A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
:: Beranda :: Berita :: Profesi :: Politisi :: Pejabat :: Pengusaha :: Pemuka :: Selebriti :: Aneka ::
  P R O F E S I
 ► Advokat
 ► Akuntan
 ► Arsitek
 ► Bankir
 ► CEO-Manajer
 ► Dokter
 ► Guru-Dosen
 ► Konsultan
 ► Kurator
 ► Notaris
 ► Peneliti-Ilmuwan
 ► Pialang
 ► Psikolog
 ► Seniman
 ► Teknolog
 ► Wartawan
 ► Profesi Lainnya
 ► Search
 ► Poling Tokoh
 ► Selamat HUT
 ► In Memoriam
 ► Majalah TI
 ► Redaksi
 

 


 
  C © updated 07102003  
   
     
  Nama:
Betti Setiastuti Alisjahbana
Lahir:
Bandung, 2 Agustus 1960
Agama:
Islam
Suami:
Mario Alisjahbana
Anak:
Aslan dan Nadia
Jabatan :
Presiden Direktur PT. IBM Indonesia

Pendidikan :
Asia Pacific Global Leadership Development, Tokyo, Japan (2001)
Global Leadership Workshop, Armonk, NewYork, USA (1999)
Asia Pacific Leadership Workshop, Singapore (1997)
Business Management Institute, Armonk, New York, USA {1996)
Finance For Marketing, Sydney, Australia (1995)
Marketing School, Hongkong (1986)
Institut Teknologi Bandung, Indonesia, lulusan Sl Arsitektur (1994)
Pengalaman Kerja :
Presiden Direktur IBM (1999-sekarang)
Direktur Sales & Marketing, PT USI Jaya/IBM Indonesia (1998-1999)
General Manager, e-business, untuk IBM ASEAN/ Asia Selatan (1998)
General Manager, General Business, Marketing untuk IBM ASEAN/ Asia Selatan, Singapura (1996-1998)
General Manager untuk Channel Marketing dan General Business (1994 -1996)
Marketing Manager (1991- 1993)
Marketing Trainee, IBM Indonesia (1984)
Berbagai posisi di sales dan marketing (1985- 1990)

Kantor :
PT IBM Indonesia
Gedung Landmark Lt. 31
JL Jenderal Sudirman Jakarta
Tlp. 523-8557 Fax. 251-2933
 
 
     

==   1   2   3   4   ==

Betti Alisjahbana (1)

Perempuan Berwawasan Teknologi


Kata-kata yang keluar dari bibirnya menunjukkan dia adalah sosok perempuan yang memiliki wawasan yang luas tentang teknologi serta mengerti benar visi dan misi yang diembannya. Sebagai perempuan pertama yang menduduki jabatan Presiden Direktur IBM di kawasan Asia Pasifik, Betti Alisjahbana mengatakan bahwa kunci keberhasilannya adalah tiga hal yaitu kejujuran, integritas, dan motivasi yang tinggi.

 

Perempuan kelahiran Bandung, 2 Agustus 1960 ini dibesarkan dalam keluarga yang memahami benar pentingnya pendidikan. Semenjak kecil Betti sudah rajin mengikuti kursus tambahan untuk mengasah keterampilannya.

 

Ibunya, mantan seorang guru, yang memilih berhenti menjadi guru agar bisa mempunyai waktu lebih banyak, mendidik Betti dan ketiga saudara laki-lakinya agar menjadi orang yang berguna bagi orang lain suatu saat nanti. Ibunya berperan besar dalam melatih kecerdasan emosional anak-anaknya. Sedangkan ayahnya, seorang-pegawai negeri yang juga dosen ITB dan Unpar banyak memberikan bekal dalam hal pembentukan kemampuan intelektual.

 

Sejak SD, Betti sudah mengikuti kursus Bahasa Inggris. Tidaklah mengherankan bila kelak ketika menjadi mahasiswa di Jurusan Arsitektur ITB, ia aktif di Student English Forum mengasah kemampuan berbahasa Inggris baik aktif maupun pasif. Di samping kursus yang berkaitan dengan sekolah, Betti juga mengikuti kursus di luar kepentingan sekolah seperti kursus menjahit dan kursus kecantikan. Makanya, semenjak SMP ia sudah bisa menerima jahitan. Berbagai kursus yang diikutinya turut membantu meningkatkan kemampuan interpersonal dan rasa percaya dirinya.

 

Kiprahnya di IBM dimulai setelah lulus dari dari Institut Teknologi Bandung jurusan Arsitektur tahun 1994. Setelah lulus test, ia memotivasi diri dan bekerja sebaik-baiknya agar bisa menyelesaikan program pendidikan yang harus dijalaninya di Jakarta dan Hongkong selama setahun sebagai marketing trainee.

