H Probosutedjo (01)
Pengusaha sukses, pendiri Mercu Buana Group, kelahiran desa Kemusuk
Jogjakarta, 1 Mei 1930, ini pantas dijuluki sebagai guru pengusaha
pribumi Indonesia. Mantan guru ilmu pasti, sejarah dan kepala sekolah,
ini telah menjadi pengusaha sebelum saudara seibunya, HM Soeharto,
menjadi presiden. Dia pengusaha yang memiliki jiwa nasionalisme dan
patriotisme yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Dia pengusaha yang
punya prinsip menyejahterakan rakyat jelata. Demi prinsip itu, dia
berani menantang arus.
H Probosutedjo (02)
Sejak kecil, Probosutedjo sudah memiliki semangat kejuangan dan
kemandirian. Setiap pagi naik sepeda dan berjalan kaki (jika sepedanya
rusak) menyusuri rel menuju sekolahnya yang berjarak tiga sampai 10 km.
Kemudian pada usia remaja sudah ikut bergerilya, sebagai pejuang termuda,
pejuang cilik, melawan penjajah Belanda. Kemudian, tepat dalam usia 21
tahun, 1 Mei 1951, bertekad mandiri merantau ke Medan.
H Probosutedjo (03)
Membayangkan di Medan ada banyak perantauan Jawa, terutama orang-orang
seasal dari desa Kemusuk, Yogyakarta, Probosutedjo pergi merantau ke
Medan, menaiki kapal laut KPM Merak. Dengan modal uang hasil gaji dari
Koperasi Kas Desa ditambah penjualan sepeda pemberian kakaknya, Soeharto,
berikut tas kulit pemberian kakak iparnya Hardjoriyatmo berisi dua
potong pakaian.
H Probosutedjo (04)
Sebagai guru Taman Siswa, yang hidup bersama seorang anak dan istri yang
sedang mengandung anak kedua, Probosutedjo mulai merasakan keterbatasan
kemampuan keuangan untuk membiayai kehidupan rumah-tangganya. Dia pun
mengubah haluan ‘perahu’ kehidupannya menjadi pengusaha.
H Probosutedjo (05)
Probosutedjo cukup gelisah tatkala menyaksikan pertumbuhan ekonomi yang
tidak merata. Kesenjangan sosial makin melebar. Kecemburuan ekonomi yang
berlanjut, jika saja tidak segera diatasi, bisa membahayakan eksistensi
Pancasila dan UUD 1945, yang menghendaki terwujudnya pemerataan demi
persatuan dan kesatuan bangsa. hasil pembangunan agar negara makin kuat,
dan rakyat yang multikultural bisa bersatu.
|
|
|
|
H
Probosutedjo
Tujuh
tahun era reformasi, bangsa ini belum bisa keluar dari berbagai
permasalahan, kesulitan ekonomi dan gangguan keamanan. Bahkan kemiskinan
semakin menggurita sehingga terjadi busung lapar. Penegakan HAM pun
justru cenderung mengesampingkan kemanusiaan yang adil dan beradab.
Melihat keadaan ini, Pak Harto sangat sedih.
H Probosutedjo (06)
Probosutedjo secara pribadi tidak pernah memusuhi pengusaha nonpribumi.
Ia justru melihat kaum asinglah yang tidak menghormati perjuangan bangsa
Indonesia. Probo mempersilakan saja melakukan pembaruan di Indonesia.
Namun, bukti yang muncul ke permukaan malah eksklusivisme yang makin
mengental.
H Probosutedjo (07)
Probosutedjo yang besar dan tumbuh di desa sangat dekat dengan rakyat
kecil atau wong cilik. Ia memahami penderitaan mereka di dalam
menghadapi kehidupan ini. Dia juga terenyuh tatkala membaca berita
tentang posisi Indonesia yang berada di peringkat kedua dalam daftar
negara berpenduduk termiskin di Asia Tenggara, setelah Vietnam.
H Probosutedjo (08)
Begitu pula ketika Probosutedjo menjadi orang tua asuh bagi 100 anak
yatim akibat musibah tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Gurita
yang menewaskan ratusan jiwa. Sedikitnya 250 anak yang menjadi yatim
piatu karena orang tua mereka tewas dan hilang, mendapat orang tua asuh
yang bersedia menyekolahkan dan membiayai hidup mereka. Anak yatim piatu
yang jumlahnya cukup banyak itu, 180 dari Sabang dan 80 di luar Kota
Madya Sabang.
H Probosutedjo (09)
Saat era keterbukaan datang, banjir hujatan mengalir kepada mantan
Presiden Soeharto yang dianggap sebagai penguasa republik selama 32
tahun yang bertanggung jawab atas semua carut-marut di negeri ini.
Hujatan itu juga diteriakkan oleh mantan pembantu-pembantunya. Padahal
dulu ketika Probosutedjo memberikan kritikan, masukan atau sindiran,
mereka tidak berbuat apa-apa.
WAWANCARA
H
Probosutedjo
Apa yang Telah Dilakukan Oleh Lima Presiden RI.
Probosutedjo juga bicara keseharian Pak Harto sesudah meletakkan jabatan
sebagai presiden 21 Mei 1998. Juga mengenai keberanian Pak Harto,
sebagai pemimpin, melaksanakan berbagai proyek pembangunan kendati pada
mulanya ditentang oleh para demonstran. Seperti pembangunan Taman Mini
Indonesia Indah, Satelit Palapa, Tol Jagorawi dan sebagainya.
|
|