|
C © updated 26022004 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti |
|
|
Nama:
Prof. DR. Kanjeng Raden Hario Tumenggung (KRHT) Tarnama Sinambela
Kusumonagoro
Lahir:
Porsea, 15 Juli 1943
Agama:
Kristen Protestan
Istri:
Damaris br. Tampubolon
Anak:
1. Budi Parlindungan Sinambela, BBA, lahir 8 April 1964, menikah
dengan Dewi Christina br. Sitorus, SE pada tahun 2000.
2. Santo Mulya Parulian Sinambela, lahir 18 Oktober 1965, menikah dengan
Yuni Etty br. Purba pada tahun 1993.
Pendidikan Formal:
1. Tahun 1950 : SR/SD di Tapanuli hingga tamat
2. Tahun 1956 : SMP di Tapanuli, hingga tamat
3. Tahun 1959 : SMA di Medan, hingga tamat
4. Tahun 1979 : Lulus Sarjana Lengkap dari Fakultas Ilmu Administrasi,
Jurusan
Ketatanegaraan, Universitas Tujuh Belas Aggustus 1945 (Untag),
Jakarta.
Pendidikan Khusus:
1. Tahun 1963 : Kursus Beton Bertulang
2. Tahun 1981 : Lokakarya Teknologi Manajemen Industri di ITB, Bandung
3. Tahun 1982 : Studi Tur Konstruksi Baja, di Korea Selatan
4. Tahun 1982 : Studi Tur Konstruksi Jalan Kendaraan, di Belanda
5. Tahun 1984 : Mengikuti seminar Asphalt Concrette Construction, di
Jakarta
Jabatan:
1. Presiden Direktur PT Sumber Batu Group
2. Ketua Yayasan Pendidikan Budi Murni
3. Rektor Universitas Mpu Tantular
4. Komisaris PT Budi Mulya Jaya
5. Komisaris PT Bawon Mulia
6. Komisaris PT Sinamco Unggul Jaya
7. Komisaris Utama PT Marco Panorama Indah
8. Komisaris Utama PTLestari Rona Permata
9. Komisaris Utama PT Aslanta Megah
10. Komisaris I PT Batu Griya Propertindo
11. Komisaris III PT Graha Kharisma Kreasi
12. Komisaris PT BPR Sumber Pangasean
13. Komisaris PT BPR Sumber Sibapudung
14. Komisaris PT BPR Sumber Hiobaja
15. Komisaris PT BPR Sumber Lumban Mual
16. Komisaris PT BPR Sumber Tiopan Raya
Pengalaman Organisasi:
1. Tahun 1975 : Bendahara BPD Gapensi DKI Jakarta
2. Tahun 1979 : Ketua I Perhimpunan Instalateur Air Minum Jakarta
3. Tahun 1983 : Anggota Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI)
4. Tahun 1983 : Anggota Dewan Penyantun Badan Bantuan dan Perlindungan
Hukum Kadin Jaya
5. Tahun 1984 : Ketua Umum Asosiasi Asphalt Beton DKI Jakarta
6. Tahun 1984 : Anggota Dewan Penyantun Universitas Bukit Barisan, Medan,
Sumatera Utara
7. Tahun 1984 : Bendahara Umum BPP Gapensi
8. Tahun 1985 : Anggota Dewan Pembina Pusat APBP
9. Tahun 1985 : Ketua Departemen Evaluasi dan Analisa Kadin Jaya
10. Tahun 1985 : Ketua Umum BPD Gapensi DKI Jakarta
11. Tahun 1985 : Anggota Dewan Pertahanan Keamanan Bidang Dunia Usaha
dalam Pembangunan Nasional
12. Tahun 1986 : Anggota Dewan Penasehat BPP Gapensi
13. Tahun 1986 : Ketua Bidang Aplikasi Sistem dan Teknologi Departemen
Lingkungan Hidup Kadin Indonesia
14. Tahun 1986 : Wakil Ketua Umum III BPP Gapensi
15. Tahun 1989 : Wakil Ketua Umum III BPP Gapensi
16. Tahun 1992 : Dewan Kehormatan pada Munas Gapensi di Yogyakarta
17. Tahun 1992 : Diangkat sebagai Tim Ahli di Dewan Pertahanan Keamanan
Nasional
18. Tahun 1996 : Menerima Penghargaan Emas dari BPP Gapensi di Surabaya
Kegiatan di Bidang Usaha:
1. Tahun 1969 : Mendirikan Usaha Leveransir bahan bagunan di
Jakarta
2. Tahun 1970 : Mendirikan Usaha Jasa Konstruksi CV Budi Mulya, di Jakarta
3. Tahun 1972 : Mendirikan Usaha Jasa Konstruksi CV Sumber Batu, di
Jakarta
4. Tahun 1974 : Mengubah status CV Sumber Batu menjadi PT Sumber Batu
5. Tahun 1975 : Meningkatkan klasifikasi PT Sumber Batu, Kelas C untuk
Pekerjaan Gedung, Kelas B untuk Pekerjaan Bangunan Air, dan Kelas D untuk
Pekerjaan Jembatan
6. Tahun 1978 : Mendirikan Unit Asphalt Mixing Plant (AMP, Pabrik
Pengolahan
Aspal Beton) di Jalan Raya Bekasi, Jakarta Timur
7. Tahun 1980 : Mendirikan 1 (satu) Unit AMP dan Unit Pengujian Asap
Kendaraan Bermotor yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo
8. Tahun 1981 : Mendirikan 1 (satu) Unit AMP di Cikande, Jawa Barat dalam
rangka menunjang pelaksanaan Proyek Jalan Jakarta-Tangerang-
Merak yang dikerjakan oleh PT Sumber Batu
