|
C © updated 14102004 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/mt |
|
|
Nama:
DR (H.C.) Martha Tilaar
Lahir:
Kebumen, Jateng, 4 September 1937
Suami:
Prof. Dr. H.A.R. Tilaar
Anak:
Empat orang:
Bryan Emil Tilaar
Pinkan Tilaar
Wulan Tilaar
Kilala Tilaar
Cucu:
Beberapa orang
Nama Ayah:
Yakob Handana
Nama Nenek:
Ny Pranoto
Pekerjaan:
Chairman, Chief Executive Officer, dan Pendiri Martha Tilaar Group
Pendidikan:
IKIP Negeri Jakarta, Jurusan Sejarah, tahun 1963
Lulus dari Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS
Penghargaan:
Tahun 2002, memperoleh anugerah Teknologi Siddhakretya 2002 atas
hasil karya terapan terunggul pada Martha Tilaar Group
April 2000, Menerima gelar penghargan “Kanjeng Raden Ayu (KRay)” dari
Mangkoenegoro IX, Keraton Solo, Jawa Tengah, Indonesia
April 2000, menerima penghargaan dari Herbarium National Netherlands
Institution, Leiden University, dengan pemberian nama spesies anggrek yang
baru ditemukan di Kalimantan dengan nama “The Ceologyne Marthae” atau
“Anggrek Martha Tilaar”
Februari 2000, menerima penghargaan “Prijadarshini Award” dari IFWE
(International Federation of Women Enterpreneurs), New Delhi
April 1999, menerima penghargaan The Leading Women Enterpreneurs of The
World, Award from the Star Group, Monaco
Tahun 1994, menerima penghargaan “Redmod-Indonesia Mode Development”
May 1993, menerima Satya Lencana Pembangunan, Penghargaan untuk
pembangunan Indonesia
Desember 1992, menerima penghargaan Sahwali Award dari PIPLI (Pusat
Informasi dan pengelolaan Lingkungan/ Information and Environmentaal
Development Centre)
Desember 1991, menerima Upakarti Award atas partisipasi dalam
pembangunan industri skala kecil dari Presiden Republik Indonesia
Maret 1991, menerima Penghargaan Nasional dari Departemen pendidikan dan
Kebudayaan untuk Puspita Martha Beauty sebagai sekolah model
Tahun 1987, menerima “Asia Award for The Quality” dari kantor Trade
Leader’s Club, Madrid, Spanyol
Tahun 1987, menerima American Gold Star Award for Quality, Madrid,
Spanyol
Tahun 1984, menerima gelar Doktor Kehormatan )Doctor Honoris Causa),
untuk Fashion & Artistry dari World University of Tuscon, Arizona, USA
Organisasi:
Anggota Komite Pengarah Nasional Global Environment Ffacility (GEF)/Small
Grant Program
CIDESCO International
SOROPTIMIST International
IWAPI (Indonesia Business Women Association)
KADIN (Indonesia Chamber of Commerce & Industry) Indonesia
Women Managers Association
TIARA KUSUMA
WASTRAPREMA
World Wild Found (WWF)
Yayasan KEHATI (environmental conservation)
Yayasan Wanamedia Lestari
Rijks Universiteit and Rijks Herbarium, Leiden sejak 1995
Karya Tulis Buku:
Leadership Quotient Perempuan Pemimpin Indonesia, ditulis bersama
Wulan Tilaar Widarto, M.Sc, penyunting Ayu Hermawan, terbit tahun 2003,
penerbit Grasindo
Kecantikan Perempuan Timur Pijat dan Rawat Aroma, editor Dorothea Rosa
Herliany, tahun 1999, penerbit Indonesia Tera,
Indonesia Bersolek, Buku Pedoman Seni Rias Indonesia II Tata Rias,
Korektif, terbit tahun 1995, penerbit Grasindo
Indonesia Bersolek, Buku Pedoman Seni Rias Indonesia I, terbit tahun
1987, penerbit Grasindo
Lain-lain:
Bulan Juli 2002 diundang Sekjen PBB Kofi Annan hadir dalam forum
Global Compact, di New York, AS.
