 1987
Study on Effects on Long-term Overseas Training on Indonesia Participant
Trainees. OTO Bappenas LPEM FEUI, 1998
Penyusunan Study Dampak Ekonomi Sosial Kehutanan Indonesia . Departemen
Kehutanan LPEM FEUI, 1992
Survei Pemasaran Pelumas Otomotif Indonesia. Pertamina LPEM FEUI, 1993
The Prospect of Automotive Market and Factors Affecting Consumer
Behavior on Purchasing Car. PT. Toyota Astra LPEM FEUI, 1994
Inflasi di Indonesia : Fenomena Sisi Penawaran atau Permintaan atau
keduanya. Kantor Menko Ekuwasbang Bulog LPEM FEUI, 1994
Restrukturisasi Anggaran Daerah. Departemen Dalam Negeri LPEM FEUI,
1995
The Evaluation of Degree and non degree training OTO Bappenas, 1995
Fiscal Reform in Indonesia : History and Perspective, 1995
Potensi Tabungan Pelajar DKI Jakarta. Bank Indonesia LPEM FEUI, 1995
Studi Rencana Kerja untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Nasional, Departemen Pariwisata, Pos &
Telekomunikasi LPEM FEUI, 1996
Interregional Input-Output (JICA Stage III), 1996
Studi Kesiapan Industri Dalam Negeri Memasuki Era Perdagangan Bebas,
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, LPEM FEUI, 1997
Penyusunan Rancangan Repelita VII. Departemen Perindustrian dan
Perdagangan , 1997
Indonesia Economic Outlook 1998/1999. Indonesia Forum 1998
Country Economic Review for Indonesia. Asian Development Bank, 1999
Publikasi al:
Teori Moneter, Lembaga Penerbitan UI, 1986
Measuring the Labour Supply effect of Income Taxation Using a Life Cycle
Labour Supply Model : A Case of Indonesia (Disertasi), 1992
"Prospek dan Masalah Ekspor Indonesia", Suara Pembaharuan, April 1993
The Cohort Approach of a life Cycle Labour Supply, EKI, Desember 1993
"Tantangan Ekspor non Migas Indonesia ", DPE 1994
"Perkembangan Ekonomi Sumber Daya Manusia Proceding " Seminar LP3Y
Jogya, Dalam Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan, 1995
"Dilema Hutang Luar Negeri dan PMA", Warta Ekonomi 26, 1995
"Ability to Pay minimum wage and Workers Condition in Indonesia",
Seminar World Bank Seminar, April 1995.
Workers in an integrating World, Discuss Panel World Development Report,
1995
Mungkinkah Ekonomi Rakyat ? Diskusi Series Bali Post Ekonomi Rakyat,
25 November 1995
"Tumbuh Tinggi dengan Uang Ketat", Warta Ekonomi , 5 Februari 1996
Inpres 2/1996 dan Pembangunan Industri Nasional, Dialog Pembangunan
CIDES, 28 Maret 1996"Kijang Tetap Jadi Pilihan", Jawa Pos, 29 Maret 1996
Consistent Macroeconomic Development and its Limitation (Sri Mulyani dan
Ari Kuncoro), Indonesia Economy Toward The Twenty First Century IDE 1996
"Pemerintah Versus Pasar", memperingati 70 Tahun, Prof. Widjojo
Nitrisastro, Mei 1997
"Liberalisasi Challenges", Seminar ASEAN/ISI-Keijai Koho Center, Tokyo,
8 Juli 1997
"Economic Profile and Performance of ASEAN Countries" Konfrensi
Federation of ASEAN Economic Association, Denpasar Bali, 24-25 Oktober
1997
"Analisa Krisis Nilai Tukar dan Prospek Perekonomian Indonesia ke Depan",
Seminar KBRI Singapura, 4 Desember 1997
"Small Industry Profiles and Policies", Two Day Seminar USAID-LPEM,
Aryaduta Hotel, 17-18 Desember 1997
"Kesehatan Bank dan Lingkungan Makro Ekonomi", Dialog Bank Umum Nasional,
16 Januari 1998
"Evaluasi Ekonomi 1997 dan Tantangan Ekonomi 1998", Seminar LIPI, 20
Januari 1998
"Revisi RAPBN", Gatra, 24 Januari 1998
"Krisis Ekonomi Indonesia dan Langkah Reformasi", Orasi Ilmiah
Universitas Indonesia, Balairung UI, 7 February 1998.