9. Tahun 1981 : Melaporkan Pelaksanaan Uji Asap Kendaraan Bermotor dan
Penanggulangan Pencemaran Udara kepada Wakil Presiden RI Adam Malik
10. Tahun 1981 : Mengadakan kerjasama dengan Lembaga Ekologi Universitas
Pajajaran Bandung dalam rangka Penanggulangan Pencemaran
Udara di Indonesia
11. Tahun 1983 : Mengadakan kerjasama dengan Yayasan Manghayu Warga di
bawah naungan DLLAJR dalam rangka Pelaksanaan Uji Asap
Kendaraan Bermotor
12. Tahun 1984 : Mendirikan Unit Concrette Batching Plant PT Sumber Batu
13. Tahun 1985 : Mendirikan 1 (satu) Unit AMP do Kotanopan, Sumatera Utara
untuk menunjang Pelaksanaan Pelebaran Jalan Jembatan Merah-Ranjau Batu
14. Tahun 1985 : Mendirikan 1 (satu) Unit AMP di Cirebon untuk menunjang
Pelaksanaan Proyek Pelebaran Jalan Dawuhan Kalijaga, Cirebon
15. Tahun 1985 : Mendirikan Percetakan Sumber Batu Pusat
16. Tahun 1985 : Konveksi PTK Pulogadung
17. Tahun 1992 : Mendirikan PT BPR Sumber Pangasean di Cikampek, Jawa
Barat
18. Tahun 1993 : Mendirikan PT BPR Sumber Hiobaja du Baki Solo, Jawa
Tengah
19. Tahun 1993 : Mendirikan PT BPR Sumber Sibapudung di Cirebon, Jawa
Barat
20. Tahun 1993 : Mendirikan PT BPR Sumber Tiopan Raya di Tanjung Morawa,
Medan, Sumatera Utara
21. Tahun 1993 : Mendirikan PT BPR Sumber Lumban Mual di Citereup, Jawa
Barat
22. Tahun 1998 : Mendirikan Peternakan di Lampung
Kegiatan di Bidang Pendidikan:
1. Tahun 1976 : Mendirikan Yayasan Pendidikan Budi Murni yang
mengelola
pendidikan TK, SD, SMA, SMEA, dan STM
2. Tahun 1983 : Mendirikan Lembaga Penunjang dan Peningkatan Pendidikan
dan
Mengadakan Kerjasama dengan Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia, Jakarta
3. Tahun 1984 : Mendirikan Universitas Mpu Tantular (UMT)
4. Tahun 1984 : Mengadakan kerjasama dengan Jhon Dewey University, Amerika
Serikat
5. Tahun 1999 : Mendirikan Lembaga Pendidikan Komputer
6. Tahun 2000 : Mendirikan Lembaga Akademi Maritim
7. Tahun 2000 : Mendirikan Lembaga Bahasa Inggris
Kegiatan Khusus:
1. Tahun 1982 : Diusulkan sebagai Calon Gubernur Kepada Daerah Tk.
I
Sumatera Utara
2. Tahun 1984 : Diangkat sebagai Staf Deputi Pembangunan Wanhankamnas
3. Tahun 1992 : Diusulkan sebagai Calon Gubernur Kepala Daerah Tk. I
Sumatera Utara
4. Tahun 1996 : Peluncuran Buku Profil Prof. DR. KRHT Tarnama Sinambela
Kusumonagoro, yang berjudul “Pantang Menyerah”
Penghargaan-penghargaan yang Pernah Diterima:
Bidang Pendidikan:
1. Tahun 1980 : Memperoleh Gelar Doktor Honoris Causa dari Jhon
Dewey University Consortium, Amerika Serikat
2. Tahun 1983 : Memperoleh Medali Kehormatan dari The International
Association of University President (IAUP) South East Coincil, oleh Prof.
Nibondh Sasidhorn
3. Tahun 1984 : Memperoleh Medali Penghargaan dari IUP atas Partisipasi
Aktifnya dalam Bidang Pendidikan
4. Tahun 1993 : Memperoleh Gelar Profesor dari Jhon Dewey University
Consortium, Amerika Serikat
5. Tahun 1994 : Dinobatkan sebagai Tokoh Pendidikan dalam Acara “Men of
The
Year 1993-1994”, karena dinilai Turut Mengembangkan
Pendidikan di Indonesia
Bidang Seni Budaya:
1. Tahun 1985 : Memperoleh Gelar Kehormatan Kanjeng Raden
Tumenggung
(KRT) dari Keraton Solo, Surakarta
2. Tahun 1987 : Dinobatkan sebagai Pria Berbusana Terbaik
3. Tahun 1987 : Memperoleh Penghargaan dari Lembaga Sisingamangaraja XII
atas peransertanya Mensukseskan Pelaksanaan Peringatan 10 Windu Wafatnya
Pahlawan Sisingamangaraja XII
4. Tahun 1994 : Memperoleh Gelar Kehormatan Kanjeng Raden Hario Tumenggung
(KRHT) dari Keraton Solo, Surakarta
Bidang Usaha:
1. Tahun 1992 : Dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Wiraswasta
dalam Buku
Profil 10 Pengusaha Indonesia
2. Tahun 1994 : Dinobatkan sebagai Putra Penerus Pembangunan Bangsa oleh
Yayasan Pengembangan Mode Forum dan Budaya Indonesia
Bidang Keagamaan:
1. Tahun 1974 : Memperoleh Penghargaan atas Partisipasinya dalam
Pembangunan Gedung Gereja HKBP Jalan Jenderal Sudirman,
Jakarta.