Alamat:
Gedung PT Martina Berto
Jalan Pulo Kambing II No. 1
Kawasan Indusri Pulogadung, Jakarta Timur 13930
Telp. (021) 460.3717, Faks. (021) 460.6246
Sumber:
URL: marthatilaar.com/mt -Harian Kompas - Sinar Harapa - Republika
|
|
|
|
|
|
|
Martha Tilaar
Sariayu Bermula dari Garasi
Dia menjalani hidup dengan penuh keajaiban kuasa Tuhan. Pernah 'divonis'
mandul, namun melahirkan anak pertama di usia 42 tahun setelah 16 tahun
menikah. Dia pun membangun imperium industri jamu dan kosmetika
berkelas dunia, bermula dari grasi rumah ayahnya. Dari sebuah salon
kecantikan sederhana, berkembang menjadi Martha Tilaar Group (MTG), sebuah
grup usaha industri jamu dan kosmetika dengan produk merek dagang Sariayu
Martha Tilaar. Grup usaha ini memayungi 11 anak perusahaan dan
mempekerjakan sekitar 6.000 karyawan.
Istri pendidik Prof. Dr. H.A.R Tilaar, ibu dari empat orang anak Bryan
Emil Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, Kilala Tilaar dan nenek dari
beberapa orang cucu, ini menyempatkan diri mengambil kuliah kecantikan dan
lulus dari Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS, saat
mengikuti suami tugas belajar. Dia telah membuat kecantikan dan keayuan
wanita Indonesia selalu terpelihara. Lulusan Jurusan Sejarah Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta tahun 1963, ini resmi
mendirikan badan usaha pada tahun 1971.
Peraih gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dalam bidang “Fashion and
Artistry” dari World University Tuscon, Arizona, AS tahun 1984, ini
memulai operasi bisnisnya dari titik nol. Bermula di garasi rumah ayahnya
Yakob Handana, terletak di Jalan Kusuma Atmaja No. 45 Menteng, Jakarta
Pusat. Martha, yang semasa kecilnya dikenal sebagai gadis tomboy dan
‘elek’ mendirikan sebuah salon kecantikan sederhana “Martha Salon”, persis
pada 3 Januari 1970, di sebuah ruangan berukuran 6 x 4 meter. Di sini ia
sekaligus membuat pula produk-produk kecantikan dari bahan alam.
Titik-picu 1987
Cerita lebih lanjut mengenai keberhasilan Martha Tilaar menjadi pengusaha
papan atas, yang tetap komit mencintai produk dalam negeri demi membangun
kemandirian bangsa khususnya di bidang jamu dan kosmetika, memulai
titik-picu yang sesungguhnya pada tahun 1987. Ketika itu secara cerdik dan
unik ia mempopulerkan “Senja di Sriwedari” sebagai trend tata rias baru,
sebuah ide yang diilhami oleh kekayaan alam dan budaya Indonesia.
Sejak itulah Martha Tilaar selalu mempersuntingkan nama tempat dan unsur
budaya suatu daerah, yang lalu dipadukan dengan trend busana daerah, ke
setiap produk Sariayu Martha Tilaar. Sariayu berhasil tampil sebagai
trendsetter tata rias wajah wanita Indonesia. Martha Tilaar memang sangat
menghargai produk dalam negeri, seperti busana misalnya. Buktinya, saban
hari ia selalu lekat dengan busana buatan dalam negeri. Ia kerap
menggunakan kebaya, batik, atau berbagai busana daerah Indonesia.
Pemerhati tata rias sangatlah paham benar akan apa yang disebut dengan
konsep Gaya Warna Disainer (1998) sebuah tata rias yang mengambil unsur
budaya Jawa Barat dan Kalimantan, Sumatera Bergaya (1989) dari Sumatera,
Puri Prameswari (1990) mengambil dari etnik Cirebon dan Bali, Senandung
Nyiur (1991) dari Pantai Indonesia, Riwayat Asmat (1992) dari Irian Jaya/Papua,
Rama-Rama Toraja (1993), serta konsep-konsep dari berbagai daerah lain
seperti Banda/Ambon, Jakarta, Aceh. Dan, puncaknya adalah trend warna
Pusako Minang dari Minangkabu.
