|
C © updated
20012004 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nama:
Dr. Irwan Prayitno, MSc
Lahir :
Jogjakarta, 20 Desember 1963
Kewarganegaraan :
Indonesia
No Paspor :
H275302
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Suku Bangsa :
Minang
Agama :
Islam
Isteri :
Hj. Nevi Zuairina
Anak :
1. Jundy Fadhlillah
2. Wafiatul Ahdi
3. Dhiya'u Syahidah
4. Anwar Jundi
5. Atika
6. Ibrahim
7. Shohwatul Ishlah
8. Farhana Irwan
9. Laili Tanzila
PENDIDIKAN:
1970-1976 Sekolah Dasar Negeri 4, Kebon Baru, Cirebon
1976-1979 Sekolah Menengah Pertama 1, Padang
1979-1982 Sekolan Menengah Atas 3, Padang
1982-1988 Universitas Indonesia, Fakultas Psikologi, Jakarta
1995-1996 Universiti Putra Malaysia, MSc in Human Resource Development
1996-2000 Universiti Putra Malaysia, PhD in Training Management
PEKERJAAN:
Anggota DPR - RI Periode 1999 – 2004
Ketua Komisi VIII DPR-RI
Konsultan Managemen SDM
Dosen Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
PENGALAMAN KERJA
1982-1988 Guru SMA Swasta, Jakarta (SMA P.B. Sudirman dan SMA Fathiyyah).
1982-1993 Bisnis perdagangan (buku dan pakaian jadi. P.O. Wafi
Collection).
1982-1985 Konselor pendidikan, Lembaga Nurul Fikri, Jakarta.
1984-1988 Asisten peneliti, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Jakarta.
1985-1988 Konselor sekolah SMA P.B. Sudirman, Jakarta.
1986-1988 Asisten konsultan psikologi (Human Resources) Maeutika Jakarta.
1988-1994 Psikolog di Lembaga Konsultansi Psikologi Dasa Mitra Mandiri,
Padang.
1988-1995 Konsultan Human Resources di beberapa perusahaan (part timer).
• PT. Semen Padang
• PT. AK Jasa Raharja, Padang
• PT. Elektrindo, Padang
• PT. Astra Motor, Padang
• PT. Sumbarin Mercedez Benz, Padang
• PT. Pan Java, Co. Coca Cola.
• BPKP Sumbar
• BRI Sumbar Riau
• BTN Sumbar
• PT. Telekom Jakarta
1988- 1997 Konsultan dan Psikolog di LPK Konsultansi ADZKIA (full timer).
1988- 1995 Direktur LPK Konsultansi ADZKIA, Padang.
1991- 1994 Dosen Psikologi Industri, AKABAH Bukit Tinggi.
1991 -1995 Dosen Luar Biasa (Kuliah Psikologi Industri) FMIPA, Universitas
Andalas, Padang.
1990-1995 Komisaris C.V. Islahi, Padang.
1992-1994 Sekretaris Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia, Cabang Sumatra
Barat.
1990-1995 Trainer di Yayasan Pendidikan Islam Cendekia dan Yayasan AI-Madani,Padang.
1994-1995 Dosen Psikologi Anak, PGTK-PGTQ ADZKIA, Padang.
ORGANISASI
1. 1980- 1982 Pengurus OSIS SMA 3 Padang.
2. 1982 -1986 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jakarta.
3. 1984- 1986 Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Komisariat F.Psikologi
UI.
4. 1985 -1986 Pengurus Senat Mahasiswa F.Psikologi UI, Jakarta.
5. 1986 -1987 Pengurus Badan Perwakilan Mahasiswa F. Psikologi UI,
Jakarta.
6. 1988 -1995 Pendiri dan Ketua Yayasan Pendidikan Islam Cendikia Padang.
7. 1990 - Skrg Pendiri dan Pengawas Yayasan Pendidikan dan Dakwah Al-
Madani Padang.
8. 1990- 1995 Anggota Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia, Sumbar.
9. 1992- 1995 Anggota World Assembly Muslim Youth (WAMY) Indonesia.
10. 1992-1995 Anggota Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Padang.
