|
C © updated 15012007-20122005 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/sp |
|
|
Nama
William Soerjadjaja
Panggilan:
Om William
Lahir
Majalengka, 20 Desember 1923
Isteri:
Lily Anwar (Nikah di Bandung, 15 Januari 1947
Anak:
- Edward (21 Mei 1948)
- Edwin (17 Juli 1942)
- Joyce (14 Agustus 1950)
- Judith (14 Februari 1952)
Jabatan:
Presiden Komisaris SIMA (PT Siwani Makmur Tbk)
Alamat:
PT Siwani Makmur Tbk
Jalan Teluk Betung No 38, Jakarta 10230
Tel. : (62-21) 230 2257
Fax. : (62-21) 230 2245
Factory :
Jl. Gedong Panjang Ujung 12 B, Muara Baru, Jakarta 14440
Tel. : (62-21) 6600976
Fax : (62-21) 6600011
|
|
|
|
|
|
|
WILLIAM HOME |
|
|
BIOGRAFI:
01
02
03 == William Soerjadjaja (01)
Pendiri PT Astra Internasional dan Presiden Komisaris SIMA (PT Siwani Makmur Tbk),
kelahiran Majalengka 20 Desember 1923, ini seorang anak manusia pilihan yang menyerahkan semua impian dan
cita-dukanya kepada Sang Pencipta yang Alfa dan Omega. William Soerjadjaja
yang akrab dipanggil Oom Willem adalah taipan
panutan yang tulus mencintai bangsanya.
William Soerjadjaja (02)
Tanggal 15 Januari merupakan
tanggal bersejarah untuk pasangan William Soeryadjaya dan Lily Anwar.
Pasangan taipan yang menikah di Bandung tahun 1947 itu merayakan ulang
tahun pernikahan yang ke-60. Kepada Pembaruan, mereka membagi nostalgia
cinta di masa silam.
*** William Soerjadjaja (01)
Ketulusan Tapian Panutan
Pendiri PT Astra Internasional dan Presiden Komisaris SIMA (PT Siwani Makmur Tbk),
kelahiran Majalengka 20 Desember 1923, ini seorang anak manusia pilihan yang menyerahkan semua impian dan
cita-dukanya kepada Sang Pencipta yang Alfa dan Omega. William Soerjadjaja
yang akrab dipanggil Oom Willem adalah taipan
panutan yang tulus mencintai bangsanya.
Impian adalah sebuah kekuatan awal yang
tidak mudah mewujudkannya. Tapi banyak orang yang mencapai sukses yang
bermula dari suatu impian. Salah satu yang berhasil mewujudkan impiannya
adalah William Soeryadjaya, pendiri PT Astra Internasional. Ia seorang
anak manusia yang menyerahkan semua impiannya kepada Tuhan. Dan, ia telah
meraih impian-impiannya.
Kendati, dalam romantika pencapaian impiannya,
ia juga mengalami jatuh-bangun, ia tetap bersujud kepada Tuhan, Sang
Pencipta yang Alfa dan Omega.
Salah satu mimpinya yang terwujud gemilang adalah PT Astra
Internasional. Hanya dalam tempo 13 tahun sejak berdirinya PT Astra
Internasional pada tahun 1957, tak kurang dari 72 perusahaan telah
bernaung di bawah bendera grup tersebut. Di akhir tahun 1992, jumlah itu
telah merambah menjadi sekitar 300 perusahaan yang bergerak di berbagai
sektor, tidak hanya dalam sektor otomotif tetapi juga sektor keuangan,
perbankan, perhotelan dan properti.
Mimpi ini bermula sejak Oom Willem menjalani masa kecil dan remajanya di
Majalengka, Cirebon. Jiwa wiraswasta dari sang ayah, yang mengalir di
dalam dirinya dari usia dini, telah menempanya ulet, cerdas, inovatif
dan peka atas nalurinya dalam meniti bisnis demi bisinis. Dari berdagang
hasil bumi dan minyak goreng di Jawa Barat, dan berdagang kacang dari
Bandung ke negeri Belanda pada 1947, semasa studi di negeri kincir
angin itu, Oom Willem tidak kenal kata menyerah. Ia ulet, bekerja keras
dan berdoa.
Pengalaman jatuh-bangun pastilah dialami setiap orang pebisnis. Demikian
juga halnya pengalaman Oom Willem. Namun, ia menegaskan: "Kerugian
tidak pernah menyurutkan semangat hidup saya." Hal ini dibuktikannya
dalam menyikapi suka-dukanya di PT Astra Internasional, yang didirikan
dan dibesarkannya tetapi harus dilepaskannya, demi tanggung jawab
pribadinya atas masalah yang menimpa Bank Summa, milik putera sulungnya
Edward Soeryadjaya, di tahun 1992.
Hal ini telah menghantarkannya dan
segenap keluarganya ke masa-masa yang amat sulit. Namun, kesulitan itu
tidak sampai mengambil suka-cita yang bersemi di hatinya. Ia menyerahkan
semuanya kepada kehendak Allah.