2. Tahun 1976 : Memperoleh Penghargaan dari Gereja HKBP Pondok Bambu,
Jakarta
3. Tahun 1979 : Memperoleh Penghargaan dari Gereja HKBP Nainggolan
Tapanuli Utara
4. Tahun 1980 : Memperoleh Penghargaan atas Partisipasinya dalam
Pembangunan Gedung Gereja Pasar Klender, Jakarta
5. Tahun 1984 : Memperoleh Penghargaan atas Partisipasinya dalam
Pembangunan Gedung Gereja HKBP Pasar Klender, Jakarta
6. Tahun 1984 : Memperoleh Penghargaan atas Partisipasinya dalam
Pembangunan Gedung Gereja HKBP Sutoyo, Jakarta
7. Tahun 1985 : Memperoleh Penghargaan dari Gereja Kristen Oikumene
Sarijadi,
Bandung
8. Tahun 1985 : Memperoleh Penghargaan dari Gereja HKBP Depok Timur
9. Tahun 1987 : Memperoleh Penghargaan dari Persekutuan Oikumene Umat
Kristen (POUK) di Kembangan atas diijinkannya beribadah di
Sekolah Budi Murni, Kembangan, Jakarta
10. Tahun 1988 : Memperoleh Penghargaan dari Gereja HKBP Ciamis, Jawa
Barat
11. Tahun 1990 : Memperoleh Penghargaan dari GKPS persis pada Pesta Perak
25
Tahun GKPS Cikokol
12. Tahun 1990 : Anggota Tim Damai HKBP
13.Tahun 1991 : Diangkat sebagai Penasehat Dewan Ama HKBP Jalan Jenderal
Sudirman Jakarta
14. Tahun 1991 : Memperoleh Penghargaan atas Partisipasinya dalam
Pembangunan Gedung Gereja HKBP Setia Mekar, Bekasi
15. Tahun 1991 : Memperoleh Penghargaan dari HKBP Gereja HKBP Kayu Tinggi
Cakung, Jakarta
16. Tahun 1992 : Memperoleh Penghargaan dari Gereja HKBP Semper Tanjung
Priok, Jakarta
17. Tahun 1994 : Memperoleh Penghargaan atas Partisipasinya dalam
Pembangunan Gereja HKBP Hatopan Resort Medan Barat
18. Tahun 1994 : Memberikan tanah seluas 600 meter persegi untuk bangunan
Gereja GKPS
19. Tahun 1994 : Memberikan tanah seluas 300 meter persegi untuk bangunan
Gereja GBKP
20. Tahun 2000 : Memperoleh Penghargaan Peniti Emas dari HKBP Kebon Jeruk,
Jakarta
21. Tahun 2000 : Memperoleh Penghargaan Peniti Emas dari HKBP Tebet,
Jakarta
Bidang Pemerintahan:
1. Tahun 1980 : Memperoleh Penghargaan. atas Partisipasi dalam
Rangka Membantu Kegiatan Crash Program Kebersihan, Keindahan, dan
Lingkungan Sehat Tahap II dari Pemda DKI
2. Tahun 1980 : Memperoleh Penghargaan atas Sumbangan yang diberikan dalam
“Malam Balas Bhakti Bagi Tenaga Perawat dan Masyarakat Jakarta”.
3. Tahun 1982 : Memperoleh penghargaan dari Dewan Pembina Golkar atas
Sumbangan/Partisipasi memenangkan Golkar pada Pemilu 1992
4. Tahun 1984 : Memperoleh penghargaan dari Lemhanas atas Partisipasi
dalam
memberikan sumbangan buku-buku kepada Pustaklem
5. Tahun 1986 : Memperoleh Penghargaan dari DPP Golkar atas Partisipasi
dalam
mensukseskan Kegiatan Peringatan HUT Golkar XXII
6. Tahun 1987 : Memperoleh Penghargaan dari Golkar atas peranserta
membantu
Penggalangan dan Pemenangan Golkar dalam Pemilu 1987 di
lingkungan DPU DKI Jakarta.
7. Tahun 1988 : Memperoleh Piagam Penghargaan dari Gubernur sebagai
Penyandang Dana dalam Mensukseskan Peringatan Hari Anak Nasional 1988 di
tingkat Pusat dan DKI Jakarta
8. Tahun 1988 : Memperoleh penghargaan dari DPP Golkar atas
Keberhasilannya
Mengikuti Diklat Kader Fungsionil Pengusaha Golkar.
9. Tahun 1990 : Memperoleh Piagam Penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta
atas Peranserta sebagai Sponsor Pawai Pembangunan Tahun 1990 dan HUT Kota
Jakarta ke-463.
10. Tahun 1992 : Memperoleh Penghargaan dari Pemda Tk. I Sumatera Utara
atas
sumbangan yang diberikan untuk Pembangunan Perpustakaan SMA Negeri
Narumonda, Perbaikan Lapangan Bola, dan Jalan Umum di kawasan Porsea dalam
rangka Marsipature Hutana Be.
11. Tahun 1992 : Memperoleh Piagam Penghargaan atas Sumbangan Tenaga dan
Pikiran dalam Membantu Sekjen Wanhankamnas RI pada Rapat
Koordinasi Pengumpulan dan Pengolahan Materi untuk GBHN 1993 antara
Lembaga/Tokoh Masyarakat, Lembaga Pendidikan
Tinggi, dan Lembaga Pemerintahan Negara dengan Sekjen Wanhankamnas.
12. Tahun 1994 : Memperoleh Piagam Penghargaan atas Partisipasinya pada
Seminar Nasional “Peran Perguruan Tinggi Swasta dalam Meningkatkan
Kwalitas Sumberdaya Manusia Menyongsong PJPT II”.
Bidang Olahraga:
1. Tahun 1991 : Memperoleh Penghargaan sebagai Pembina Persatuan
Sepakbola Tapanuli Utara (Perstu) dan Persija Timur,
2. Tahun 1992 : Memperoleh Penghargaan dari Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga (Menpora) atas Partisipasi sebagai Sponsor/Pendukung
dalam rangka Mensukseskan Hari Sumpah Pemuda/Hari Pemuda ke-64.
|
|
|
|
|
|
|
Prof. DR. KRHT Tarnama Sinambela
Kusumonagoro
Anak Bangsa yang Pantang Menyerah
Dia potret anak bangsa yang terkenal gigih, ulet dan pantang menyerah
hingga meraih sukses. Pengusaha, pendiri dan pemilik PT Sumber Batu Group
ini, selain sukses sebagai pengusaha, juga sangat peduli pada pengembangan
budaya, pendidikan dan kerohanian. Tak heran bila putera berdarah Batak
ini memperoleh Gelar Kehormatan Kanjeng Raden Hario Tumenggung (KRHT) dari
Keraton Solo, Surakarta, serta sejumlah penghargaan lainnya.
Dia adalah pendiri sekaligus pimpinan tertinggi PT Sumber Batu Group,
sebuah kelompok usaha jasa konstruksi yang sejak awal pendirian tahun 1970
dikenal berkiprah banyak di lingkungan proyek-proyek pembangunan fisik,
terutama jalan dan jembatan. Dia juga mendirikan dan memimpin lembaga
pendidikan, mulai tingkat dasar sampai tingkat tinggi, di bawah bendera
Yayasan Budi Murni.
Seiring keberhasilannya berbisnis, dia pernah dua kali diusulkan sebagai
calon Gubernur Sumatera Utara, yaitu pada tahun 1982 dan 1992. Profil
tentang dirinya berjudul “Pantang Menyerah” diluncurkan pada tahun
1996. Sebuah buku yang mengukir perjalanan hidupnya yang pantang menyerah
hingga meraih sukses.
