|
C © updated 28012004 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
►e-ti/rpr |
|
|
Nama :
Edhi Sunarso
Lahir :
Salatiga,2 Juli 1932
Istri :
Kustiah
Orang Tua :
Somo Sardjono
Anak :
Rosa Arus Sagara
Titiana Irawani
Satya Sunarso
Sari Prasetyo Angkasa
Agama :
Islam
Pendidikan :
= Lulus ASRI di Yogyakarta (1955)
= Kelabhawan Visva Bharati University Shantin Ketan India (1957).
Profesi :
Dosen Pasca Sarjana (S-2) Institut Seni Indonesia, Yogyakarta
Pematung
Jasa :
Berjasa dalam pembangunan beberapa bangunan monumental.
Karya-Karya
1. Monumen Tugu Muda di Semarang
2. Monumen Pembebasan Irian Barat di Jakarta
3. Monumen Selamat Datang di Jakarta
4. Monumen Dirgantara di Jakarta
5. Monumen Pahlawan Nasional Kolonel Slamet Riyadi di Ambon
6. Monumen Jenderal Ahmad Yani di Bandung
7. Monumen Jenderal Gatot Subroto di Surakarta
8. Monumen Pahlawan Samudera Yos Sudarso di Surabaya
9. Monumen Pahlawan Samudera di Jakarta
10. Monumen Panglima Besar Sudirman Cilangkap (Mabes TNI) di Jakarta
11. Monumen Panglima Besar Sudirman di Moseum PETA di Bogor.
12. Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya di Jakarta
13. Monumen Yos Sudarso di Biak, Irian Barat
14. Monumen Pahlawan Tak Di Kenal di Digul Papua
15. Monumen Sultan Thaha Syaifudin di Jambi.
16. Diorama Sejarah Monumen Nasional di Jakarta
17. Diorama Sejarah Moseum Lubang Buaya di Jakarta
18. Diorama Sejarah Moseum Pancasila Sakti Lubang Buaya di Jakarta
19. Diorama Sejarah Moseum ABRI Satria Mandala di Jakarta
20. Diorama Sejarah Moseum Purba Wisesa di Jakarta
21. Diorama Sejarah Moseum Jogya Kembali di Yogyakarta
22. Diorama Sejarah Moseum Keprajuritan Nasional (TMII) di Jakarta
23. Diorama Sejarah Moseum Perhubungan (TMII) di Jakarta
24. Diorama Sejarah Moseum Tugu Pahlawan 10 November Surabaya di Surabaya
25. Diorama Sejarah Moseum Beteng Vredeburgh di Yogyakarta
Pekerjaan
1. Tahun 1958-1959: Staf pengajar pada Akademi Kesenian Surakarta
di Surakarta.
2. Tahun 1959-1967: Mengajar pada Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI)
ASRI Yogyakarta sebagai Ketua Jurusan Seni Patung.
3. Tahun 1967-1981: Sebagai Tenaga Pengajar pada Institut Kejuruan Ilmu
Pendidikan Negeri (IKIP) Yogyakarta.
4. Tahun 1968-1984: Sebagai pengajar, merangkap asisten Ketua Bidang
Akademik STSRI/ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta.
5. Tahun 1985-1990: Mengajar pada Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta
dan sebagai Sekretaris Senat Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Kegiatan Lain:
= Tahun 1946-1949: Belajar dan berlatih sendiri di kamp T.R.I.
L.O.G. Bandung selama menjadi tawanan perang Tentara Kerajaan Belanda (KNIL).
= Tahun 1950 : Korps Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia eks.
Pejuang Pasukan Samber Nyawa Divisi I, Bataliyon III, Resimen V Siliwangi.
= Tahun 1956 : Pameran Tunggal di Santiniketan India.
= Tahun 1957 : Pameran Tunggal di Santiniketan India.
= Tahun 1957 : Pameran Nasional All India di India
= Tahun 1959 : Pameran Bersama Istri di Yogyakarta
= Tahun 1987 : Pameran Berempat di Jakarta bersama But Mohtar, G. Sidharta
Rita Widagdo
= Tahun 1988 : Pameran Berempat di Yogyakarta bersama But Mohtar G.
Sidharta, Rita Widagdo.
Tanda kehormatan:
Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma
(Keppres No.052/KT/Tahun 2003, Tanggal 12 Agustus 2003)
Tanda Penghargaan
= Lomba Seni Patung Internasional di Inggris The Unknown Political
Prisoner (1953);
= Medali Emas dari Pemerintah India untuk Karya Seni Patung Terbaik
(1956-1957);
= Piagam Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1984);
= Piagam Seni dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk Karya
Monumental (1996).
Alamat :
JI. Kaliurang KM. 5,5 No. 72 Yogyakarta.
Penulis-Sumber:
Marjuka, sumber Kantor Menneg. Kebudayaan dan Pariwisata
|
|
|
|
|
|
|
Edhi Sunarso
Pematung Monumen dan Diorama Sejarah
Edhi Sunarso, pematung beberapa monumen dan diorama sejarah yang tersebar
di beberapa kota Indonesia. Di antaranya patung Monumen Selamat Datang di
Bundaran Hotel Indonesia dan Diorama Sejarah Monumen Nasional di Jakarta.
Karena karya-karyanya yang luar biasa, maka negara telah menganggapnya
berjasa besar terhadap bangsa dan negara dalam meningkatkan, memajukan,
dan membina kebudayaan nasional, sehingga pada 12 Agustus 2003 dianugrahi
Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma.