11. 1999- Sekarang Ketua DPP Partai Keadilan
12. 2000-2005 Ketua Bidang Pengembangan Wilayah/Satuan dan Mekanisme Kerja
Organisasi Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat
BUKU:
Seri Pendidikan Islam
1. Ma'na Asy-Syahaadatain
2. Ma'rifatullaah
3. Ma'rifah Ar-Rasuul
4. Ma'rifah Al-Islaam
5. Ma'rifah Al-Insaan
6. Ma'rifah Al-Qur'aan
7. Al-Ghazw Al-Fikri
8. Hizb Asy-Syaithaan
9. Qadhaayaa Ad-Da'wah/Al-Ummah
10. Al Haq Wa Al-Baathil
11. Takwiin Al-Ummah
12. At-Tarbiyah al-Islaamiyah Al-Harakiyah
13. Fiqh Ad-Da'wah
14. Membentuk Kepribadian Muslim
15. Kepribadian Muslim
16. Kepribadian Dai
Seri Pendidikan Anak
1. Ajaklah Anak Bicara
2. Ketika Anak Marah
3. 24 Jam Bersama Anak
4. Membangun Potensi Anak
BUKU AKAN TERBIT
1. Seri Pendidikan Pengembangan (3 Buku)
2. Seri Pendidikan Anak (3 Buku)
3. Seri Pendidikan Masyarakat (3 Buku)
BIODATA LANJUT ► |
|
|
|
|
|
|
Dr. Irwan Prayitno, MSc
Karir Politik Berawal dari Dakwah Kampus
Ia seorang politisi yang memiliki komitmen moral yang dilandasi ajaran
agama yang dianutnya. Karir politik Ketua Komisi VIII DPR RI dari
Fraksi Reformasi (Partai Keadilan), ini memang berawal dari dakwah di
kampus-kampus.
Ketika pendirian PK, ia masih kuliah S-3 di Universitas Putra Malaysia (UPM),
dan
dipercaya menjadi Ketua Perwakilan PK di Malaysia. Kemudian dalam Pemilu
1999 terpilih menjadi anggota DPR dari Sumatera Barat.
Tidak selamanya mempunyai indeks prestasi (IP) rendah berakibat buruk. Hal
itu dibuktikan oleh Dr. Irwan Prayitno, M.Sc yang lulus dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Jakarta dengan IP 2,02 saja, alias hanya cukup “lepas makan”. Angka itu
tipis 0,02 saja di atas syarat minimal 2,00.
Waktu yang dia butuhkan untuk meraih sarjana itu pun cukup panjang, enam
tahun sejak 1982 hingga 1988. Kader Partai Keadilan (Sejahtera) ini
beralasan, dia banyak menghabiskan waktu di luar kampus untuk mengajar,
berdakwah, berdiskusi, serta mencari nafkah untuk menghidupi keluarga.
Menikah dengan Hj. Nevi Zuairina tahun 1985 dengan tanpa modal apa-apa,
pria Minang kelahiran Jogjayakarta 20 Desember 1963 ini kini dianugerahkan
sembilan orang anak.
Begitu lulus sarjana psikologi UI yang terngiang di pikirannya justru
ingin berdakwah. Tawaran gaji besar dari perusahaan semen terbesar di
Padang, misalnya, ditampiknya. Keyakinan untuk terus berdakwah, menurutnya, bila dilandasi dengan nawaa itu demi menggapai Islam kaffah akan
menjadi besar. Semangatnya bersama teman-teman lalu terdorong untuk
membangun lembaga pendidikan Adzkia (yang artinya kecerdasan) untuk dakwah
pendidikan, serta Yayasan Al-Madani untuk mengurusi dakwah sosial. Hidup
Irwan kemudian dipenuhi warna-warni Adzkia.
Di saat Adzkia mulai menapak maju di kota Padang, Irwan tahun 1995 justru
terdampar ke negeri jiran Malaysia untuk melanjutkan pendidikan S-2.
Awalnya, banyak universitas yang menolak mengingat IP-nya rendah 2,02
sebelum akhirnya Universitas Putra Malaysia (UPM) di Serdang, Kuala Lumpur
mau menampung dengan status percobaan satu semester. Namun Irwan malah
menantang Prof. Hasyim Hamzah, Pembantu Rektor UPM dirinya bisa
menyelesaikan studi tiga semester atau satu setengah tahun dari waktu
normal enam semester atau tiga tahun.
Tantangan itu terbukti dan memberinya hak menyandang gelar Msc bidang
Human Resources Development. Kuliah S-3 pun di kampus sama dicapainya
dengan gemilang. Irwan lulus S-2 dan S-3 bidang Training Management kali
ini dengan nilai A semua, kecuali mata kuliah mengenai hukum perempuan.