Berdasarkan strategi pendekatan etnik Martha Tilaar berhasil menjalin
hubungan emosional dengan konsumen, bahkan berhasil menyelamatkan biduk
bisnisnya dari hantaman krisis ekonomi. Sebab dengan konsep baru itu
Martha Tilaar berhasil meraih penjualan besar bahkan bisnisnya pernah
bertumbuh hingga 400 persen.
Perjalanan bisnis Martha Tilaar tidak selamanya mulus. Ia pernah mengalami
jatuh-bangun atau pasang-surut usaha. Pernah, suatu ketika, bendera usaha
Martha Tilaar sudah sedang berkibar orang masih saja memandangnya sebelah
mata. Maklum, produk jamu kosmetika Sariayu Martha Tilaar sangat identik
sekali sebagai produk lokal. Orang tahunya demikian saja tanpa mau
mengenal bahwa produk Martha Tilaar sesungguhnya sudah mendunia,
berkualitas, dan bergengsi. Bahkan, Sariayu Martha Tilaar sudah menjadi
sebuah ikon produk lokal yang mendunia. Sebagai misal, Sariayu Martha
Tilaar memiliki produk kosmetika berkelas Biokos, Belia, Caring Colours,
Professional Artist Cosmetics (PAC), Aromatic, Jamu Garden dan lain-lain
yang sudah terkenal sampai ke mancanegara.
Produk-produk itu dipasarkan di kantor-kantor pemasaran Martha Tilaar di
luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, bahkan ke Los
Angeles, AS. Ditambah di Paris, Perancis ia memiliki sebuah laboratorium
penelitian parfum. Martha Tilaar juga memiliki puluhan spa di luar negeri
yang tetap menempelkan merek dagang Martha Tilaar. Seperti di Malaysia,
bertempat di Crown Princess Kuala Lumpur pembukaan spa Martha Tilaar
dihadiri oleh Permaisuri Agung Siti Aishah. Spa ini didirikan khusus untuk
memenuhi banyaknya permintaan terutama pelanggan dari salon di City
Square, Kuala Lumpur.
Kembali ke kisah bagaimana dahulu orang memandang Sariayu Martha Tilaar
masih sebelah mata. Walau bergemilang sukses dan bersohor nama di negeri
asing, Martha Tilaar justru pernah merasakan sebuah kepahitan di tanah
air. Itu, terjadi tatkala ia hendak menyewa dan membuka gerai jamu dan
kosmetika di beberapa mall dan plaza terkemuka di Jakarta, persis di pusat
perkantoran dan rumah tinggal kalangan berduit. Ia ditolak menyewa tempat.
”Dulu kalau saya mau sewa tempat diusir. Mereka hanya mau menjual produk
branded. Dibilang standar plazanya akan turun karena dianggap tidak ada
image,” kata Martha Tilaar, yang dalam hidup tak pernah mau menyerah
apalagi berputus asa.
Respon atas penolakan itu Martha Tilaar menyegerakan mendirikan Puri Ayu
Martha Tilaar, sejak Mei 1995, sebagai gerai jamu dan kosmetika Sariayu
sekaligus berfungsi sebagai pusat pelayanan konsumen. Gerai dan pusat
pelayanan konsumen ini berada dalam bendera usaha PT Martha Beauty Galery.
Gerai Puri Ayu Martha Tilaar pertamakali berdiri di Graha Irama, di
kawasan elit Kuningan, Jakarta Selatan, lalu berkembang pesat memasuki
kota-kota besar lain di Indonesia.
Investasi Riset
Martha Tilaar mempunyai komitmen tinggi membangun industri kosmetika. Ia
investasi besar di bidang riset dan pengembangan (R&D). Ia mau mengirim
staf ahli farmasinya belajar ke luar negeri, atau mengikuti berbagai
pameran di luar negeri. Ia memiliki dua orang staf ahli farmasi bergelar
doktor, sejumlah magister dan sarjana strata satu lainnya. Berdasar
komitmen kuat itu Martha ingin menunjukkan kepada bangsa-bangsa di dunia
bahwa Indonesia bisa unjuk diri dan tidaklah ketinggalan di bidang
kosmetika dan tata rias.