 

Begitu selesai mengikuti program ini, ia menjalani berbagai posisi di bidang sales dan marketing selama enam tahun. Kesabarannya dalam menjalani pekerjaannya tidaklah sia-sia. Ia mendapat penugasan internasional tahun 1996 hingga 1998 sebagai General Manager, Generah Business, Marketing untuk IBM ASEAN dan Asia Selatan dan berkantor di Singapura selama dua tahun.

 

Tinggal di Singapura membawa berkah tersendiri bagi keluarganya. Meskipun suaminya, Mario Alisjahbana, seorang pengusaha di bidang media dan percetakan yang juga putra pujangga besar Sutan Takdir Alisjahbana, datang dua minggu sekali ke Singapura bertemu dengan Betti dan kedua anaknya, di saat-saat itulah keluarganya menghargai benar arti kebersamaan, keharmonisan dan nilai suatu keluarga.

 

Suaminya bersyukur karena Betti dan kedua anaknya tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat itu sedang bergejolak dipenuhi dengan aksi demonstrasi dan kerusuhan. Selain itu, kedua anaknya bisa mendapat pengalaman internasional dengan bersekolah di Singapura.

Pengalamannya bertugas di luar negeri dan menangani orang dari berbagai macam latar belakang memberikan nilai tambah dalam karirnya. Ketika kembali ke Indonesia setelah sukses menjalankan tugas di Singapura, ia mendapat promosi sebagai Direktur Sales dan Marketing, PT USI Jaya/IBM Indonesia tahun 1998-1999.

 

Tidak lama kemudian, berkat persiapan yang matang, Betti dipercaya memimpin IBM Indonesia tahun 1999 sampai sekarang, sebuah cita-cita yang sudah lama ingin diraihnya. Ia kini memimpin 300 orang, serta bertanggung jawab kepada lebih banyak orang lagi karena IBM Indonesia menjalin kerjasama dengan network partner, distributor, dealer, dan perusahan-perusahaan lainnya.

 

Alumni Asia Pacific Global Leadership Development, Tokyo, Japan (2001), ini mengatakan bahwa dalam menekuni profesinya hingga meraih berbagai prestasi tidak lepas dari tiga prinsip yang selama ini dipegangnya yaitu kejujuran, integritas, dan motivasi yang tinggi. Betti melihat kenyataan bahwa kemampuan seseorang tidak ada batasnya. Bila seseorang mengatakan bahwa dia mampu, maka ia mampu. Bila ia berkata tidak mampu, maka ia tidak mampu. Bila seseorang memiliki motivasi yang tinggi dan percaya bahwa ia bisa melakukan sesuatu serta berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya, maka kemampuan seseorang menjadi tidak ada batasnya.

 

Bagi Betti, kejujuran dan integritas sangat diperlukan karena kedua hal ini menumbuhkan kepercayaan terhadap orang di sekitarnya termasuk pelanggan, atasan, rekan kerja, dan tim yang dipimpinnya. Kepercayaan membuat kerjasama melakukan suatu pekerjaan menjadi lebih mudah. Kepercayaan akan melahirkan dukungan, meskipun situasi sedang sulit dan penuh dengan tantangan.

 

Dengan prinsip yang dipegangnya ini, karir Betti terus menanjak. Betti tidak takut mengambil risiko dan berani mencoba hal-hal yang baru. Semakin tinggi posisi seseorang maka semakin besar pula risikonya. Betti mengenang masa-masa ketika ia ditugaskan di Singapura untuk menangani bisnis pemasaran ke perusahaan-perusahaan menengah, sebuah bidang pekerjaan yang dikuasainya. Awalnya ia menanganinya di Indonesia dan setelah sukses ia diminta untuk menggantikan atasannya menangani bisnis itu di negara-negara ASEAN dan Asia Selatan. Kesempatan ini merupakan tantangan baginya.

 

Tidak lama kemudian, Betti diminta untuk menangani bisnis di bidang e-business yang baginya merupakan hal baru. Pada saat itu, e-business masih pada tahap awal dan ia diminta untuk menangani e-business untuk kawasan regional. Saat itu, Betti berpikir hati-hati dalam memutuskan karena ia diminta menangani bidang yang belum dikuasainya dengan cakupan yang wilayah yang luas secara regional. Namun, akhirnya ia memutuskan bahwa jika ia berusaha, ia pasti bisa memegang tanggung jawab tersebut sehingga tahun 1998 ia menjabat sebagai General Manager, e-business, untuk IBM ASEAN/ Asia Selatan.

