PROKLAMATOR
► Bung Karno (Ir
Soekarno)
►
Bung Hatta (Dr. Mohammad
Hatta)
PAHLAWAN NASIONAL
► Abdul Kadir RT Setia (1771-l875)
► Abdul Muis (1883-1959)
► Abdulrahman Saleh (1909-1947)
► Achmad Yani (1922-1965)
► Adam Malik
(1917-1984)
► Achmad Ri'fai, KH
► Agus Salim, H (1884-1954)
► Agustinus Adisucipto (1916-1947)
► Akhmad Dahlan, K.H. (1868-1923)
► Akhmad Dahlan, Nyi (1872-1946)
► Amir Hamzah,Tengku (1911-1946)
► Andi Mappanyukki
► Antasari, Pangeran (1809-1862)
► Arie Frederik Lasut (1918-1949)
► Basuki Rakhmat (1921-1969)
► Cik Di Tiro, Teungku (1836-1891)
► Cipto Mangunkusumo, Dr. (1886-1943)
► Cokroaminoto, H.U.S. (1883-1934)
► Cut Nyak Dhien (1850-1908)
► Cut Nyak Meutia (1870-1910) ,
► Danurdirdja Setiabudi, Dr. (1879-1950)
► Dewi Sartika (1884-1947)
►
Diponegoro, Pangeran (1785-1855)
►
Djuanda Kartawidjaja (1911-1963)
► Fakhruddin, K.H. (1890-1929)
► Fisabilillah, Raja Haji (1725-l784)
► Frans Kaisiepo. (192l-l979)
► Gatot Mangkoepradja
► Gatot Subroto, Jend. (1907-1962)
►
Halim Perdanakusuma (1922-1947)
► Harun Tohir, Kopral KKO (1947-1968)
► Haryono, M.T. (1924-1965)
► Hasanuddin, Sultan (1631-1670)
►
Hasyim Asy'ari, KH (1875-1947)
► Hazairin, Prof. Dr. S.H. (1906-1975)
►
Ignatius Slamet Rijadi
► Ilyas Yacob (1903-l958)
►
Imam Bonjol, Tuanku (1772-1864)
► Inten, Raden (1834-1856)
► Iskandar Muda, Sultan (1593-1636)
►
Ismail Marzuki (1914-1958)
► Iswahyudi, R. ( 1918 -1947)
► Kartini, RA (1879-1904)
► Katamso, Brigjen TNI (1923-1965)
► Ketut Jelantik, I Gusti ( 1849)
►
Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
► Kusuma Atmadja (1898-1952)
► La Maddukkelleng (1700-l765)
► Lumban Tobing, Ferdinand (1899-1962)
► Mahmud Badaruddin II, Sltn (1767-1852)
► Mangkunegoro I, K.G.P.A.A. (1725-1795)
►
Manullang, Tuan MH (1887-1979)
► Maria W. Maramis (1872-1924)
► Martadinata, R.E ( 1921-1966)
► Martha Khristina Tiahahu (1801-1818)
► Marthen Indey (1912-l986)
► Mas Mansyur, K.H. (1896-1946)
► Maskoen Soemadiredja
► Mohammad
Hatta, Dr. (1902-1980)
►
Mohammad Husni Thamrin (1894-1941)
► M.T. Haryono (1924-1965)
► Mohammad Yamin, Prof. (1903-1962)
► Muwardi, Dr. (1907-1948)
► Ngurah Rai, I Gusti. (19l7-1946)
► Nuku Muhammad Amiruddin (1738-l805)
► Nyak Arief, Teuku (1899-1946)
► Nyi Ageng Serang (1752-1828)
► Otto Iskandardinata, R. (1897-1945)
► Pakubuwono VI, Sri Sshunan (1807-1849)
► Panjaitan, D.I. (1925-1965)
► Panji Soeroso, Raden (1893-1981)
► Parman, S. (1918-1965) ...
►
Pattimura, Kapitan (1783-1817)
► Piere Tendean (1939-1965)
► Raja Ali Haji
►
Rasuna Said, HR. (1910-1965)
► Ratulangi, G.S.Y, Dr. (1890-1949)
► Robert Wolter Monginsidi (1925-1949)
► Saharjo, Dr. SH (1909-1963)
► Samanhudi, K.H. (1868-1956)
► Sasuit Tubun, KS (1928-1965)
►
Si Singamangaraja XII (1849-1907)
►
Silas Papare (19l8-l987)
►
Siti
Hartinah Soeharto (1923-l996)
► Soekarno, Ir.