Dia menjadi pengusaha sukses melalui proses alamiah yaitu tumbuh dan
berkembang dari bawah. Berkapital secukupnya bertekad baja dan pantang
menyerah lalu bekerja keras dan jujur meraih keberhasilan. Kehadirannya
persis saat Jakarta sedang membutuhkan banyak pengusaha jasa konstruksi
untuk menata Ibukota Negara menjadi kota metropolitan baru yang ramah
terhadap penduduk dan lingkungan.
Dia adalah Tarnama Sinambela bungsu dari tujuh bersaudara yang lahir pada
tanggal 16 Juli 1943 di sebuah perkampungan yang tenang, Desa Pangasean,
Porsea, Sumatera Utara. Suami dari Damaris br. Tampubolon ini adalah ayah
dua orang anak dan kakek beberapa orang cucu yang memimpin PT Sumber Batu
Group, perusahaan jasa konstruksi terkenal rekanan Pemda DKI Jakarta.
Berbagai pekerjaan pembuatan maupun perbaikan jalan, jembatan, trotoar,
pengairan, saluran irigasi, bangunan gedung dan berbagai jasa sipil lain
bahkan hingga ke pengujian asap kendaraan bermotor pernah dia terima dari
Pemda DKI Jakarta sejak awal tahun 1970-an.
Setelah bertengger di puncak kesuksesan dia tak lupa menoleh ke bawah.
Yayasan Pendidikan Budi Murni pengelola Universitas Mpu Tantular (UMT) dan
sejumlah sekolah TK, SD, SMP, SMA, STM, dan SMEA Budi Murni dia dirikan
sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat luas yang membutuhkan
pendidikan maju. Dia ingin seluruh masyarakat mempunyai akses terbuka
terhadap pendidikan, tidak seperti dirinya dahulu kala.
Dia ingat ketika masih tinggal di Desa Pangasean, Porsea, Sumatera Utara
tiap hari harus berjalan kaki sejauh lima kilometer menuju sekolah SMP di
Narumonda. Ketika SMA dia harus tinggal di rumah kakak sulungnya di Medan
sebab pendidikan sejenis belum tersedia di Pangasean. Itu belum cukup.
Untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke universitas dia harus menunggu
selama sepuluh tahun. Dia baru berkesempatan duduk di bangku kuliah
setelah mempunyai istri, dua orang anak, dan memimpin CV Budi Mulya
sebagai direktur.
Dia ingin agar apa yang pernah menimpanya dahulu, seperti hidup sebagai
anak petani di desa terpencil dengan sumber pendapatan yang terbatas
ditambah akses pendidikan yang tidak tersedia jangan lagi menimpa generasi
angkatan baru masa mendatang.
Kesuksesan dia berjuang menaklukkan rimba Metropolitan Jakarta hingga ke
tanah Keraton Kasunanan Surakarta yang mengangkatnya sebagai saudara
sekandung dan karenanya berhak menyandang gelar kebangsawanan, adalah
bukti lain kesungguhan perantau Batak ini sebagai anak bangsa yang
menjunjung tinggi keberagaman di bumi Indonesia.
Melihat begitu intens dan besarnya kontribusi yang pernah dia berikan
terhadap kemajuan kehidupan sosial keagamaan, menjadikan cerita menarik
bahwa dahulu dia bekerja 16 jam sehari namun setiap hari Minggu tak boleh
terlewatkan tanpa berbakti kepada Tuhan di Gereja, adalah bukan isapan
jempol belaka.
Pengusaha yang kuat ini ditopang oleh seorang istri yang kuat pula di
belakang yakni Damaris br. Tampubolon. Mereka berdua biasa bertemu muka
selalu hanya pada saat bersentuhan dengan Tuhan di Gereja. Mereka menikah
tahun 1963 saat usia dia masih 20 tahun, atau hanya dua tahun setelah
menginjakkan kaki di Jakarta dengan status pekerja Hotel Indonesia sebagai
Food & Beverage Manager.
Istri yang kuat yang menopang keberhasilan suami tanpa kompromi tanpa
pamrih dan tanpa tedeng aling-aling itu setahun kemudian atau 8 April 1964
“menghadiahkan” dia seorang anak laki-laki diberi nama Budi Parlindungan
Sinambela. Hanya dalam usia dua tahun perkawainan tepatnya 18 Oktober 1965
kembali hadir anak lelaki kedua sekaligus yang terakhir, Santo Mulya
Parulian Sinambela.
Kombinasi nama kedua buah hati itulah yang melahirkan entitas bisnis
pertamanya CV Budi Mulya, berdiri tahun 1970, berkantor di Inter Hotel,
Jalan Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat. Kehadiran CV Budi Mulya, yang
belakangan berubah nama menjadi PT Budi Mulya Jaya dibawah kendali Budi
Parlindungan Sinambela, cikal bakalnya dimulai sejak tahun 1969 saat dia
memulai usaha kecil-kecilan leveransir bahan bangunan.
Dia waktu itu melayani kebutuhan berbagai bahan bangunan untuk keperluan
kegiatan pekerjaan perusahaan-perusahaan jasa konstruksi yang sedang
giat-giatnya membangun Kota Jakarta seperti perbaikan jalan, saluran,
jembatan, hingga ke perbaikan perkampungan di seluruh wilayah Jakarta.
Jakarta ketika itu dipimpin oleh Letnan Jenderal Marinir Ali Sadikin
Gubernur DKI Jakarta periode tahun 1966-1977. Ali Sadikin adalah gubernur
paling berhasil sepanjang sejarah Kota Jakarta yang sukses membangun
Jakarta baik secara fisik maupun mental masyarakat.
Untuk menyulap Kota Jakarta yang masih kumuh dan tak lebih seperti
perkampungan menjadi kota metropolitan baru yang disegani oleh dunia
internasional, Ali Sadikin ketika itu membuka kesempatan yang
seluas-luasnya kepada para pengusaha jasa konstruksi turut serta menjadi
pelaksana pembangunan sarana dan prasarana perkotaan. Seperti yang dia
amati, Jakarta ketika itu aktif melakukan pembangunan jalan raya, jembatan,
saluran irigasi, bangunan gedung, dan berbagai pekerjaan sipil lainnya.