 

Sebagai pemimpin IBM Indonesia, Betti berusaha membawa IBM tumbuh lebih cepat daripada marketnya serta mengubah persepsi orang yang selama ini menganggap IBM sebagai perusahaan hardware saja. IBM saat ini merupakan solution provider yang memberikan layanan konsultasi bisnis, sistem integrasi, perangkat keras dan perangkat lunak kepada pelanggan sehingga mereka bisa memperoleh manfaat secara maksimal dari teknologi.

 

Berbagai penghargaan diperoleh karena kerja kerasnya sebagai pemimpin, di antaranya Outstanding Achievement Award di tahun 1999, Country General Manager Excellence Award 2000, yaitu penghargaan yang diberikan pada lima negara terbaik dari 170 negara di mana IBM beroperasi.

Dalam hubungannya dengan karyawan, Betti membuka lebar pintu ruang kerjanya dan mempersilakan karyawan masuk dan bertukar pikiran dengannya. Dalam waktu-waktu tertentu ia mengadakan diskusi terbatas dengan lapisan-lapisan karyawan. Ia tidak ingin menjadi pemimpin di atas menara gading yang tidak mengenal siapa sebenarnya orang-orang yang dipimpinnya. Betti harus bisa memposisikan dirinya dengan tepat di antara para karyawannya. Suatu saat ia harus bersikap keras dan tegas, di waktu yang lain ia harus bersikap luwes, fleksibel dan penuh tenggang rasa.

 

Itulah makanya ia tidak segan-segan berpanas terik berbaur dengan karyawan setiap kali diadakan family gathering. Ia tidak canggung mengambil bagian ikut dalam lomba lari bakiak, tarik tambang dan tulus berbagi canda dan tawa bersama mereka.

 

Dalam setiap langkah hidupnya, Betti selalu berusaha tetap rendah hati dan menggunakan energinya untuk menuntut suatu perbaikan kualitas kehidupan dengan berbagi pengalaman yang didapatnya, pengetahuan ataupun harta yang dimilikinya secara pribadi. Ia memberikan perhatian yang besar terhadap program-program kemasyarakatan IBM dan dunia pendidikan. Ia menilai bahwa perbaikan-perbaikan terhadap pemanfaatan IT dimulai dari dunia pendidikan.

 

Betti juga selalu menekankan pentingnya menjalankan bisnis dengan standar etika yang tinggi dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Ia melihat bahwa masalah korupsi lebih besar tantangannya dibandingkan dengan masalah birokrasi di Indonesia. Sebagai pemimpin ia berusaha mengajak semua pihak untuk melakukan sesuatu dengan cara yang benar.

 

Dalam kapasitas pribadi, Betti berusaha membawa perubahan dan perbaikan dengan menyumbangkan apa yang dimilikinya, sekecil apapun kontribusinya itu. Secara finansial, Betti memberikan beasiswa kepada orang-orang kecil seperti anak supir dan anak pembantu serta orang-orang yang membutuhkan di lingkungan terdekatnya. Ia merasa bahwa apa yang diberikannya itu belumlah seberapa dibandingkan dengan perubahan dan perbaikan yang akan terjadi nantinya. Ia juga aktif memberikan beasiswa melalui organisasi-organisasi yang ia percaya dapat menyalurkan dana tersebut dengan baik dan bertanggung jawab.

 

Di sela-sela kesibukannya, Betti menyumbangkan pengalaman dan ilmu yang ia miliki dengan memenuhi undangan untuk berbicara di berbagai seminar yang mengangkat tema seperti teknologi, kepemimpinan, dan good corporate governance. Ia juga terlibat di bidang-bidang yang positif, salah satunya menjadi Ketua Tim Dewan Juri Bung Hatta Anti Corruption Award yang setahun sekali memberikan penghargaan kepada mereka yang dikenal sebagai pribadi yang bersih dari praktik korupsi termasuk mereka yang berperan aktif memberikan inspirasi dan mempengaruhi masyarakat dan lingkungannya memberantas korupsi.

 

Mewakili kaum perempuan, Betti menjadi pemimpin dalam suatu wadah yang dinamakan Women Council untuk kawasan ASEAN dan Asia Selatan. Tujuan Women Council adalah membantu para perempuan agar bisa berhasil dalam karirnya dan mampu membagi waktunya dengan bijaksana sebagai ibu, isteri, menantu, dan wanita karir. Ia juga kerap diminta untuk berbicara membagikan pengalaman tentang bagaimana mengatasi masalah-masalah yang biasa dihadapi oleh perempuan.