R&D memberi hasil lain. Martha Tilaar perlahan-lahan berhasil mengurangi
ketergantungan kandungan bahan baku impor, berganti dengan bahan baku
lokal di setiap produknya. Hasil lain lagi, ini yang lebih mencengangkan,
pada bulan Juli 2002 Sekjen PBB Kofi Annan mengundang Martha Tilaar hadir
dalam forum Global Compact, di New York, AS.
Di forum itu para pengusaha yang diundang diminta mempromosikan praktik
berbisnis yang baik dalam bidang hak asasi manusia, tenaga kerja, dan
lingkungan, yang telah dipraktikkan. Tujuannya agar setiap pengusaha
menempatkan masalah sumberdaya manusia, sumberdaya alam, lingkungan, dan
hak-hak asasi manusia sebagai prioritas penanganan dunia usaha.
Ketika berbicara pada pertemuan Komite Pengarah Nasional Global
Environment Facility (GEF)/Small Grant Program, di Jakarta, 5 Oktober
2004, Martha Tilaar kembali mengangkat ulang komitmennya yang tinggi
terhadap produk lokal dalam nada berbeda. Martha sangat menyayangkan
betapa produk-produk lokal yang selama ini diklaim sebagai warisan budaya,
seperti rendang masakan Padang, atau songket kain dari Pelembang, itu
ternyata sudah didaftar-patenkan oleh tetangga negeri serumpun Malaysia.
Ia pun khawatir akan jamu, yang dari zaman kapanpun kita merasa itu milik
kita, keburu dipatenkan pihak asing.
Keajaiban Tuhan
Martha agaknya menjadi salah seorang wanita Indonesia yang sangat diurapi
Tuhan. Ahli obstetri dan ginekologi dalam dan luar negeri pernah
memvonisnya mandul. Sudah 11 tahun menikah keinginan kuat untuk segera
mempunyai anak tak kunjung terwujud. Dokter-dokter mancanegara di
Skotlandia, Belanda, hingga Amerika Serikat rela ia kunjungi untuk berobat
medis. Semua memberi kesimpulan vonis mandul kepada Martha.
Untung Martha mempunyai seorang nenek ahli membuat jamu, yang meminta
diberi kesempatan mengobati kemandulan dengan jejamuan. Sang nenek, Ny.
Pranoto dengan telaten dan penuh kasih sayang memberi jamu penyubur
peranakan. Jamu itu diolah sederhana hanya direbus. Martha Tilaar yang
berusia 37 tahun namun belum mempunyai anak, saat itu diurut dua kali
seminggu dan diberi tapel. Tiba tepat pada usia 41 Martha Tilaar ketahuan
tak mengalami masa haid. Ia tak datang bulan atau menstruasi. Ia melapor
ke profesor dokter yang biasa memeriksanya, mengatakan sudah hamil sebab
berhenti menstruasi. Profesor malah mengatakan kalau Martha tengah
mengalami masa menopouse.
Hati Martha menjadi sedih dan menangis dalam perjalanan pulang ke rumah,
sambil membayangkan wajah suaminya, Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, seorang
akademisi dan tokoh pendidikan yang sangat senang terhadap anak. Pasrah
saja, “Sesampainya di rumah saya langsung katakan pada suami bahwa saya
sudah mandul, kalau mau kawin lagi silakan, tapi dengan hati hancur.
Tetapi, suami saya mengatakan, jangan khawatir saya sudah mempunyai isteri
kedua yaitu buku-buku,” kenang Martha, menjelaskan saat menjalani
masa-masa pergumulan hidupnya yang terpenting.
Walau sedih Martha tak putus harapan. Ia berinisiatif memeriksakan diri ke
laboratorium. Dan hasilnya positif hamil. Dokter tetap saja tak percaya.
Ia disuruh menunggu lagi selama 120 hari untuk memperoleh kepastian.
Maklum, saat itu belum ada pemeriksaan model ultrasonografi (USG).