Pebisnis leveransir bahan bangunan itu menjadi ingin mengikuti jejak
langkah para kenalannya dari perusahaan jasa konstruksi yang dia suplai.
Jabatan manajer di Hotel Indonesia dia lupakan untuk menjadi seorang
enterpreneur baru.
Usaha leveransir yang dia rintis telah membuka akses kepadanya untuk
berhubungan serta bergaul akrab dengan para petinggi perusahaan konstruksi.
Akses itu dirasakannya cukup sebagai modal untuk menetaskan sebuah entitas
perusahaan jasa konstruksi baru milik sendiri.
Itulah CV Budi Mulya, yang dalam usia satu tahun pertama telah dipercaya
memperoleh sekaligus menyelesaikan tiga kontrak pekerjaan pembangunan
gedung di Jakarta, tahun 1971.
Karena dia merantau ke Jakarta sesungguhnya adalah untuk meneruskan
pendidikan tinggi, dan rencana itu telah tertunda selama 10 tahun, maka,
di tahun 1971 ketika kesempatan tersedia dia langsung memasuki Universitas
Tujuhbelas Agustus 1945 (Untag). Saat itu usia dia sudah menginjak 28
tahun.
Dia tetap genjot laju perusahaan dari pagi hari pukul 07.30 hingga sore
14.30 WIB, lalu sejak pukul 16.00 hingga larut malam pukul 21.00 WIB dia
duduk di bangku kuliah Fakultas Ilmu Administrasi Niaga, Jurusan
Ketataniagaan Untag.
Dia tidak merasa letih bekerja sambil kuliah. Sebab sebelumnya dia telah
pula pernah bekerja di dua tempat sekaligus dalam satu hari untuk jangka
waktu lama. Yaitu di Hotel Indonesia sebagai manajer dan di proyek
pembangunan gedung Sarinah sebagai pelaksana, keduanya di Jalan MH Thamrin
Jakarta. Di tahun 1962 itu sebagai Food & Beverage Manager Hotel Indonesia
dia bekerja mulai pukul 07.30 hingga 15.00 WIB, lalu usai itu dia langsung
bergegas ke seberang menuju proyek gedung Sarinah.
Kesediaan dia bekerja rangkap ketika itu mengikuti ajakan pakar beton
bertulang Prof. DR. Ir. Roosseno, pimpinan proyek gedung Sarinah. Kedua
anak bangsa ini pernah berkenalan dalam posisi yang berbeda. Dia sebagai
pekerja hotel yang melayani tamu sedangkan Roosseno tamu yang sering
mengunjungi Hotel Indonesia.
Tentang dia, Roosseno di tahun 1985 pernah berujar telah mengenal dia
sejak tahun 1972 sewaktu masih bekerja di Hotel Indonesia, Jakarta.
Orangnya masih muda dan kurus belum gemuk. Roosseno selanjutnya
menyebutkan mengajak dia bekerja rangkap di proyek pembangunan pusat
pertokoan Sarinah, Jakarta.
“Dengan kemauan yang keras didukung oleh fisik yang masih muda, dia
sanggup bekerja pada dua tempat pekerjaan walaupun untuk itu dia harus
bekerja siang dan malam,” begitu kesaksian Roosseno yang menjadi guru
sekaligus ayah pembimbing bagi dia, serta sebagai pembantu setia sebagai
bendahara umum di kepengurusan BPP Gapensi yang dipimpin Roosseno ketika
itu.
Maka, mengikuti bimbingan sang guru dia bekerja seringkali hingga larut
malam. Selain dia maksudkan untuk menggali ilmu konstruksi juga untuk
menunjukkan rasa hormatnya terhadap pimpinan proyek yang selalu mengajari
dia bagaimana bekerja keras sekaligus bertanggung jawab pada setiap
pekerjaan konstruksi.
Proyek Gedung Sarinah adalah pekerjaan sipilnya yang kedua. Sebelumnya di
tahun 1961, persis di awal pertamakali dia menginjak Jakarta, sebagai
pekerja asisten pelaksana PT Pembangunan Perumahan dia mengerjakan proyek
pembangunan gedung Hotel Indonesia. Di situ, tak lama kemudian karirnya
meningkat sebagai pelaksana proyek yang bertanggungjawab terhadap
pemakaian material dan pengerahan tenaga kerja harian. Dia menjadi unik
hotel kebanggaan Bung Karno ini. Pertama kali dia bekerja sebagai
pelaksana pembangunan gedung, lalu setelah selesai melamar dan menjadi
manajer pada hotel yang dia bangun itu.
Perjuangan dia menyetarakan diri dengan peradaban modern lewat bangku
kuliah berlangsung hingga tahun 1976. Di tahun itu dia diwisuda untuk
berhak menyandang gelar sarjana penuh pada disiplin ilmu ketataniagaan.
Dia pun semakin melangkah mantap mengembangkan usaha jasa konstruksi,
terutama lewat CV Sumber Batu yang telah dia dirikan di tahun 1972.
Sedangkan pengelolaan CV Budi Mulya dia serahkan sepenuhnya kepada istri
Damaris br. Tampubolon.
CV Sumber Batu hingga tahun 1974 berhasil menyelesaikan 18 kontrak
pekerjaan senilai tak kurang Rp 223 juta, sebuah angka yang sudah cukup
besar ketika itu untuk perusahaan sekelas CV berkualifikasi rendah.
Untuk semakin membuka peluang mencari proyek baru dia mengubah status
badan hukum usahanya menjadi perseroan terbatas, PT Sumber Batu sejak 6
Agustus 1974. Dia sekaligus menaikkan kualifikasi perusahaannya yaitu
menjadi Kelas C untuk pekerjaan bangunan gedung, Kelas B untuk pekerjaan
bangunan air, dan Kelas D untuk pekerjaan jembatan.
Bangun Asphalt Mixing Plant
Dalam empat tahun pertama berstatus perseroan hingga tahun 1978 PT Sumber
Batu berhasil menyelesaikan pekerjaan sebanyak tujuh kontrak senilai Rp
744 juta.