(1901-1970)
► S. Parman
(1901-1970)
► Sri
Sultan H Buwono IX, (19l2-1988)
► Sudarso, Y. (1925-1962)
► Sudirman, Jenderal (1916-1950)
► Sugiono (1926-1965)
► Sugiyopranoto, A. S.J, Mgr. (1896-1963)
►
Suharso, R. Prof. Dr. (1912-1971)
► Sukarjo Wiryopranoto (1903-1962)
► Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1692)
► Sultan Agung. (1591-1645)
► Supeno (1916-1949)
► Supomo, R. Prof. DR. SH (1903-1958)
► Suprapto (1920-1965)
► Supriyadi (1923-1945)
► Suryo, R.M. (1898-1948)
► Suryopranoto, R.M. (1871-1959)
►
Sutomo, Dr. (1888-1938)
►
Sutoyo Siswomiharjo (1922-1965)
► Syahrir, Sutan (1909-1966)
► Syarif Kasim II, Sultan (1893-l968)
► Teuku Umar (1854-1899)
► Thaha Syaifuddin, Sultan (1816-1904)
► Tjilik Riwut (19l8-l987)
► TuankuTambusai (1784-1882)
► Untung Surapati (1660-1706)
► Urip Sumohardjo, Jend. (1893-1948)
► Usman Bin Haji Moh. Ali (1943-1968)
►
Wage Rudolf Supratman
(1903-1938)
► Wahid Hasjim, Abd. K.H. (1914-1953)
►
Wahidin Sudirohusodo (1852-1917)
►
Wartabone,
Hi Nani (1907-1986)
► Yohannes, W.Z, Prof. Dr. (1895-1952)
►
Yos Sudarso (1925-1962)
► Yusuf Tajul Khalwati, Syekh (1626-l699)
► Zaenal Mustofa, K.H. (1899-1945)
► Zainul Arifin, K.H. (1909-1963)
PERINTIS KEMERDEKAAN DLL:
► Muhammad Saleh Werdisastro
Jenderal Gatot Subroto (1909-1962)
Tentara yang aktif dalam tiga zaman ini pernah menjadi Tentara Hindia Belanda (KNIL) pada masa pendudukan Belanda, anggota Pembela Tanah Air (Peta) pada masa pendudukan Jepang dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah kemerdekaan Indonesia serta turut menumpas PKI pada tahun 1948. Ia juga menjadi penggagas terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).
Cut Nyak Dien (1850-1908)
Nangroe Aceh Darussalam merupakan daerah yang banyak melahirkan pahlawan perempuan yang gigih tidak kenal kompromi melawan kaum imperialis. Cut Nyak Dien merupakan salah satu dari perempuan berhati baja yang di usianya yang lanjut masih
mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda sebelum ia akhirnya ditangkap.
Cipto Mangunkusumo (1886-1943)
Dokter Cipto Mangunkusumo adalah seorang dokter profesional yang lebih dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan nasional. Dia merupakan salah seorang pendiri Indische Partij, organisasi partai partai pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka dan turut aktif di Komite Bumiputera.
Cut Nyak Meutia (1870-1910)
Pameo yang mengatakan wanita sebagai insan lemah dan harus selalu dilindungi tidak selamanya benar. Itu dibuktikan oleh Cut Nyak Meutia, wanita asal Nangroe Aceh Darussalam, yang terus berjuang melawan Belanda hingga tewas diterjang tiga peluru di tubuhnya.
Mohammad Hatta (1902-1980)
Mohammad
Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil
yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya.
Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan
bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak
laki-laki satu-satunya.
Adam Malik (1917-1984)
Ia
merupakan personifikasi utuh dari kedekatan antara diplomasi dan media
massa. Pria otodidak yang secara formal hanya tamatan SD (HIS) ini pernah
menjadi Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26 di New York dan merupakan
salah satu pendiri LKBN Antara. Ia berpengalaman sebagai duta besar,
menteri, hingga menjadi wakil presiden.
MH Thamrin (1894-1941)
Pahlawan Nasional Mohammad Husni Thamrin, telah banyak berjasa bagi kepentingan bangsa dan negara. Termasuk jasa-jasanya ikut merintis ikatan persatuan dan kesatuan di antara anak bangsa agar tidak terpecah belah. Jejak langkah putra terbaik bangsa ini perlu dijadikan suri teladan bagi generasi penerus masa kini.