“Setelah 120 hari menunggu, saya diperiksa ternyata ada denyut jantung
anak saya. Ini keajaiban Tuhan. Dia lahir cantik dan setelah kuliah dia
lulus summa cum laude,” kata Martha, yang melahirkan anak pertama di usia
42 tahun lama menunggu setelah 16 tahun menikah.
Pada usia ke-46 tahun Martha kembali berkesempatan melahirkan anak kedua,
hingga keluarga ini genap dikaruniai empat orang anak. Semuanya tumbuh
cerdas dan pintar. Anak pertamanya yang berhasil lulus dengan predikat
summa cum laude, di Amerika Serikat, itu membuat Martha menangis terharu
karena merasa dirinya sampai saat itu bukanlah apa-apa.
Perjalanan bisnis Martha Tilaar agaknya tak juga lepas dari keajaiban
pekerjaan tangan Tuhan. Walau pernah mengalami nyaris bangkrut, atau pecah
kongsi, biduk usahanya tetap terpelihara baik. Tahun 1970 ia mendirikan
salon kecil Martha Salon, di garasi rumah ayahnya sekaligus mencoba
membuat produk-produk kecantikan dari bahan alam. Tak lama, dua tahun
kemudian 1972 ia membuka salon kedua di Jalan Anggur No. 3 Cipete,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sambil memulai penggunaan merek dagang
baru Sariayu Martha Tilaar, merek yang jika diartikan “Sarinya Wong Ayu”.
Menginjak tahun 1977 Martha Tilaar menjajaki kerjasama dengan Theresia
Harsini Setiady, dari PT Kalbe Farma sekaligus pemiliknya. Mereka sepakat
membuat perusahaan kosmetika dan jamu, namanya PT Martina Berto, dan
meluncurkan Sariayu Martha Tilaar sebagai produk pertama. Pada 22 Desember
1981 PT Martina Berto membuka pabrik kosmetika pertama di Jalan Pulo Ayang,
Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur diresmikan oleh Ny Nelly Adam
Malik saat itu istri Wakil Presiden Adam Malik. Tahun 1983 Martha Tilaar
mendirikan PT Sari Ayu Indonesia, khusus sebagai distributor produk
kosmetika Sariayu Martha Tilaar. Tahun 1986 Martha Tilaar kembali membuka
pabrik kedua, kali ini di Jalan Pulokambing II/1, masih di areal sama
Kawasan Industri Pulogadung yang kali ini diresmikan oleh Ny. Karlinah
Umar Wirahadikusumah, istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.
Sepanjang tahun 1988-1995 PT Martina Berto berkesempatan mengakuisisi
sejumlah perusahaan, seperti PT Kurnia Harapan Raya, PT Cempaka Belkosindo
Indah, PT Cedefindo, PT Estrella Lab, dan PT Kreasi Boga. Kemudian, pada
tahun 1999 Martha Tilaar beserta anggota keluarga berkesempatan membeli
seluruh saham PT Kalbe Farma yang ada pada PT Martine Berto.
Sejak saat itulah Martha Tilaar dan keluarga menguasai sepenuhnya saham PT
Martina Berto. Bersamaan itu dilakukanlah konsolidasi perusahaan
digabungkan ke dalam Martha Tilaar Group. Anak perusahaan Martha Tilaar
Group terdiri PT Martina Berto dan PT Tiara Permata Sari (sebagai
pemanufaktur dan pemasar produk Sariayu Martha Tilaar, Biokos Martha
Tilaar, Belia Martha Tilaar, Berto Martha Tilaar, Aromatic Oil Of Java
Martha Tilaar, Dewi Sri Spa Martha Tilaar, Jamu Garden Martha Tilaar).
Kemudian, PT Cedefindo (pemanufaktur dan pemasar produk Rudy Hadisuwarno
Cosmetics, Madonna), PT Cempaka Belkosindo Indah (pemanufaktur dan pemasar
produk Mirabella dan Cempaka), PT Sari Ayu Indonesia (distributor semua
produk PT Martina Berto dan PT Tiara Permata Sari, produk Cempaka
Belkosindo Indah, kecuali produk Cempaka), PT Martha Beauty Gallery (perusahaan
jasa untuk Martha Tilaar Salon, Martha Tilaar Salon & Day Spa, Cipta
Busana Martha Tilaar, Art & Beauty Martha Tilaar, Puspita Martha Tilaar).