Di tahun 1978 itu pula berdasarkan kajian serta perhitungan yang cermat
dan cerdas dia mendirikan satu unit pabrik penghasil aspal beton hotmix,
atau Asphalt Mixing Plant dilengkapi sejumlah alat-alat berat pendukung.
Total investasi Rp 1,750 miliar sebuah investasi mahal berjangka panjang
ketika itu.
Bersamaan itu dia semakin boleh berbangga hati sebab perusahaanya PT
Sumber Batu diizinkan naik ke kelas tertinggi. Predikat Kelas A
memungkinkan perusahaan jasa konstruksi seperti Sumber Batu berhak
mengerjakan proyek-proyek konstruksi apa saja tanpa batasan nilai proyek.
Keteguhan sekaligus keberanian dia menjadi produsen aspal beton hotmix
adalah lompatan baru dalam hal modernisasi teknologi pembangunan fisik.
Hotmix sangat praktis digunakan untuk memperkuat konstruksi jalan raya,
landasan pesawat terbang, pelataran parkir, dermaga pelabuhan, maupun
berbagai keperluan lain.
Penggunaan hotmix sangat sesuai untuk pekerjaan bervolume besar sebab
hotmix sangat praktis digunakan sehingga efisien dan pengerjaannya tidak
butuh waktu lama. Kualitas jalan raya yang dihasilkan pun mampu mendukung
beban berat seperti pada jalan raya kelas satu, atau pada pelataran
kontiner, dan sebagainya.
Aspal hotmix dia yakini bukan hanya bisa diandalkan untuk mengejakan
proyek-proyek pemerintah namun setiap proyek swasta pun layak memanfaatkan
produk teknologi modern pengaspalan ini.
Hanya berselang setahun, sejak tahun 1979 Pemda DKI Jakarta menunjuk PT
Sumber Batu sebagai salah satu produsen hotmix yang diperkenankan
menangani pekerjaan perawatan rutin jalan-jalan raya di seluruh wilayah
Jakarta. Tahun 1980 Sumber Batu berhasil menyelesaikan sembilan pekerjaan
hotmix dan tujuh pekerjaan bangunan air senilai Rp 1,332 miliar.
Di tahun 1980 ini pula dia kembali mendirikan satu tambahan Asphalt Mixing
Plant dilengkapi alat berat dan laboratorium total investasi Rp 2,500
miliar, lokasi di Jalan Raya Bekasi KM 23,5, Cakung, Jakarta Timur.
Kapasitas produksi hotmix meningkat dari 300 ton menjadi 600 ton perhari.
Kedua unit Asphat Mixing Plant tersebut di tahun 1981 berhasil
menyelesaikan 11 kontrak pekerjaan senilai Rp 1,012 miliar.
Kepercayaan Ditjen Bina Marga menyerahkan pekerjaan peningkatan jalan raya
Jakarta-Tangerang-Merak dia jawab dengan pendirian satu Asphalt Mixing
Plant baru persis di lokasi proyek di Cikande, Jawa Barat, November tahun
1981. Selama tahun 1981-1982 Sumber Batu berhasil menyelesaikan 23 kontrak
pekerjaan senilai Rp 3,724 miliar.
Dalam perjalanan waktu kemudian dia masih mendirikan beberapa Asphalt
Mixing Plant baru di setiap lokasi proyek yang ditangani. Seperti yang dia
dirikan di tahun 1985 di Kotanopan, Sumatera Utara untuk menunjang
pelaksanaan pelebaran jalan Jembatan Merah-Ranjau Batu senilai Rp 3,700
miliar. Demikian pula di Cirebon, juga tahun 1985, untuk menunjang proyek
pelebaran jalan Dawuhan Kalijaga, Cirebon senilai Rp 2,300 miliar.
Selain mendirikan Asphalt Mixing Plant di kedua proyek Kotanopan dan
Cirebon itu, dia melengkapi pula mesin pemecah batu atau Stone Crusher
masing-masing satu unit. Di tahun 1986 mesin serupa pemecah batu stone
crusher dia dirikan di site plant Cakung, Jakarta Timur.
Kisah sukses pendirian pabrik hotmix yang memberinya keuntungan besar
serta membuka peluang untuk memenangkan tender mengilhami dia untuk juga
mendirikan pabrik beton concrete batching plant. Pabrik beton itu mulai
dia dirikan di tahun 1984 dilengkapi 10 truck mixer yaitu truk pengangkut
beton ke lokasi proyek, serta satu unit laboratorium beton. Total menelan
ivestasi Rp 1,200 miliar.
Dia jeli meneropong jauh ke depan. Naluri bisnisnya yang sudah terasah
tajam memberinya sikap mafhum bahwa pembangunan fisik di Indonesia yang
sedang gencar akan tetap gencar dan pasti membutuhkan jutaan meter kubik
beton. Beton itu sangat dibutuhkan untuk pembangunan gedung pencakar
langit mulai dari pekerjaan pondasi hingga struktur gedung. Demikian pula
beton untuk pembangunan jembatan, trotoar, penurapan saluran air, irigasi,
dan berbagai pekerjaan sipil lainnya yang membutuhkan beton.
Kebutuhan beton itu bukan hanya untuk setiap proyek yang dia tangani,
melainkan semua perusahaan jasa konstruksi lain yang belum mempunyai
concrete bathing plant boleh memesan beton kepada dia. Tak butuh waktu
lama, pada 1 Maret 1985 produksi pertama beton siap pakai (readymix)
miliknya mulai meluncur digunakan sendiri pada proyek yang dikerjakan
Sumber Batu.
Pilihan mendirikan pabrik aspal hotmix, beton, dan stone crusher
berinvestasi besar menunjukkan salah satu sisi lain dari jati diri dia
yang sesunguhnya. Yaitu selalu ingin sejajar dengan kemajuan teknologi
pembangunan fisik. Dia tidak mau disebutkan tertinggal dari orang lain
kendati berasal hanya dari sebuah desa kecil, Pangasean, Porsea.
Untuk menunjukkan totalitas keterlibatannya membangun Jakarta sejak 1 Mei
1980 dia menerima keputusan Kepala DLLAJR DKI Jakarta yang menunjuk PT
Sumber Batu sebagia pelaksana pengujian asap kendaraan bermotor. Dia juga
diperkenankan melakukan perbaikan seperlunya terhadap setiap mesin
kendaraan yang proses pembakaran sudah tidak sempurna.
