|
C © updated 08022004 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/ |
|
|
Nama:
H Benjamin Mangkoedilaga SH
Lahir:
Garut, 30 September 1937
Agama:
Islam
Isteri:
Roosliana
Anak:
Dua putri
Ayah:
H Mangkoedilaga
Pendidikan :
- SMP dan SMA Kanisius
- Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Jabatan:
Hakim Agung (2000-2002)
Riwayat Pekerjaan:
• 1962-1967,Asisten Dosen FH UI
• 1967-1974,Hakim PN Rangkas Bitung
• 1974-1979,Hakim PN Denpasar
• 1979-1982,Hakim PN Jakarta Utara
• 1982-1987,Wakil Ketua PN Bale Bandung Kab.Bandung
• 1987-1991,Ketua PN Cianjur
• 1991-1993,Ketua PTUN Surabaya
• 1996-1998,Hakim Tinggi PTTUN Medan
• 1998-1999,PTTUN Jakarta
• 1999-Anggota Komnas HAM
• 1999-Anggota/Arbiter Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI
2000)
• 2000,Anggota Dewan Pers Indonesia
• 2000,Anggota/Member of The Partnership to Support Governance Reform In
Indonesia
• 2000-2002,Hakim Agung pada MA RI
- Pengajar pada sejumlah perguruang tinggi
|
|
|
|
|
|
|
Benjamin Mangkoedilaga, SH
Ikon Integritas Seorang Hakim Karir
Namanya muncul ke permukaan ketika sebagai hakim di sidang PTUN Jakarta,
memenangkan gugatan majalah Tempo yang dibredel pemerintah Orde Baru,
terhadap Menteri Penerangan Harmoko. Ia patut disebut sebagai ikon
integritas seorang hakim karir di negeri ini. Kemudian dalam usia 63
tahun ia terpilih menjabat hakim agung (2000-2002).
Sebelum menjabat hakim agung, pria kelahiran Garut 30 September 1937 ini,
aktif sebagai anggota berbagai lembaga penting di Tanah Air. Antara
lain, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Badan Arbitrase
Nasional, Dewan Pers, dan Partnership to Support Governance Reform in
Indonesia.
Benjamin menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di SMP dan SMA
Kanisius. Kendati ia seorang muslim, dia memilih sekolah Katolik itu,
karena alasan bermutu dan berdisiplin tinggi.
Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang akrab dengan masalah hukum.
Ayahnya, H Mangkoedilaga adalah seorang jaksa. Lalu, ia pun meraih
sarjana hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Walaupun semasa
kecil, ia sempat bercita-cita menjadi tentara. Namun, cita-cita itu tak
terwujud karena ia gagal masuk Akademi Militer Nasional (AMN) akibat
matanya tidak bisa melihat jauh. Cita-cita jadi tentara sedikit terobati
saat duduk di Fakultas Hukum UI, ia bergabung aktif dalam Resimen
Mahasiswa. Bahkan ia sempat menjadi Komandan Batalion UI.
Suami dari Roosliana ini adalah hakim karier di PN dan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Ia
memulai karir tahun 1962-1967 sebagai Asisten Dosen FH UI. Kemudian
menjadi Hakim PN Rangkas Bitung (1967-1974), Hakim PN Denpasar
(1974-1979), Hakim PN Jakarta Utara (1979-1982). Lalu diangkat menjabat
Wakil Ketua PN Bale Bandung Kab.Bandung (1982-1987), Ketua PN Cianjur
(1987-1991), dan Ketua PTUN Surabaya (1991-1993). Setelah itu, ia
dipercaya menjadi Hakim Tinggi PTTUN Medan (1996-1998) dan PTTUN
Jakarta (1998-1999).
Saat menjadi Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, ayah
dua putri, ini memenangkan gugatan majalah Tempo
yang dibredel pemerintah Orde Baru, terhadap Menteri Penerangan Harmoko.
Suatu keputusan yang dianggap berani pada masa itu, ketika campur tangan
kekuasaan eksekutif masih sangat kuat terhadap yudikatif. Namanya pun
melambung sebagai seorang hakim yang punya integritas diri menegakkan
keadilan.
Bukan hanya putusan kasus TEMPO yang membuat integritas dan
kredibilitasnya sebagai haki mencuat. Sebelumnya, ia juga telah
memenangkan gugatan lima perusahaan future trading terhadap Menteri
Perdagangan yang mencabut SIUP mereka. Juga menjatuhkan putusan hukuman
mati terhadap terdakwa Lince, yang membunuh suaminya sendiri di
Pengadilan Negeri Bandung, pada 1986. Serta putusan menolak gugatan
petani Cimacan, Jawa Barat, yang lahannya dijadikan lapangan golf.
Penerima Suardi Tasrif SH Award (penghargaan bidang jurnalistik) ini
mencantumkan sebuah rumah, sebuah tanah kosong seluas 330 meter persegi,
tiga mobil, tabungan Rp 30 juta, dan deposito 12.000 dollar AS. Tanah
kosong di Kecamatan Gandul, Cinere, Jakarta, disebutkan seluas 33 meter
persegi. Tiga mobil adalah Feroza tahun 1995, dan dua buah sedan,
masing-masing tahun 1990 dan tahun 1996.
Pada usianya yang bertambah lanjut, ia masih terlihat segar bugar.
Maklum, mayoret drum band pertama di kampus UI, itu gemar berolahraga
dan pernah menjadi anggota Tim PON (Pekan Olah Raga Nasional) Jakarta.
Bahkan ia juga punya prestasi menjuarai lari 400 meter, 800 meter, dan
400 meter gawang. tsl
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|