Anak Tomboy
Martha Tilaar yang memproduksi beragam jamu dan kosmetika untuk
mempercantik wanita Indonesia, ternyata, pada masa mudanya adalah seorang
wanita yang begitu tomboy dan bahkan ‘elek’.
Martha Tilaar sebagai bayi dilahirkan dalam keadaan fisik yang tidak
begitu sehat. Sedang berada dalam kandungan, sang ibunda seringkali
mengalami beragam masalah dengan kesehatannya. Seperti tidak mau melihat
sinar matahari, tidak mau bergerak, dan terutama tidak mau makan karena
perut terasa mual terus-menerus. Bayi Martha pun tumbuh tidak sehat sebab
sering terserang peyakit. Tak kurang tersedia 13 orang dokter yang
merawatnya.
Oleh Sang Ibu, sejak dini kepada Martha diajarkan cara hidup how to solve
the problem. Martha dibekali beragam keterampilan seperti berjualan
kecil-kecilan, disuruh menghitung uang, hingga memilih dan memastikan mana
telur segar dan mana yang busuk. Sang Ibunda tetap saja dihinggapi rasa
kekuatiran perkembangan Martha kecil akan lambat sebagai pengaruh kurang
sehat selama dalam kandungan. Nyatanya Martha tumbuh menjadi anak yang
sehat.
Martha Tilaar remaja adalah gadis yang tomboy. Tidak pernah bisa tinggal
diam. Tingkah laku dan cara berpakaiannya seperti anak lelaki kebanyakan.
Meski rumah eyangnya berpagar tinggi ia tetap saja bisa menyelinap keluar
untuk pergi bermain layang-layang, menikmati pemandangan desa, atau
menikmati sawah-sawah yang menghampar hijau. Ia bahkan tak ragu mencebur
ke dalam sungai yang mengalir untuk berenang.
Kenakalannya sebagai anak-anak salah satunya adalah suka mencuri uang
ibunya. Biasanya, uang itu digunakannya untuk jajan membeli makanan yang
enak. Ketika aksinya ketahuan ibunya menasehati, jika ingin punya uang
banyak untuk jajan Martha harus bekerja keras.
Nasehati itu dituruti benar. Bermodalkan uang jajan pemberian orangtua
Martha kecil membeli jajanan di toko, seperti kacang, lalu dibungkusnya
kecil-kecil untuk kemudian dijual kembali kepada teman-teman sekolah. Ia
memperoleh uang jajan lebih jadinya. Demikian pula terhadap tanaman Sogok
Telik dan Jali-jali Putih, yang tumbuh subur di tanah milik eyangnya, ia
rangkai menjadi satu paduan yang bagus. Perhiasan berupa kalung dan gelang
yang ia rangkai sendiri dari kedua jenis tanaman tadi, Martha jual kepada
teman-temannya di sekolah. Kedua tanaman tersebut sangat bernilai dalam
kehidupan masa kecil Martha.
Martha adalah anak yang paling 'elek' (bahasa Jawa = 'jelek'), paling
bandel, dan sangat tidak suka merawat diri jika dibandingkan saudara
lainnya. Hobi berenang membuat kulit Martha tidak sehat, rambut yang
panjang memerah semua, wajah pun tak karuan. Ibunya seringkali menegur
mengingatkan Martha agar lebih peduli merawat diri. Apalagi Martha, yang
kuliah mengambil Jurusan Sejarah IKIP Negeri Jakarta dan lulus tahun 1963,
sebagai seorang guru diingatkan akan sering bertemu dan tampil di hadapan
murid-murid. Dengan diantar Sang Ibu Martha Tilaar “dipaksa” mengikuti les
tata kecantikan ke Titi Purwosoenoe. Yang menjadi unik, sejak saat itulah
Martha mulai jatuh cinta terhadap kecantikan.