"APBN 1998/1999 dimasa Resesi dan Dimensi Revisi RAPBN 1998/1999",
Diskusi HUT FKP DPR RI, 12 Februari 1998
Forget CBS, Get Serious About Reform, Indonesia Business, April 1998
Alamat Kantor IMF:
Gedung Markas Pusat IMF Lantai 13 di 19th Street, NW, Washington
DC, Maryland, USA
Alamat Kantor Menkeu:
Jl. Lapangan Banteng Timur 2-4, Jakarta Pusat
Telp: Sentral (021) 3449230
Fax: Sekjen (021) 3813324
|
|
|
|
|
|
|
Dr. Sri Mulyani Indrawati
Pemimpin Berpotensi Jadi Presiden
Ia primadona, cerdas, jelita dan populer. Analisisnya kritis, lugas dan
jernih. Kiprahnya sudah teruji di birokrasi dan lembaga internasional.
Kurang dari empat tahun, tiga jabatan menteri disandangnya, setelah
sebelumnya menjadi konsultan di USAid dan
Executive Director IMF. Dia perempuan dan pemimpin muda berpotensi jadi
presiden.
Tiga jabatan menteri yang disandangnya itu baru pertama kali dipimpin
perempuan. Mulai dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas, Menteri Keuangan dan Plt Menko Perekonomian Kabinet Indonesia
Bersatu.
Presiden menunjuknya sebagai pelaksana tugas Menteri Koordinator
Perekonomian menggantikan Boediono yang terpilih menjadi Gubernur Bank
Indonesia. Dia merangkap
jabatan Menteri Keuangan.
Setahun setelah menjabat Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas
Kabinet Indonesia Bersatu, mantan Executive Director IMF ini dipercaya
menjabat Menteri Keuangan menggantikan Yusuf Anwar dalam reshuffle KIB
yang diumumkan 5 Desember dan dilantik 7 Desember 2005.
Sebelumnya, berkali-kali diisukan akan menjadi menteri, ternyata ia malah
go
international. Namun setelah menjadi konsultan di USAid, kemudian
Executive Director IMF, dia pun dipercaya Presiden Yudhoyono menjabat
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kabinet Indonesia
Bersatu.
Seusai serah terima jabatan dari menteri sebelumnya, Kwik Kian
Gie, di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis (21/10/2004), Sri Mulyani menjawab
wartawan perihal dirinya yang pernah bekerja pada Dana Moneter Internasional (IMF),
lembaga yang banyak dikecam masyarakat, menjamin tidak akan
ada intervensi dari IMF terhadap kebijakan ekonomi Indonesia.
"Saya ini
kan seorang, IMF itu 3.000 orang. Tidak bisa satu orang membawa kebijakan
IMF. Saya juga seorang dari 34 menteri yang diangkat dalam Kabinet
Indonesia Bersatu. Jadi, programnya saya rasa bukan atas selera pribadi
atau satu lembaga, tapi keputusan bersama," katanya.
Dia menegaskan hanya ingin bekerja, menunjukkan fungsi Bappenas sebagai wadah
konsolidasi dan konsultasi seluruh jajaran kabinet untuk merencanakan
kebijakan pembangunan. Setelah diangkat menjadi menteri, Sri
Mulyani akan meninggalkan jabatannya sebagai Direktur Eksekutif IMF untuk
Asia Pasifik.