Dia tidak sendiri tetapi ditopang oleh Lembaga Ekologi Universitas
Pajajaran Bandung untuk melakukan upaya pengendalian pencemaran udara di
kota besar seluruh Indonesia. Dengan lembaga itu dia bekerjasama
mengumpulkan data-data analisa untuk memperoleh gambaran yang lengkap guna
merencanakan usaha pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup.
Karena kepedulian dia terhadap kelestarian lingkungan itu pada Maret 1981
dia berkesempatan beraudiensi dengan Wakil Presiden Adam Malik untuk
melaporkan kegiatan pengujian asap kendaraan bermotor berikut usaha
penanggulangan pencemaran udara. Saat itu juga Adam Malik langsung memberi
petunjuk dan pengarahan tentang usaha penanggulangan pencemaran udara yang
telah dia rintis.
Jenis dan skala usaha yang meluas membutuhkan beragam barang cetakan
seperti formulir, daftar isian, surat-surat, buku-buku, kwitansi, map dan
sebagainya yang jumlahnya cukup besar. Sejak Mei 1984 dia lagi-lagi
memasuki area bisnis baru yaitu percetakan. Dia menghadirkan seperangkat
lengkap alat percetakan, yaitu masing-masing satu unit mesin cetak Fuji
Offset, mesin potong kertas, plate maker, dan mesin letter press.
Mesin cetak ini dia maksudkan untuk melayani kebutuhan barang cetakan di
PT Sumber Batu, Yayasan Pendidikan Budi Murni, dan Universitas Mpu
Tantular namun tak tertutup kemungkinan memenangkan kontrak-kontrak
pekerjaan cetakan dari luar dalam jumlah besar.
Terjun ke pendidikan
Dia adalah bungsu dari tujuh bersaudara yang lahir tepat pada tanggal 16
Juli 1943 di sebuah desa yang tenang, Desa Pangasean, Porsea, Toba Samosir,
Sumatera Utara. Dia lahir di tengah-tengah sebuah keluarga petani kecil
yang untuk menambah penghasilan saja satu-satunya peluang yang tersedia
adalah memelihara beberapa ekor kerbau, bebek, dan ayam.
Ayahnya memberi dia nama Tarnama agar penggembala kerbau di masa
kanak-kanak itu suatu saat bisa hidup sama seperti namanya yaitu terkenal,
atau ternama dimana-mana karena kebaikan, ketokohan, dan kisah suksesnya.
Dan itulah yang sesungguhnya telah terjadi pada diri Tarnama.
Padahal, dahulu setamat SMA di Medan tahun 1961 dia pulang ke kampung
Pangasean untuk memohon izin merantau ke Jakarta hanya dibekali dua hal.
Bekal pertama selembar ijazah SMA berikut sedikit uang hasil penjualan
seekor kerbau yang sebelumnya sudah akrab dia gembalakan.
Dan bekal kedua adalah spirit berupa perumpamaan khas Tapanuli, ‘Ulosi
nasa tungko-tungko sai adong doi hangoluanmu. Saongi angka dalan dapot ho
do na tonggi dalan pasu-pasu’. Artinya, ‘Manfaatkanlah rezeki sekecil
apapun itu sebelum cita-cita tercapai sebab jika dikumpulkan akan menjadi
banyak dan dapat menjadi jalan kehidupan. Kemudian tanamlah kebaikan di
dalam kehidupan agar beroleh rezeki dari sesama manusia dan beroleh yang
manis atas jerih payahmu.’
Salah satu sebab setiap kali dia melebarkan sayap usaha adalah karena
dibangkitkan oleh semangat yang bergelora. Yaitu semangat untuk membantu
menyediakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Dan bersamaan itu dari
sisi yang lain dia bersemangat pula untuk mendirikan sekolah maupun
lembaga kursus untuk menyiapkan generasi yang lebih maju yang kelak mudah
memperoleh pekerjaan.
Pada tahun 1976 Tarnama sudah mendirikan Yayasan Pendidikan Budi Murni
yang menyelenggarakan pendidikan mulai TK, SD, SMP, SMA, SMEA, dan STM.
Kemudian di tahun 1983 dia mendirikan Lembaga Penunjang dan Peningkatan
Pendidikan (LP3) serta mengadakan kerjasama dengan Ikatan Sarjana
Psikologi Indonesia, Jakarta.
Tahun 1984 adalah awal dia mulai memasuki dunia pendidikan tinggi saat
mendirikan Universitas Mpu Tantular (UMT). Di tahun itu juga dia
mengadakan kerjasama dengan sebuah lembaga pendidikan tinggi asing Jhon
Dewey University, dari Amerika Serikat. Lembaga lain yang dia dirikan
adalah Lembaga Pendidikan Komputer di tahun 1999, Akademi Manajemen Ilmu
Komputer di tahun 1999, Lembaga Akademi Maritim di tahun 2000, dan Lembaga
Bahasa Inggris di tahun 2000.
Ke daerah-daerah dia aktif melebarkan usaha mendirikan bank perkreditan
rakyat (BPR) untuk memberikan kredit bagi setiap orang yang membutuhkan
uang untuk modal usaha. Beberapa BPR sudah dia dirikan. Antara lain, BPR
Sumber Pangasean di Cikampek, Jawa Barat berdiri tahun 1992, BPR Sumber
Hiobaja di Baki, Solo, Jawa Tengah tahun 1993, BPR Sumber Sibapudung di
Cirebon, Jawa Barat tahun 1993, BPR Sumber Tiopan Raya di Tanjung Morawa,
Medan, Sumatera Utara tahun 1993, dan BPR Sumber Lumban Mual di Citereup,
Bogor, Jawa Barat tahun 1993.
Aktif berorganisasi
Untuk memperluas cakrawala pemikiran serta agar selalu berada di lingkaran
dalam para pelaku usaha jasa konstruksi dia melibatkan diri di sejumlah
organisasi profesi. Malah tidak jarang dia diminta tampil sebagai pengurus
inti. Misalnya, dia aktif di organisasi Gabungan Pelaksana Konstruksi
Indonesia (Gapensi), Perhimpunan Instalatur Air Minum Jakarta, Asosiasi
Kontraktor Indonesia (AKI), Kadin Jaya dan Kadin Indonesia, Asosiasi
Asphalt Beton DKI Jakarta, Anggota Dewan Penyantun Universitas Bukit
Barisan Medan, Sumatera Utara, bahkan hingga Dewan Pertahanan Keamanan
Nasional (Wanhankamnas).