Martha Tilaar sesuai kodratnya sebagai perempuan dan istri dari Prof Dr.
H.A.R. Tilaar mau berdiam di negeri Paman Sam mengikuti sang suami yang
sedang menjalani tugas belajar. Kesempatan itu digunakannya untuk belajar
kecantikan di Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS. Begitu
lulus dari akademi kecantikan Martha segera membuka praktek salon
kecantikan di negeri Paman Sam itu. Ia membuat selebaran semacam brosur
sederhana, mempromosikan jasa layanan salonnya. Berbagai usaha promosi
dilakukan seperti masuk ke kampus-kampus, mendatangi rumah-rumah mantan
dosen untuk mendandani para istrinya. Begitu pula kepada
mahasiswa-mahasiswa Indonesia, atau ibu-ibu yang mengikuti suaminya tugas
di luar negeri. Martha juga menyempatkan diri melamar bekerja sebagai
salesgirl produk kosmetika Avon. Setiap sore ia keluar masuk asrama
mahasiswa dan mengetuk pintu untuk lalu berteriak lantang, “Avon Calling!”
Ketika kembali ke Indonesia Martha segera ingin membuka salon. Karena
belum mempunyai rumah sendiri “Martha Salon” miliknya yang pertama
menumpang di garasi rumah orangtuanya, di Jalan Kusuma Atmaja No. 47,
Menteng, Jakarta Pusat di sebuah ruangan berukuran 6x4 meter. Martha Salon
ia dirikan persis tanggal 3 Januari 1970. Martha Tilaar di tahun 1970-an
itu masih bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, sangat berbeda jauh dengan
kondisi kekinian.
Martha Tilaar sesudah di puncak kesuksesan karir dan usaha ingin berbuat
banyak kepada masyarakat. Ia tak tega merasakan ketika sedang berada di
Yogyakarta menyaksikan langsung seorang ibu berusia muda menyusui anaknya
kelihatan berwajah sudah seperti sangat tua. Beban persoalan hidup yang
menghimpit ibu muda itu untuk harus bekerja keras menafkahi keluarga,
telah menggerogoti kecantikan usia mudanya. Melihat itu Martha berpikir
harus segera melakukan sesuatu. Lalu lahirlah konsep community trade,
salah satu bentuk pengembangan masyarakat melalui industri kerajinan.
Komunitas ini telah berhasil mengumpulkan 142 perajin di Sentolo,
Yogyakarta bernama Prama Pratiwi Martha Gallery.
Martha melahirkan konsep community trade bersama rekannya Emmy Pratiwi,
karena itu namanya disebut Prama Pratiwi Martha Gallery yang menyediakan
segala fasilitas produksi industri kerajinan. Hasilnya sangat memuaskan.
Ketekunan para perajin dan tekad mau berkembang membuat mereka cepat
berhasil. Produk dari para perajin sebagian besar ditujukan untuk pasar
ekspor ke Perancis, Australia, dan Amerika.
Martha juga mendirikan Yayasan Martha Tilaar. Ia mendidik banyak wanita
dan ibu-ibu tentang kecantikan. Tujuannya agar mereka mengerti kecantikan
sehingga bisa merawat diri. Namun yang terutama agar mereka mempunyai
keterampilan tentang kecantikan, sesuatu yang pernah banyak menolong
wanita di saat krisis multidimensi melanda bangsa termasuk pemutusan
hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan wanita maupun laki-laki di banyak
perusahan lain. Bagi Martha Tilaar perempuan adalah pemersatu yang sangat
besar perannya bagi keutuhan bangsa. Karena itu ia tak ingin perempuan
terbelakang dalam soal pendidikan.
Bagi Martha di era modern seperti sekarang makna emansipasi bukan semata
dimaknai untuk memperoleh persamaan hak dengan kaum pria. Melainkan jauh
lebih besar dari itu berjuang demi memperoleh hak memilih dan menentukan
nasib sendiri. “Sebenarnya yang perlu dituntut kaum perempuan, bukan hanya
persamaan hak, tapi juga hak memilih dan menentukan nasib sendiri,” kata
Martha Tilaar. ►e-ti/haposan tampubolon
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|