Mengenai program dalam waktu dekat, Sri belum bisa
mengatakannya sekarang karena harus berkonsultasi dengan departemen teknis
dan berbagai pihak lainnya.
Menurutnya, ada tiga faktor penggerak pertumbuhan ekonomi,
yaitu fiskal, konsumsi, dan investasi. Jika mengandalkan fiskal,
tampaknya berat karena utang pemerintah masih besar. Selain itu, adanya
alokasi subsidi yang besar juga membuat ruang gerak mendorong pertumbuhan
menjadi terbatas.
Dia menegaskan, investasi mutlak dibutuhkan
Indonesia saat ini untuk menyokong pertumbuhan ekonomi. Indonesia tidak
bisa lagi mengharapkan tingkat konsumsi dan kebijakan fiskal sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi.
"Untuk mendorong peningkatan investasi, perlu adanya perbaikan iklim
investasi dan infrastruktur yang memadai. Itu perlu dilakukan jika
pemerintah ingin mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi," kata Sri
Mulyani,
Di sisi lain, pemerintah tidak mungkin terus-menerus menggantungkan
pertumbuhan ekonomi pada konsumsi. Jadi, katanya, untuk memacu pertumbuhan dengan
cara menggerakkan sektor riil dan investasi diperlukan suatu iklim
investasi yang baik. "Agar itu bisa berlangsung lama, diperlukan stabilitas
makro ekonomi," ujar Sri Mulyani.
Mendunia, Sang Ekonom Primadona
Sebelum diangkat menjabat
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kabinet Indonesia
Bersatu, dia hijrah ke Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (AS),
sebagai konsultan di USAid sejak Agustus 2001. Kemudian, terpilih menjadi
Executive Director Dana Moneter Internasional (IMF) mewakili 12 negara
Asia Tenggara (South East Asia/SEA Group). Dia perempuan pertama dari
Indonesia menduduki posisi itu.
Sri Mulyani Indrawati atau akrab dipanggil Mbak Ani, adalah ekonom yang
cantik, luwes, cerdas dan populer. Sejak paruh kedua dekade 1990-an
namanya bisa disejajarkan dengan para selebriti dunia hiburan, akibat
seringnya tampil di panggung-panggung seminar atau dikutip di berbagai
media massa.
Komentar dan analisisnya kritis, lugas, jernih dan populer. Ia primadona
panggung seminar dan talk show di televisi kala itu. Selain sering muncul
di seminar-seminar, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI)
ini juga sempat aktif menjadi penasihat pemerintah bersama sejumlah ekonom
terkemuka lain dalam wadah Dewan Ekonomi Nasional (DEN) pada era
pemerintahan Abdurrahman Wahid.
Setelah Megawati menjadi presiden, dia disebut-sebut cukup dekat dengan
Megawati dan sempat menyertai Megawati dalam sejumlah acara. Bahkan sempat
diisukan akan ditunjuk menduduki salah satu posisi penting di kabinet.
Namun, mendadak sejak Agustus 2001, namanya menghilang dari peredaran di
dalam negeri.
Apa pasal? Rupanya anak binaan kesayangan Prof Widjojo Nitisastro yang
lama memimpin Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas
Ekonomi UI ini, sejak tanggal 10 Agustus 2001, sudah hijrah ke Atlanta,
Georgia, Amerika Serikat (AS).
Menurut pengakuannya, rencana pindah ke AS sudah lama, dalam rangka kerja
sama dengan lembaga bantuan milik Pemerintah AS, USAid dengan program
otonomi daerah untuk perkuatan institusi di daerah. Yaitu, memberikan
beasiswa S-2 untuk pengajar di universitas di daerah dari Aceh, Kaltim,
Sulut, Papua dan Jawa. Programnya di Amerika memang tadinya hanya untuk
satu tahun, tetapi diperpanjang dua tahun karena tenaganya masih
diperlukan untuk konsultasi pengelolaan program USAid dalam bidang
desentralisasi.
