A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
:: Beranda :: Berita :: Profesi :: Politisi :: Pejabat :: Pengusaha :: Pemuka :: Selebriti :: Aneka ::
  P O L I T I S I
 ► Politisi
 ► MPR-RI
 ► DPR-RI
 ► DPD
 ► DPRD
 ► Partai-Pemilu
 ► Ormas
 ► OKP
 ► LSM-Aktivis
 ► Asosiasi
 ► Majalah TI
 ► Nusantara
 ► Search
 ► Poling Tokoh
 ► Selamat HUT
 ► Pernikahan
 ► In Memoriam
 ► Redaksi
 ► Buku Tamu
 

 
  C © updated 08042005  
   
  ► e-ti/mi  
  Nama:
GKR Hemas
Lahir:
Jakarta, 31 Oktober 1952
Agama:
Islam
Jabatan:
Anggota DPD dari DI Yogyakarta 2004-2009
Suami:
Sri Sultan Hamengku Buwono X 
Anak:
- Lima orang

Pendidikan:
- SMA Gadjah Mada (1968-1971)

Pengalaman Kerja:
- Anggota MPR RI utusan Golongan (1997-1999)
- Pimpinan Redaksi Majalah Kartini 1998

Alamat Rumah:
Jl: Kraton Kilen, Kraton Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
 
 
     
 
GKR HEMAS HOME

 

GKR Hemas

Anggota DPD dari Yogyakarta


Isteri Sri Sultan Hamengku Buwono X ini terpilih menjadi Anggota DPD Periode 2004-2009 dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alumni SMA Gadjah Mada (1968-1971) ini lahir di Jakarta, 31 Oktober 1952. Ibu dari lima orang puteri ini hidup bahagia di kediamannya Jl Kraton Kilen, Kraton Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

 

Ekspor Komoditas DIY Turun Hingga 17 Persen
Tanggal: 2006-10-07 07:18:21

Yogyakarta – Secara nasional nilai ekspor mengalami kenaikkan yang cukup siginifikan, namun yang terjadi di DIY justru sebaliknya. Ekspor komoditas dari DIY pada semester pertama tahun 2006 menurun hingga 17 persen, dengan nilai ekspor 70,9 juta US dollar, yang semula pada semester pertama tahun sebelumnya mencapai nilai 78,6 juta US dollar.

Penurunan nilai ekspor tersebut masih diperparah dengan adanya bencana gempa 27 Mei lalu. Sehingga target kenaikan nilai ekspor yang dipatok pemerintah daerah sebesar 6 persen akan sangat sulit dicapai.

“Statistik seperti inilah yang terjadi dalam struktur usaha di DIY tidak terkecuali untuk industri kerajinan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita bersama untuk membenahinya,” kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Propinsi DIY GKR. Hemas selaku keynot spech pada Workshop Penguatan Struktur Kerajinan Paska Gempa Percepatan Recovery Usaha Kerajinan di DIY, Jum’at (6/10) siang, di Gedung Jogja Expo Centre (JEC), Jalan Raya Janti Yogyakarta..

Workshop diselenggarakan atas kerja sama Dekranasda dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (DisPerindagkop) Propinsi DIY. Diikuti sekitar 100 orang peserta terdiri dari unsur UKM, Dekranasda Kabupaten Kota, serta instansi terkait.

Menurut GKR. Hemas, sebagai dampak dari melambungnya harga minyak dunia, komoditas ekspor Indonesia telah mengalami pergeseran dari industri manufaktur menjadi komoditas hasil pertanian dan tambang. Hal itu seharusnya, kata dia, mampu menjadi pemacu untuk semakin serius dalam mengembangkan industri manufaktur termasuk industri kerajinan. Industri kerajinan harus lebih ditingkatkan dan dikembangkan dengan memanfaatkan peluang dan potensi dunia usaha yang dimiliki.

Dari pembatasan ekspor produk Cina dan Vietnam ke Eropa dan AS yang dikenai program anti dumping, GKR. Hemas mencontohkan, faktor kondisi tersebut harusnya bisa dimanfaatkan oleh dunia usaha di Indonesia untuk meng-ekspor lebih banyak ke Eropa dan AS. Namun faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah membaiknya nilai mata uang rupiah terhadap dollar dan mata uang yang lain.

“Kondisi seperti ini merupakan keuntungan yang signifikan untuk dijadikan peluang ekspor kita. Selain itu kita juga harus mulai melihat peluang pasar yang lain diantaranya adalah di Afrika, dan peluang tersebut perlu dijajaki dan ditindak lanjuti secara konkrit. Jadi kalau tadi kita sudah sepakat untuk membuat rumusan program tentunya ini bisa membantu para pengrajin untuk lebih mengaktifkan ekspornya,” tandas GKR. Hemas.