 

Betti berpendapat bahwa kesempatan perempuan untuk berkarya dan berkarir sangat banyak. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat dunia teknologi semakin terbuka bagi pria dan perempuan. Tantangannya adalah bagaimana membuat teknologi menarik bagi para perempuan. Kenyataan yang ada sekarang adalah sedikitnya lulusan perempuan jurusan IT karena kebanyakan perempuan masuk ke bidang-bidang yang lebih feminim yang biasanya diasosiasikan sudah menjadi bidang perempuan. Paradigma ini sedang berusaha diubah sehingga kaum perempuan juga dapat terlibat penuh di dunia teknologi.

 

Betti mengakui bahwa ia harus pandai-pandai mengatur waktunya. Ia harus dapat memutuskan pekerjaan apa saja yang perlu didelegasikan dan pekerjaan apa saja yang harus dikerjakannya sendiri entah itu di kantor atau di rumah. Khusus untuk pekerjaan yang nilai emosionalnya tinggi, Betti memilih mengerjakannya sendiri.

 

Pekerjaan di rumah seperti memasak dan membersihkan rumah biasanya dilakukan oleh pembantu. Meskipun begitu, Betti tetap sekali-sekali meluangkan waktu untuk memasak bagi keluarga terutama masakan-masakan tertentu yang memang ingin ia masak sendiri. Kebiasaannya ini membuat ia mendapat julukan si ‘jago masak’ dari anak-anaknya karena masakan yang ia masak itu-itu saja sehingga ia makin ‘ahli’ memasak makanan itu. Khusus masakan tertentu itu, masakan Betti menjadi primadona di rumah, meskipun sebenarnya pembantu bisa memasak makanan itu.

 

Seringkali, kedua anaknya yang beranjak remaja, Aslan dan Nadia, memprotes kesibukan Betti. Mereka meminta perhatiannya sehingga untuk ‘mencuri’ waktu ibunya, Nadia pernah mengubah kalender kerja Betti dan memasukkan jadwal ‘menjemput Nadia sekolah’ ke dalam timetable di laptopnya.

 

Akibat perbuatan ‘mencari perhatian’ Nadia, sekretaris Betti menjadi sibuk menjadwal ulang kegiatan Betti sementara Betti sendiri pun dibuat bingung. Karena itu, Betti berusaha menanamkan pengertian kepada Nadia untuk memahami kesibukan ibunya dan tidak boleh mengubah jadwal dengan mendadak. Bila memungkinkan, Betti selalu berupaya menjemput Nadia dan hadir ketika ia tampil di sekolahnya.

 

Sedangkan Aslan yang sudah lebih dewasa sangat suka berdiskusi dengan Betti. Mereka suka berdiskusi tentang upaya mencapai sukses. Betti menanamkan ke dalam diri anak-anaknya bahwa segala sesuatu harus dijalani dengan penuh kesungguhan, kejujuran, integritas, dan motivasi yang tinggi. Ia percaya bahwa keteguhan memegang prinsip dan dukungan dari keluarga adalah faktor penentu yang menghantarkan seseorang meraih kesuksesan dan berguna bagi orang lain, bangsa dan negara. =>Lanjut

 

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia),

Mangatur Lorielcide Paniroy - Marjuka

 

***

 

Betty Alisjahbana
Anak Jalanan

Kompas Sabtu, 28 Juni 2008: Betty Alisjahbana (48) punya cara mencari dana sosial untuk anak-anak jalanan di Jakarta. Dalam dua tahun terakhir, setiap menjelang acara ulang tahun dia meluncurkan album rekaman produksi sendiri.

Mantan Presiden Direktur IBM Indonesia ini punya sekolah khusus untuk anak jalanan di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat. ”Ada 175 anak jalanan yang bersekolah di sini. Kalau waktunya sekolah, mereka belajar tekun,” katanya.

Untuk mendanai pengoperasian sekolah anak jalanan itu, Betty membuat album rekaman. ”Album itu saya edarkan kepada teman-teman saat ulang tahun, 2 Agustus. Tapi, dari sekarang saya sudah informasikan kepada mereka untuk membantu anak jalanan dengan membeli album ini,” katanya tentang album yang belum berjudul dan khusus dijual di kalangan terbatas ini.

Selepas dari IBM Indonesia (2000-2008), ia meluangkan waktu untuk kegiatan sosial, di samping membangun bisnis barunya yang bergerak di bidang industri kreatif dan arsitektur.

”Dalam www.qbheadline.com (situs perusahaannya), ada berita-berita online yang singkat, kurang dari 500 karakter. Di tempat ini juga ada ruang untuk berbagi cerita dan ruang dialog,” kata lulusan Arsitek ITB ini. (KSP)