Pangeran Diponegoro (1785-1855)
Dilahirkan dari keluarga Kesultanan Yogyakarta, memiliki jiwa kepemimpinan dan kepahlawanan. Hatinya yang bersih dan sebagai seorang pangeran akhirnya menuntunnya menjadi seorang yang harus tampil di depan guna membela kehormatan keluarga, kerajaan, rakyat dan bangsanya dari penjajahan Belanda.
Silas Papare (1918-1987)
Ketika Irian Barat masih di bawah penguasaan Belanda, Silas Papare
berjuang membebaskan untuk menyatukannya dengan Republik Indonesia.
Ia memberontak, mendirikan Partai
Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII), serta Badan Perjuangan Irian.
Akhirnya, Irian Barat merdeka dan menyatu
kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Kapitan Pattimura (1783 -1817)
Kapitan Pattimura yang bernama asli Thomas Matulessy, ini lahir di
Negeri Haria, Saparua, Maluku tahun 1783. Perlawanannya terhadap
penjajahan Belanda pada tahun 1817 sempat merebut benteng Belanda di
Saparua selama tiga bulan setelah sebelumnya melumpuhkan semua tentara
Belanda di benteng tersebut.
|
|
Halim Perdana Kusuma (1922-1947)
Halim Perdanakusuma seorang pahlawan Indonesia.
Pria kelahiran Sampang, 18 November 1922, ini gugur di Malaysia, 14
Desember 1947 dalam usia 25 tahun saat menjalankan tugas semasa perang
Indonesia-Belanda di Sumatera. Ia ditugaskan membeli
perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand. Tuan MH Manullang (1887-1979)
Digelari Tuan Manullang, seorang jurnalis
pejuang perintis pers dan kemerdekaan. Saat berusia 19 tahun telah menerbitkan
koran Binsar Sinondang Batak (1906). Juga menerbitkan koran Soara
Batak (1919-1930) untuk menentang penindasan Belanda.
Akibat tulisannya, ia dipenjara di Cipinang.
Ir H Djuanda Kartawidjaja (1911-1963)
Perdana Menteri Ir H Djuanda Kartawidjaja, pada 13 Desember 1957
mendeklarasikan bahwa Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan.
Maka sangat bijak ketika hari Deklarasi Djuanda itu kemudian
melalui Keppres No.126/2001 dikukuhkan sebagai Hari Nusantara.
HR Rasuna Said (1910-1965)
HR Rasuna Said (Hajjah Rangkayo Rasuna Said) seorang orator, pejuang (srikandi)
kemerdekaan Indonesia. Pahlawan nasional Indonesia ini lahir di Maninjau,
Agam, Sumatera Barat, 15 September 1910 dan wafat di Jakarta, 2 November
1965 dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Sutoyo Siswomiharjo (1922-1965)
Mayor
Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo dianugerahi penghargaan
sebagai Pahlawan Revolusi. Mantan IRKEHAD kelahiran Kebumen, 23 Agustus
1922, ini gugur di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 sebagai korban
dalam peristiwa Gerakan 30 September/PKI. Ayahanda
Letjen TNI Agus Widjojo
ini dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Achmad Yani (1922-1965)
Jenderal
Anumerta Achmad Yani terkenal sebagai seorang tentara yang
selalu berseberangan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika
menjabat Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) atau yang sekarang
menjadi Kepala Staf Angkatan Darat sejak tahun 1962, ia menolak
keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh
dan tani.
Yos Sudarso (1925-1962)
Pahlawan Nasional Laksamana Madya Yosaphat Sudarso, yang
lebih dikenal dengan panggilan Yos Sudarso, kelahiran Salatiga, 24
November 1925, gugur dalam pertempuran di atas KRI Macan Tutul dalam
pertempuran Laut Aru 15 Januari 1962 pada masa kampanye Trikora. Namanya
kini diabadikan pada sebuah KRI dan pulau.
Usman dan Harun (1943-1968)
Inilah
kisah dua patriot Indonesia dari Korps Marinir (KKO) yang dihukum
gantung di Singapura, 17 Oktober 1968. Sersan Anumerta KKO Usman alias
Janatin bin Haji Muhammad Ali dan Kopral Anumerta KKO Harun alias Tohir
bin Mandar. Mereka pahlawan bangsa yang pamrih menyabung nyawa dalam
tugas pengabdiannya demi kepentingan bangsa dan negara.
Hasyim Asy'ari, KH (1875-1947)
Pendiri
pesantren Tebuireng dan perintis Nahdlatul Ulama (NU), salah satu
organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, ini dikenal sebagai
tokoh pendidikan pembaharu pesantren. Selain mengajarkan agama dalam
pesantren, ia juga mengajar para santri membaca buku-buku pengetahuan
umum, berorganisasi, dan berpidato.