“Selamat datang
di Jakarta”, begitulah Tugu Selamat Datang menyambut kita setiap melintas
dari bundaran HI dimana tugu tersebut berdiri. Begitu juga setiap kita
melintas di prapatan Pancoran, kita sering dengan refleks menoleh ke atas,
seakan-akan dalam hati bertanya, “masihkah Monumen Dirgantara ada diatas
sana?” Begitulah respon kita dan mungkin respon semua orang dalam
mengagumi hasil karya manusia yang selalu mengundang decak kagum tersebut.
Namun mungkin hanya sedikit diantara kita yang mengetahui siapa orang yang
sangat ahli membuat patung-patung tersebut.
Seni memang suatu hal yang berlaku dan bernilai universal. Tidak ada
seorangpun yang tidak menyukai seni. Dan sebaliknya, tidak banyak orang
yang mempunyai keahlian dan bakat seni. Dan hanya beberapa orang pula
diantara orang-orang yang mempunyai bakat dan keahlian itu yang berhasil
mencatatkan sejarah secara monumental karena jasanya yang cukup besar
dalam meningkatkan dan membina kebudayaan nasional.
Anak dari Somo Sarjdono, ini telah menghasilkan karya-karya yang akan
menjadi simbol peringatan bersejarah di negeri ini, yaitu Monumen
Pembebasan Irian Barat di Jakarta, Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya di
Jakarta, Monumen Selamat Datang di Jakarta, Monumen Dirgantara di Jakarta,
Monumen Tugu Muda di Semarang, Monumen Jenderal Ahmad Yani di Bandung,
Monumen Jenderal Gatot Subroto di Surakarta, Monumen Pahlawan Samudera Yos
Sudarso di Surabaya, Monumen Panglima Besar Sudirman di Cilangkap (Mabes
TNI), Jakarta, Monumen Panglima Besar Sudirman di Moseum PETA di Bogor,
Monumen Yos Sudarso di Biak, Irian barat, Monumen Pahlawan Tak Di Kenal di
Digul Papua, Monumen Sultan Thaha Syafudin di Jambi. Disamping
Monumen-monumen tersebut, dia juga berkarya dalam bentuk diorama yaitu,
Diorama Sejarah Monumen Nasional di Jakarta, Diorama Sejarah Museum Lubang
Buaya di Jakarta, Diorama Sejarah Museum Pancasila Sakti Lubang Buaya di
Jakarta, Diorama Sejarah Museum ABRI Satria Mandala di Jakarta, Diorama
Sejarah Museum Purbawisesa di Jakarta, Diorama Sejarah Museum Jogya
Kembali di Yogyakarta, Diorama Sejarah Museum Keprajuritan Nasional, (TMII)
di Jakarta, Diorama Sejarah Museum Perhubungan (TMII) di Jakarta, Diorama
Sejarah Museum Tugu Pahlawan 10 November Surabaya di Surabaya, Diorama
Sejara Museum Beteng Vredeburgh di Yogyakarta.
Sang Pematung kelahiran Salatiga, 2 Juli 1932 ini mempunyai keahlian yang
mumpuni, tidaklah diperolehnya begitu saja tanpa disengaja. Namun,
disamping sudah merupakan bakatnya sejak kecil, dia juga selalu belajar
dan berlatih sendiri, termasuk ketika di kamp TRI. LOG. Bandung selama
menjadi tawanan perang Tentara Kerajaan Belanda (KNIL) pada tahun 1946
sampai 1949. Disamping itu, dia juga merupakan lulusan ASRI, Yogyakarta
tahun 1955 dan lulusan Kelabhawa Visva Bharati University Shantin Ketan
India pada tahun 1957.
Disamping sebagai pematung, ayah dari 4 orang anak yaitu: Rosa Arus Sagara,
Titiana, Irawani, Satya Sunarso, dan Sari Prasetyo Angkasa, buah
perkawinannya dengan Kustiah ini juga aktif sebagai Dosen Pasca Sarjana
(S2) Insitut Seni Indonesia, Yogyakarta.
Di dunia pendidikan, sejak tahun 1958-1959 dia sudah aktif sebagai staf
pengajar pada Akademi Kesenian Surakarta di Surakarta, kemudian pada tahun
1959-1967 mengajar pada Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI) ASRI
Yogyakarta sebagai Ketua Jurusan Seni Patung. Pada tahun 1967-1981 sebagai
tenaga pengajar pada Institut Kejuruan Ilmu Pendidikan Negeri (IKIP)
Yogyakarta, dan pada tahun 1968-1984 sebagai pengajar merangkap asisten
Ketua Bidang Akademik STSRI/ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta, dan
sebagai pengajar pada Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan sebagai
Sekretaris Senat Instiut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Pria anggota Korps Veteran Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai
mantan Pejuang Pasukan Samber Nyawa Divisi I, Bataliyon III, Resimen V
Siliwangi ini beberapa kali mengadakan pameran baik di dalam maupun di
luar negeri. Pada tahun 1956, dia sudah mengadakan Pameran Tunggal di
Santiniketan, India. Pada tahun 1957 dia juga mengadakan Pameran Tunggal
di tempat yang sama dan mengikuti Pameran Nasional ALL India di India.
Sedangkan pada tahun 1959, dia mengadakan Pameran Bersama Istri di
Yogyakarta. Selanjutnya pada tahun 1987, bersama But Mohtar, G.Sidharta,
Rita Widagdo, mereka mengadakan Pameran Berempat.
Disamping tanda kehormatan bintang Budaya Parama Dharma yang baru saja
diterima, dia juga telah memiliki beberapa Tanda Penghargaan antar lain,
Lomba seni Patung Internasional di Inggris The Unknoun Political Prosoner
pada tahun 1953, Medali Emas dari Pemerintah India untuk Karya Seni Patung
Terbaik pada tahun 1956-1957, Piagam Seni dari Pemerintah Republik
Indonesia pada tahun 1984, dan Piagam Seni dari Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta untuk Karya Monumental pada tahun 1996.
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) |
|