Di sana, ibu Dewinta Illinia (13), Adwin Haryo Indrawan (10), dan Luqman
Indra Pambudi (6) dari perkawinan dengan Tonny Sumartono ini, banyak
memberikan saran dan nasihat mengenai bagaimana mendesain program S-2
untuk perkuatan universitas di daerah maupun program USAid lainnya di
Indonesia, terutama di bidang ekonomi. Di samping itu, ia juga mengajar
tentang perekonomian Indonesia dan ekonomi makro di Georgia University
serta banyak melakukan riset dan menulis buku. Bukunya belum selesai.
Topiknya tentang Krisis Ekonomi dan Implikasi pada Pengelolaan Utang
Publik.
Seperti halnya di Indonesia, di Amerika ia juga sering mengikuti seminar,
tetapi lebih banyak masalah internasional daripada di Indonesia. Sangat
banyak yang mengundangnya untuk seminar, seperti dari USINDO, USAid,
University of California San Diego, IMF, World Bank Asia Pacific
Department, University of Columbia, Negara Belanda, Minister of Planning,
dan sebagainya. Lupa, saking banyaknya.
Topiknya pun bervariasi, dari economic up date, desentralisasi dan otonomi,
institutional reform, program IMF, governance dan antikorupsi, masalah
konflik di Indonesia dan dunia, dan lain-lain.
Tentang filosofi hidup, ia mengatakan hidup hanya sementara. Maka kalau
bisa ia hanya ingin melakukan yang terbaik dan memberikan yang terbaik
kepada bangsa, negara, agama dan keluarga. Serta ingin menikmati hidup
bahagia, damai dengan diri sendiri dan sekitarnya.
Dalam rangka menikmati hidup berguna dan bahagia ini pula, ia getol pula
mempelajari psikologi. Ia mengaku sudah sangat lama tertarik pada
psikologi. Bahkan dulu ingin masuk fakultas psikologi daripada fakultas
ekonomi, karena senang mempelajari tingkah laku dan sifat manusia. Ia
senang psikologi karena bisa memahami secara lebih baik sifat dan
karakternya sendiri maupun anak-anaknya. Sangat menyenangkan mempelajari
bagaimana mereka berkembang dan berubah seiring dengan usia. So excited
dan sangat menakjubkan. Sementara, menurutnya, ekonomi banyak bicara
tentang tingkah laku pelaku ekonomi, seperti konsumen dan produsen, bahkan
juga pemerintah.
Kepribadiannya yang lugas dan cerdas, telah mengantarkannya kepada
pergaulan yang sangat luas. Ia disenangi banyak orang di dalam dan luar
negeri. Tak heran bila pada awal Oktober 2002 lalu ia terpilih menjadi
Executive Director Dana Moneter Internasional (IMF) mewakili 12 negara di
Asia Tenggara (South East Asia/SEA Group), menggantikan Dono Iskandar
Djojosubroto. Dia menjadi perempuan pertama dari Indonesia menduduki
posisi itu.
Posisi itu mungkin tak asing baginya karena sebagai ekonom selama ini ia
banyak berurusan dengan IMF, kebijakan IMF, dan dekat dengan orang-orang
IMF. Namun, kesan yang mungkin akan sulit dihindari adalah dengan
jabatannya yang baru ini pula tampaknya ia menjadi tak leluasa lagi
mengkritik keras kebijakan, baik pemerintah maupun IMF.
Sehubungan dengan jabatannya yang baru, penggemar warna hitam, putih, dan
pastel, yang juga menjabat komisaris independen di Unilever Indonesia dan
Astra Internasional, ini harus pindah dari kawasan Dunwoody, Atlanta
bagian utara, yang menjadi tempat tinggalnya setahun terakhir (2001-2002),
ke Washington DC -sekitar 1,5 jam dengan pesawat dari Atlanta.