Itupun hanya akibat berbeda pendapat dengan dosennya.
Yang menarik, selama pergulatannya di Negeri Jiran Irwan Prayitno harus
bekerja keras untuk menghidupi istri dan lima anak, saat itu, yang ikut
diboyongnya. Dibutuhkan minimal 2.000 hingga 3.000 ringgit Malaysia
perbulan, 10 hingga 20 persen diantaranya untuk kuliah. Sumber pendapatan
tak lain dari berdakwah dan berceramah sampai ke London sekalipun. Pesawat
terbang atau kereta api adalah tempat biasa untuk mengerjakan tugas-tugas
perkuliahan. Itupun masih belum melepaskannya dari pekerjaan rutin di
rumah mencuci pakaiannya, istri, dan anak-anak.
Mata rantai karir politik Irwan Prayitno sebagai buah reformasi melulu
adalah dakwah dari kampus ke kampus. Dia merasakan semuanya berawal dari
fenomena di akhir 1980-an saat mulai muncul satu dua pelajar-mahasiswa
yang menutup aurat tubuhnya, sesuai syariat Islam. Fenomena itu semakin
marak di era 1990-an bahkan menjadi modis dan enak dipandang mata
sehari-hari. Fenomena sama juga terjadi di kampus-kampus yaitu dakwah,
sebuah aktivitas yang intens digeluti Irwan.
Para aktivis dakwah ketika itu paham bahwa Soeharto naik ke panggung
kekuasaan adalah atas dukungan umat Islam yang tergabung dalam berbagai
elemen seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII),
Gerakan Pemuda Islam (GPI), dan lain-lain. Namun setelah berkuasa, kata
Irwan, Soeharto tidak pandai berterimakasih bahkan sang jenderal ini
cenderung memusuhi kekuatan politik umat Islam.
Antar kedua kekuatan mulailah bergesek, seperti saat pengajuan RUU
Perkawinan yang banyak bertentangan dengan syariat Islam. Lalu berlanjut
ke penentangan terhadap Tap MPR tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4). Terakhir mengerucut ke puncak saat peristiwa Tragedi
Tanjung Priok, 12 September 1984 yang menelan banyak korban jiwa dari umat
Islam.
Irwan merasakan pula gaya represif pemerintahan Soeharto mulai merasuk ke
perguruan tinggi. Semua ormas kemahasiswaan termasuk HMI dan PMII digusur
dari kampus melalui kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK/BKK). HMI
dan yang lainnya dipaksa pula untuk menerima azas tunggal Pancasila.
“Kendati amat mencintai HMI, saya dan begitu pula teman-teman lainnya,
akhirya harus mengucapkan selamat tinggal pada HMI karena telah menerima
azas tunggal itu,” kenang Irwan.
Fase pergerakan baru justru mulai bermula. Kata Irwan, untuk meneruskan
perjuangan mereka beralih ke mesjid di kampus-kampus sebagai satu-satunya
media mengaktualisasikan potensi memperjuangkan Islam. Sebab ormas-ormas
sudah dikebiri dengan azas tunggal Pancasila. Di Kampus UI Salemba
aktivitas dakwah dibangun di mesjid Aref Rahman Hakim.
Di ITB Bandung berpusat di mesjid Salman, yang terkenal dengan Latihan
Mujahid Dakwah dan Latihan Dasar Kepemimpinan (LMD/LDK) yang digerakkan
oleh Dr. Imaduddin Abdul Rachim, M. Hatta Radjasa, dan lain-lain. Suasana
serupa berkembang pula di mesjid AI-Gifari IPB Bogor, begitu pula di
mesjid kampus lain seperti Unand dan IKIP Padang, UGM, Unibraw, Unpad dan
lainnya.
Orientasi kegiatan mereka masih pada pembinaan aqidah dan akhlaq Islamiyah.
Seperti pengajaran baca aI-Quran, mentoring agama, studia lslamika, serta
konsultasi keagamaan. Khusus tentang LMD/LDK di Mesjid Salman ITB Bandung,
model ini terkenal dengan pelatihan dakwah yang dilakukan dengan cara
pembentukan kelompok-kelompok kecil dan dibimbing seorang mentor untuk
mebicarakan segala segi kehidupan dari sudut pandang Islam.