Pengusaha sukses yang di tahun 1984 pernah diangkat sebagai Staf Deputi
Pembangunan Dewan Pertahanan Keamanan Nasional (Wanhankamnas) ini, di
tahun 1980 memperoleh penghargaan berupa gelar doktor honoris causa dari
Jhon Dewey University Consortium, AS. Dan di tahun 1993 masih dari
universitas yang sama dia memperoleh lagi gelar profesor. Selain tercatat
beberapa kali memperoleh medali penghargaan pendidikan, di tahun 1994
Tarnama dinobatkan sebagai “Tokoh Pendidikan” dalam acara Men of The Year
1993-1994 yang didasarkan karena tingginya tingkat kepedulian dia
mengembangkan dunia kependidikan.
Bidang lain yang kerap kali pernah memberi dia penghargaan atas
keterlibatan aktif dan dedikasinya adalah bidang seni budaya, bidang usaha,
bidang keagamaan, bidang pemerintahan, dan bidang olahraga.
Di bidang seni budaya pada tanggal 23 April 1985 Tarnama memperoleh gelar
kehormatan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) dari Keraton Solo, Surakarta.
Saat itu, adalah bersamaan hari ulang tahun Kasunanan Pakubuwono XII dia
memperoleh penobatan gelar bangsawan Jawa dalam sebuah upacara kebesaran
adat Keraton Surakarta. Sejak itu resmilah nama lengkap dia menjadi
Kanjeng Raden Tumenggung DR. Tarnama Sinambela Kusumonagoro.
Namun persis sembilan tahun kemudian, pada tahun 1994 dari sumber yang
sama yaitu Keraton Surakarta dia kembali memperoleh gelar kehormatan
kebangsawanan. Kali ini lebih bergengsi yaitu Kanjeng Raden Hario
Tumenggung. Sehingga, nama lengkap dia sekarang adalah Prof. DR. Kanjeng
Raden Hario Tumenggung Tarnama Sinambela Kusumonagoro.
Jika gelar bangsawan Jawa pernah dia peroleh, sebaliknya kepada seorang
putra Jawa dia bersama tetua adat pernah pula menganugerahkan sebuah marga
yakni Sinambela kepada Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo pada bulan
Oktober 1981. Dasar pemikirannya, Tjokropranolo adalah seorang tokoh yang
banyak mengabdi kepada kepentingan masyarakat luas.
Hal itu dibuktikan oleh mulai tukang becak, pedagang kaki lima yang
berdagang beratapkan langit maupun tenda-tenda, demikian pula anak-anak,
orang tua hingga masyarakat intelektual semua mengenal siapa gubernurnya
yaitu Tjokropranolo.
Tarnama kakek dari beberapa orang cucu yang di tahun 1987 pernah
dinobatkan sebagai pria berbusana terbaik, pada tahun sama 1987 itu dia
pernah memperoleh penghargaan dari Lembaga Sisingamangaraja XII atas peran
sertanya mensukseskan pelaksanaan Peringatan 10 Windu Wafatnya Pahlawan
Sisingamangaraja XII.
Pengusaha terkenal itu juga pernah dianugerahi beragam penghargaan khusus
di bidang dunia usaha. Dia antara lain pernah dinobatkan sebagai salah
satu Pahlawan Wiraswasta dalam buku Profil 10 Pengusaha Indonesia, yang
terbit tahun 1992. Kemudian, pada tahun 1994 dinobatkan sebagai Putra
Penerus Pembangunan Bangsa oleh Yayasan Pengembangan Mode Forum dan Budaya
Indonesia.
Dia begitu intens membantu kegiatan kerohanian terlihat dari besarnya
peran dan kontribusi yang pernah dia berikan. Cerita di masa muda bahwa
setiap hari Minggu tak pernah terlewatkan tanpa berbakti kepada Tuhan di
Gereja bukan isapan jempol belaka.
Bahkan, pengusaha kuat ini ditopang oleh seorang istri yang kuat pula
Damaris br. Tampubolon yang dia “ketemukan” saat-saat bersentuhan dengan
Tuhan di Gereja. Mereka menikah tahun 1963 saat usia dia masih 20 tahun.
Sederetan penghargaan dari berbagai denominasi gereja pernah dia terima.
Deretan yang sama panjang pernah pula dia terima di bidang pemerintahan..
Tarnama yang dahulu biasa mengendarai scooter Vespa tua.miliknya hilir
mudik dari rumah ke kantor, ke instansi pemerintah dan swasta pemberi
proyek, serta ke lokasi proyek-proyek yang sedang dikerjakan adalah
Tarnama yang masih sama dengan sekarang yang penuh dengan kerendahan hati
dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tidak ada yang berubah pada dia walau namanya sungguh sudah benar-benar
ternama di antara elit pengusaha nasional sesuai keinginan sang ayah saat
memberinya nama Tarnama Sinambela.
“Bapak gurunya” di bidang konstruksi Roosseno menyebutkan dibutuhkan
ribuan putera-puteri Indonesia seperti Tarnama Sinambela yang mau
berpartisipasi mendukung usaha pemerintah d bidang pembangunan fisik
maupun dalam usaha mencerdaskan bangsa.
Letnan Jenderal ((Purn) Tjokropranolo, Gubernur DKI Jakarta 1977-1982 yang
banyak memberi dia kesempatan mengembangkan diri menjadi pengusaha pribumi
yang berhasil memberikan pujian yang senada.
Gubernur Tjokro pengganti Ali Sadikin itu menyebutkan, sebagai orang yang
lebih tua selalu memberi nasehat dan anjuran-anjuran kepada Tarnama
Sinambela agar di dalam setiap investasi yang ditanamkan untuk
pengembangan perusahaan tidak lupa memikirkan nilai-nilai kemanusiaan.
Sehingga, pengembangan perusahaan itu dapat membuka lapangan pekerjaan
bagi tenaga-tenaga Indonesia yang belum memperoleh kesempatan bekerja.►ht
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|