Sebab sejak 1 November 2002, ia berkantor di lantai 13 gedung markas pusat
IMF di 19th Street, NW, Washington DC, Maryland, dengan jabatan Executive
Director IMF. Baginya, jabatan baru ini adalah tanggung jawab yang harus
diemban untuk memenuhi harapan para pemilih dan pendukung, terutama publik.
Ia merupakan perempuan kedua pada posisi itu, setelah seorang perempuan
dari Thailand pernah menjabat sebelum Dono Iskandar Djojosubroto. Namun
yang jelas, jabatan itu sangat jarang dipegang oleh perempuan. Dari segi
usia, ia tergolong paling muda menjabat Executive Director IMF itu. Ia
akan menjabat untuk masa dua tahun.
Penunjukannya juga di luar kebiasaan. Selama ini sudah ada semacam
kesepakatan antara Bank Indonesia (BI) dan pemerintah bahwa jabatan itu
merupakan hak BI. Sedangkan untuk perwakilan di Bank Dunia hak pemerintah.
Tapi kali ini, ia justru dicalonkan Menkeu. Rupanya BI berkenan melepaskan
haknya untuk mencari orang yang tepat dan paling baik untuk mewakili
kepentingan Indonesia di dunia internasional, terutama IMF.
Pencalonan saya oleh Menkeu yang juga bekas Deputi Gubernur BI tentu
sudah melalui konsultasi dan berbagai proses pendahuluan yang mungkin
dianggap terbaik untuk kepentingan Indonesia secara keseluruhan dan bukan
kepentingan satu-satu institusi, apalagi kepentingan perseorangan, kata
lulusan doctor ekonomi dari University of lllinois Urbana-Champaign, U.S.A
(19901992) ini.
Ia mengemban tugas mewakili 12 negara anggota SEA Group di IMF. Tugasnya
sebagai executive director terkait dengan pengambilan keputusan (to
execute). Untuk menentukan berbagai program dan keputusan (action) yang
harus diambil IMF. Jadi ia tidak hanya mewakili kepentingan Indonesia.
Namun mewakili kepentingan negara-negara anggota di lembaga IMF maupun
forum internasional yang relevan. Posisi executive director memberinya
kekuasaan penuh untuk bicara dan menyuarakan pemikiran, pertimbangan,
maupun keprihatinan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang
kebanyakan masih dalam kondisi berkembang dan miskin.
Dengan demikian ia juga mempunyai kewenangan untuk melihat dan
mengevaluasi, baik kondisi perekonomian Indonesia maupun cara operasi dan
prioritas program IMF di dunia. Serta mempunyai banyak kesempatan untuk
ikut memperbaiki orientasi program IMF di banyak negara maupun mengatasi
dan ikut menyelesaikan masalah global, terutama yang berhubungan dengan
arsitektur keuangan dunia, governance, serta berbagai perkembangan dan
pembangunan institusi yang diperlukan negara yang ingin bergabung dalam
sistem global yang penuh risiko dan ketidakpastian.
Dengan jabatan barunya, ia terpaksa meninggalkan pekerjaan mengajar dan
berbagai tugas lainnya termasuk di perusahaan swasta sebagai komisaris.
Karena posisi executive director di IMF adalah pekerjaan full time dan
tidak boleh memiliki keterikatan lain yang bisa menimbulkan konflik
kepentingan.
Banyak orang merasa yakin, bahwa ia akan dapat menjalankan tugasnya dengan
baik di IMF. Sebab selama ini ia dikenal sangat dekat dengan orang-orang
IMF. Namun terlepas dari soal kedekatan secara pribadi itu, menurutnya
yang lebih penting adalah kedekatan institusi. Menurutnya, institusi IMF
memiliki pendekatan cukup baku dengan pemerintahan yang menjalankan
programnya. Bahwa hubungan pribadi bisa menolong atau membebani program,
secara resmi saya rasa ada standar dan acuan yang baku dalam menilai,
mengevaluasi dan menentukan sikap IMF terhadap negara penerima bantuan
program, katanya.