Ketika LMD/LDK kian menunjukkan kekuatannya mulailah dibangun jaringan
antar perguruan tinggi bernama Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK).
Pertemuan pertama diselenggarakan di Masjid Salman ITB (1986), disusul di
Masjid Al-Ghifari IPB (1987) yang menghasilkan khittah yakni petunjuk
perjuangan LDK. “Dalam sosialisasi khittah inilah kemudian saya sering ke
Padang, juga ke Padang Panjang, Bukitinggi, Solok dan Payakumbuh,” kata
Irwan.
Pada FSLDK Nasional ke-1O di Malang 29 Maret 1998 lah dideklarasikan
berdiri Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim hdonesia (KAMMI), yang di kemudian
hari menjadi jaringan yang membesarkan Partai Keadilan (PK). PK sendiri
akhirnya dideklarasikan pada Ahad, 9 Agustus 1998 di halaman Mesjid Al
Azhar, Jakarta. Jaringan aktivis dakwah kampus yang digerakkan Irwan dan
teman-teman terus menguat dan mengeras bahkan menjadi lembaga yang
berjaringan nasional dan intemasional.
Ketika pendirian PK Irwan masih kuliah S-3 di UPM, karena itu, dia
dipercayakan menjadi Ketua Perwakilan PK di Malaysia. Kelompok-kelompok
pengajian mahasiswa asal Indonesia di Malaysia yang sudah lama berjaringan
dengan dakwah kampus di Indonesia ikut langsung bergabung ke PK.
Masih mempersiapkan ujian akhir S-3 Irwan tiba-tiba disodori oleh DPP PK
dari Jakarta formulir untuk diisi yang ternyata adalah formulir calon
legislatif (Caleg). Pulang ke Sumatera Barat untuk kampanye pemilu 1999
dia masih dalam status ujian akhir S3. Karena itu, usai pemilu dia kembali
ke UPM Malaysia dan lulus dengan gelar PhD bidang Training Management.
Nah, ketika kembali dari Malaysia kepada Irwan telah tersedia sebuah kursi
DPR dan ruangan di Fraksi Reformasi.
“Kedekatan kita dengan Pak Amien Rais, juga melihat wawasan serta mengenal
mereka secara prbadi seperti Pak Fatwa, Pak Luthfi, termasuk juga Pak
Hatta Rajasa yang mantan aktivis LDK Salman ITB, maka kami berkesimpulan
tidak ada salahnya bergabung ke PAN di F-Reformasi,” jelas Irwan. Pilihan
itu tidak salah. F-Reformasi bahkan mempercayakan amanat ke Irwan untuk
harus memimpin Komisi VIII DPR RI.
Bahkan Irwan sudah dua periode dipercaya sebagai Ketua Komisi VIII.
Awalnya duduk di kursi DPR bagi Irwan cukup mengagetkan sebab fraksi
mengamanatkannya menjadi Ketua Komisi VIII. Walau sebenarnya kagetan sebab
sejak semula tidak begitu paham mengenai politk praktis kecuali tentang
dunia dakwah di kampus-kampus, Irwan sangat bersyukur sebab hampir semua
teman-teman komisi menyenanginya.
“Mungkin karena bagi mereka saya orangnya lugu,” aku Irwan, yang merasa
tidak mempunyai interest tertentu dalam setiap memimpin rapat dan
sidang-sidang. Bagi Irwan, dalam memimpin rapat dan sidang kalau ada yang
benar akan didukung walau itu pendapat dari anggota PDI-P. Tapi kalau ada
yang salah tetap saya cecar walaupun itu dari PPP.
Komisi yang dipimpinnya tergolong basah, antara lain membidangi
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Riset dan Teknologi (Ristek),
Lingkungan Hidup, dan badan-badan seperti BPPT, Batan, Lapan, Dewan Riset,
dan lain-lain. Dipercaya sebagai ketua, itu dipandangnya karena
kepribadian dan sikapnya yang masih lugu masih menarik kepercayaan fraksi
dan anggota dewan. “Bahkan, dikalangan pers nasional pun Alhamdulillah
saya sering diminta menjadi narasumber,” akunya mencoba mengukur tingginya
kredibilitas para narasumber seperti dirinya, Hatta Rajasa, atau Pramono
Anung. ► hp
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
BIODATA LANJUT ► | |