Oom Willem, memang bukan sekedar figur pebisnis yang sukses dalam
bidangnya. Sebagai pendiri PT Astra Internasional, Oom Willem memang
bukan saja telah mendirikan sebuah perusahaan yang dihormati baik di
dalam maupun luar negeri oleh karena profesionalisme dan
integritasnya. Lebih dari itu, lewat visi dan komitmen sosialnya, Oom
Willem
juga telah membuktikan sumbangsihnya kepada bangsa Indonesia dalam
mengangkat ekonomi nasional dalam arti seluas-luasnya, di antaranya menciptakan
lapangan kerja bagi puluhan ribu masyarakat Indonesia.
Visi memang merupakan salah satu kata kunci dalam kiat menyelami tokoh
bangsa yang pada usianya yang sudah berkepala delapan, tetapi masih
terlihat bugar ini. Visi tersebut yang memandu seluruh kemampuan, dan
terutama dalam pengembangan sumber daya manusia, serta pencapaian tujuan
dengan penerapan azas corporate governance yaitu transparency
(transparansi), responsibility (tanggung jawab) dan accountability
(pertanggungjawaban). Dimensi-dimensi ini yang acap kali tergeser
ataupun terlupakan oleh sementara orang, dalam prioritas pengembangan
bisnis maupun perekonomian.
Semenjak berdirinya Astra, Oom Willem selalu mementingkan pengembangan
kemampuan dan peningkatan pendidikan sumber daya manusia, yang kemudian
diterapkan secara konsisten dalam program-program pelatihan dan beasiswa
bagi karyawan. Pada saat awal tahun 70-an, banyak tenaga kerja yang
dikirim ke Amerika, Eropa maupun Jepang untuk menambah ilmu dan
keterampilan.
Lebih lagi, kesan yang sangat melekat pada diri Astra adalah banyaknya
tenaga kerja pribumi yang dipekerjakan, baik pada tingkat karyawan biasa
maupun dalam jajaran pimpinan. Ini salah satu wujud ketulusan,
kebanggaan dan kecintaannya sebagai warga bangsa Indonesia kepada bangsa
dan negaranya. "Saya cinta Indonesia, saya lahir, hidup dan berkarya di
Indonesia," tandas Oom Willem dengan tulus.
Selain itu, Oom Willem sangat mementingkan nilai-nilai seperti naluri,
loyalitas dan rasa percaya dalam merekrut tenaga. Dengan basis ini,
banyak inovasi bisnis dari pihak karyawan yang disetujui untuk
diuji-coba apabila dianggap layak, agar para karyawan terpacu untuk
mengasah kreativitas mereka. Rasanya tidaklah berlebihan apabila sebagai
sebuah perusahaan, nama Astra tidak terlepas dari sejarah, dan menjadi
identik dengan kata-kata seperti integritas, dan public service (layanan
kepada masyarakat).
Kendati demikian, PT
Astra pun mengalami jatuh-bangun, banyak mendapat guncangan, terlebih
dari lawan-lawan bisnis yang boleh jadi iri hati atas suksesnya. Oom
William dijatuhkan lewat penutupan Bank Summa milik Edward Soeryadjaya, anak pertamanya, periode tahun 1992-1993.
Inilah badai terbesar dalam
perjalanan bisnis sang pendekar ini.
Oom William pasrah. Ia selalu kembalikan
kepada Tuhan. Ia
selalu berpegang pada prinsip: Manusia berusaha, Tuhan menentukan. Yang
paling penting baginya ketika itu adalah nasib para karyawan dan nasabah
Bank Summa. Ia teramat sedih membayangkan pegawai sebanyak itu harus
kehilangan mata pencahariannya. Oleh karenanya ia rela menjual
saham-sahamnya di Astra guna memenuhi kewajiban Bank Summa.
Banyak spekulasi yang berkembang ketika Oom Willem terpaksa menjual
sahamnya di Astra. Spekulasi yang banyak diyakini orang adalah adanya
rekayasa pemerintah untuk menjatuhkan Oom Willem. Namun, Oom Willem
sendiri tidak pernah merasa dikorbankan oleh sistem. Semua itu
dianggapnya sebagai konsekuensi bisnis. Ia tidak mau larut dalam tekanan
spekulasi dan keluhan. Melainkan ia pasrah dengan tulus kepada kehendak
Tuhan. Dengan ketulusan itu pula, ia terus melangkah maju ke depan
dengan pengharapan yang hidup. Dan, kini, salah satu kepeduliannya yang
terbesar adalah bagaimana Astra dapat terus berperan sebagai agen
pertumbuhan ekonomi nasional, yang antara lain dapat membuka lapangan
kerja lebih luas.
Memang, membuka lapangan kerja, adalah salah satu impiannya yang tetap
membara dari dulu hingga kini. Sebuah impian dan obsesi yang dilandasi
kepeduliannya kepada sesama. "Salah satu hasrat saya dari dulu adalah
membuka lapangan kerja," katanya. Apalagi kondisi Indonesia saat ini,
yang dilanda krisis ekonomi, yang berakibat bertambahnya pengangguran.
Impian inilah yang mendorong Omm Wilem membeli 10 juta saham PT Mandiri Intifinance.
Di sini, ia mengumpulkan dana untuk diinvestasikan ke dalam pengembangan
usaha petani-petani kecil dan small and medium enterprises (usaha-usaha
kecil dan menengah). Agar dapat menciptakan lapangan-lapangan kerja baru
dan meningkatkan daya beli masyarakat,
yang pada akhirnya akan mengangkat bangsa ini dari keterpurukan. ►e-ti/tsl,
dariberbagai sumber
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) |
|