Pada bagian lain, GKR. Hemas mengakui bahwa setiap penyelenggaraan pameran tidak dirancang adanya suatu pameran yang terkoordinasi. Hal itu dibuktikan dengan adanya asosiasi atau organisasi yang menyelenggarakan pameran sendiri-sendiri untuk saling bersaing. Akibatnya para pengrajin menjadi korban. Yang diperoleh hanya capai mengikuti pameran, namun hasilnya tidak maksimal.

Diakui pula, pihak Dekranasda kadang juga sakit hati, pasalnya pameran yang diselenggarakan Disperindagkop sering tidak memberi tahu Dekranasda. “Saya agak protes dengan Bapak Gubernur dan Pak Beni (panggilan Kepala Disperindagkop Sahbenol Hasibuan), mungkin tidak dirancang setiap tahun ada pameran yang terjoordinasi. Jangan setiap ada duwit Dinas menyelenggarakan pameran sendiri. Kadang-kadang saya juga sakit hati sebagai Dekranas tidak dikasih tahu, bukan bermaksud mencela orang, tetapi ini adalah kesempatan saya untuk kita semakin terbuka kepada para pengrajin, apa sebetulnya yang dikehendaki pengrajian, bukan apa yang dikehendaki Disperindagkop terhadap para pengrajin,” ucap GKR. Hemas sedikit menyindir.

GKR. Hemas mengharapkan, melalui workshop akan disaringkan kiat-kiat dan usaha yang bisa memperbaiki dan menguatkan struktur industri di DIY agar mampu bangkit kembali. Selain itu melalui workshop diharapkan pula, rumusan program yang dihasilkan tidak hanya dirumuskan sendiri oleh asosiasi, namun para pengrajin juga harus dilibatkan. Hal itu sangat penting sekali artinya, karena apa yang ada dibenak para pemegang asosiasi belum tentu sama dengan para pengrajin.

Sementara Kepala Disperindagkop Propinsi DIY Ir. Sahbenol Hasibuan menaruh harapan yang besar bahwa di dalam workshop akan dapat ditemukan sebuah rumusan langkah-langkah dan program yang dapat dilakukan untuk membangkitkan kembali kegiatan dan semangat para pengrajin setelah mengalami musibah gempa bumi.

Disebutkan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi DIY telah menyetujui anggaran sebesar Rp. 7 milyar untuk pemulihan dan menjalankan kembali kegiatan-kegiatan bidang ekonomi di daerah gempa. Anggaran sebesar itu ujarnya, akan segera direalisir pada tahun anggaran 2007 terutama untuk sentra gerabah di Kasongan dan Pundong, sentra kulit, sentra kayu, sentra perak dan modal usaha serta perbaikan sarana dan prasarana Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk pengrajin maupun dibidang jasa.

“Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kondisi pengrajin yang sebelum gempa dimana setelah gempa akan mendapat perbaikan-perbaikan tidak hanya sama dengan sebelum gempa. Ini semua kalau tidak didukung oleh semua para pengrajin maka program ini akan sia-sia. Artinya apa, kalau fasilitas ini nantinya bisa dimanfaatkan bersama maka kita mengharapkan dua Q itu bisa kita capai, yaitu Quality dan Quantity, serta kontinyuitas terhadap sebuah produk,” ujarnya.

Departemen Perdagangan jelas Sahbenol, telah mencanangkan power design, yaitu desain menjadi kunci daya saing. Kemudian tahun 2009 tambahnya, dicanangkan pula akan ada 200 merek global dari produk-produk Indonesia.

Diharapkan Yogyakarta nantinya paling tidak mampu menyumbang lima merek yang sudah bisa dikenal orang. Sehingga Indonesia tidak lagi dikenal hanya karena tenaga kerjanya. (Sub.Bid.Pemberitaan BID)
 

Yogya Surga Belanja
Yogya, Bernas: Harga barang-barang yang dijual di berbagai toko di Yogya dikenal murah dan cukup miring. Hal ini menyebabkan masyarakat, dari Yogya maupun luar kota, banyak yang berbelanja di Yogya. Yogya dikenal sebagai surga belanja.


Hal itu diungkapkan GKR Hemas saat membuka Toko Tekstil di Jalan Urip Sumohardjo 20 Yogyakarta, Sabtu (23/9). Pembukaan Toko Tekstil ini dimeriahkan fashion show dan lelang pakaian. Dari hasil lelang itu terkumpul dana Rp 6 juta yang akan digunakan untuk kegiatan sosial.

Menurut GKR Hemas, daya beli masyarakat di Yogya saat ini mulai meningkat. Krisis yang terjadi selama 3 tahun terakhir sudah menampakkan adanya perbaikan. Meningkatnya daya beli masyarakat ini terlihat serbuan masyarakat di toko-toko untuk membeli berbagai keperluan mereka. ►e-ti


*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)