Raden Ajeng Kartini (1879-1904)
Door Duistermis tox Licht, Habis Gelap Terbitlah Terang, itulah judul
buku dari kumpulan surat-surat Raden Ajeng Kartini yang terkenal. Surat-surat yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya di
negeri Belanda itu kemudian menjadi bukti betapa besarnya keinginan dari
seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang sudah
membudaya pada zamannya.
Enam Putra Terbaik
Jakarta 10/11/2004: Gelar pahlawan nasional dianugerahkan kepada enam
putra terbaik bangsa, yakni Maskoen Soemadiredja, Andi Mappanyukki, Raja
Ali Haji, KH. Achmad Ri'fai, Gatot Mangkoepradja dan Ismail Marzuki.
Presiden Yudhoyono menganugerahkan dalam rangkaian
peringatan Hari Pahlawan 10 November 2004
Ismail Marzuki (1914-1958)
Komponis pejuang dan maestro musik legendaris ini dianugerahi gelar
pahlawan nasional oleh Presiden RI, dalam rangkaian Hari Pahlawan 10
November 2004 di Istana Negara. Dia dikenal sebagai pejuang dan tokoh
seniman pencipta lagu bernuansa perjuangan yang dapat mendorong semangat
membela kemerdekaan.
Proklamator Soekarno (1901-1970)
Soekarno
(Bung Karno) Presiden Pertama RI, 1945- 1966, menganut ideologi
pembangunan ‘berdiri di atas kaki sendiri’. Proklamator ini dengan gagah
mengejek Amerika Serikat dan negara kapitalis lainnya: "Go to hell with
your aid." Persetan dengan bantuanmu. Pemimpin Besar Revolusi ini
berhasil menggelorakan semangat revolusi bagi bangsanya, serta menjaga
keutuhan NKRI.
Abdul Muis (1883-1959)
Perlawanan
terhadap penjajahan Belanda dilakukannya tanpa putus-putus dengan
berbagai cara. Dengan ‘pena’-nya yang tajam, partai politik, komite
perlawanan orang pribumi, bahkan memimpin mogok kerja. Sebagai seorang
wartawan, tulisan Abdul Muis merupakan tulisan perlawanan terhadap
Belanda.
Mayor Jenderal D.I. Panjaitan (1925-1965)
Keberhasilan
Mayor Jenderal Anumerta DI Panjaitan membongkar rahasia kiriman
senjata dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk Partai Komunis Indonesia
(PKI) serta penolakannya terhadap rencana PKI untuk membentuk Angkatan
Kelima yang terdiri atas buruh dan tani, membuat dirinya masuk daftar
salah satu perwira Angkatan Darat yang dimusuhi oleh PKI.
Jenderal Sudirman (1916-1950)
Jenderal Sudirman merupakan salah satu
tokoh besar yang pernah dilahirkan oleh
suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang
jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap
bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang guru HIS Muhammadiyah di
Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.
Raja Si Singamangaraja XII (1849-1907)
Dia seorang pejuang sejati,
yang
anti penjajahan dan perbudakan. Pejuang yang tidak mau berkompromi dengan
penjajah kendati kepadanya ditawarkan menjadi Sultan Batak. Ia memilih
lebih baik mati daripada tunduk pada penjajah. Ia kesatria yang tidak
mau mengkhianati bangsa sendiri demi kekuasaan. Ia berjuang sampai akhir
hayat.
Wage Rudolf Supratman (1903–1938)
Tingginya jiwa kebangsaan menuntunnya
membuahkan karya bernilai tinggi yang telah menjadi
pembangkit semangat perjuangan pergerakan nasional. Semangat kebangsaan dan kehendak untuk merdeka dalam jiwanya dituangkan dalam
lagu gubahannya Indonesia Raya, yang kemudian menjadi lagu
kebangsaan negeri ini.
Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di
Yogyakarta 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri
handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sungtulada. Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28
April 1959 dan dimakamkan di sana.
Wahidin Sudirohusodo (1852-1917)
Kendati ia tidak termasuk pendiri Budi Utomo, namanya
selalu dikaitkan dengan organisasi kebangkitan nasional itu. Sebab,
sesungguhnya dialah penggagas berdirinya organisasi itu. Pahlawan Nasional ini lahir di desa Mlati,
Yogyakarta, pada tanggal 7 Januari 1852. Ia wafat dada tanggal 26 Mei
1917 dan dimakamkan di desa Mlati, Yogyakarta.
|
|