Mengenai adanya pandangan negatif yang timbul dan tenggelam di Tanah Air
berkaitan dengan keberadaan dan peran IMF di Indonesia, ia mengatakan,
Sebatas pandangan untuk mencerdaskan bangsa kita dan mendidik bangsa kita
dalam menentukan sikap, saya rasa wajar dan sehat. Yang tidak sehat kalau
pandangan ini berimplikasi pada pandangan dunia internasional terhadap
komitmen dan kesungguhan pemerintah dalam menerima dan melakukan reformasi
ekonomi.
Sementara tanggapannya terhadap teori atau evaluasi mantan ekonom Bank
Dunia Joseph Stiglitz tentang krisis Asia dan resep IMF yang dinilai
memperparah krisis, seperti terjadi di Indonesia melalui penutupan 16 bank
tahun 1998, ia menyarankan lebih baik membaca laporan Independent
Evaluation Office serta perlu melakukan refleksi balik terhadap keputusan
yang diambil saat krisis mulai terjadi tahun 1997-1998.
Menurutnya, kita tidak boleh melupakan seberapa kemungkinan dan
keleluasaan yang dihadapi pemerintah maupun IMF dalam mendesain dan
menentukan program. Kebijakan kontraktif fiskal yang disarankan IMF pada
masa krisis dilandasi pemikiran bahwa pemerintah dalam kondisi memburuk,
baik secara politik maupun secara fiskal, sehingga respons yang harus
dilakukan adalah melakukan penghematan.
Tentu ini akan berakibat pada kontraksi ekonomi yang mungkin memperburuk
baik lapisan berduit maupun kelompok miskin. Dengan pertimbangan ini,
diperlukan kebijakan komplementer untuk melindungi kelompok miskin dan
paling rapuh agar tidak mengalami pemburukan sepanjang krisis.
Namun, ekspansi fiskal jelas bukan tanpa batas. Maka, kalau dilihat
setelah diperbolehkan ekspansi fiskal yang terukur, Indonesia harus
kembali mulai mengetatkan fiskalnya untuk memperbaiki kesinambungan
kondisi anggaran pemerintah.
Ia melihat pendapat Stiglitz dan IMF akhirnya akan bermuara pada kapan
waktu yang tepat untuk melakukan kebijakan makro, fiskal dan moneter, yang
sesuai dengan kondisi dan persoalan yang dihadapi suatu perekonomian.
Perihal rencana Indonesia menghentikan kontrak dengan IMF akhir 2003, ia
mengatakan semua negara ingin segera terlepas dari program IMF, karena itu
berarti negara itu sudah sehat dan mampu berjalan mandiri dan mampu
mendapatkan kepercayaan internasional dalam pengelolaan ekonominya.
Kedaulatan negara dalam pengelolaan ekonomi bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa yang harus diraih dengan kerja keras,
disiplin tinggi, komitmen dan tanggung jawab yang terbukti dan teruji
dalam proses waktu dan dalam berbagai episode, berbagai kesempatan dan
kejadian.
Secara teknis, ekonomi bisa dilihat dan dihitung dari kondisi fiskal,
neraca pembayaran dan moneter untuk menentukan apakah keputusan memutuskan
program IMF tahun 2003 memang baik dan tepat bagi Indonesia.
Namun, katanya, bila keputusan itu sudah dilakukan secara politik dan
tidak melalui proses kalkulasi teknis yang teliti dan hati-hati, artinya
Indonesia harus kerja ekstra keras untuk bisa menghindari situasi yang
tidak baik pada tahun 2003.
Artinya mulai sekarang pemerintah, DPR, dan lembaga yudikatif harus kerja
keras agar tahun 2003 kondisi fundamental kita memang makin kuat dan
membaik sehingga keputusan politik itu bisa terjadi dan terealisir tanpa
menimbulkan risiko bagi rakyat.
►tsl
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|