A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
:: Beranda :: Berita :: Profesi :: Politisi :: Pejabat :: Pengusaha :: Pemuka :: Selebriti :: Aneka ::
  P O L I T I S I
 ► Politisi
 ► MPR-RI
 ► DPR-RI
 ► DPD
 ► DPRD
 ► Partai
 ► Ormas
 ► OKP
 ► LSM-Aktivis
 ► Asosiasi
 ► Search
 ► Poling Tokoh
 ► Selamat HUT
 ► Pernikahan
 ► In Memoriam
 ► Majalah TI
 ► Redaksi
 ► Buku Tamu
 

 


 
  C © updated 30012005  
   
  ►e-ti/sc  
  Nama:
Subur Budhisantoso
Lahir:
Garut, Jawa Barat, 27 Agustus 1937
Agama:
Islam

Pendidikan :
= SD, Solo (1950)
= SMP (1953)
= SMA Bandung (1957)
= S1 Fakultas Ssastra UI (1962)
= Doktor (S3) ilmu antropologi dari Universitas Indonesia dengan disertasinya Keluarga Matrifokal: Suatu Studi Kasus pada Masyarakat Desa di Cibuaya (1977)

Karir:
= Ketua Jurusan Antropologi FS UI (1977-1983)
= Pembina Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah (1978-2001)
= Pembina Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional (1979-2001)
= Direktur Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional (1980- 2002)
= Anggota Kelompok Kerja Wanhankamnas (1980-2002)
= Pengajar Pusat Latihan dan Penelitian Agama, Departemen Agama (1982)
= Pembina Proyek Pembinaan Kesadaran dan Penjernihan Sejarah, dan - Proyek Pengembangan Nilai Budaya (1984-sekarang)
= Pembina Proyek Javanologi (1984)

Organisasi:
= Ketua Umum DPP Partai Demokrat (2001-2005)
= Ketua Umum Asosiasi Antropologi Indonesia (1984)

Alamat Rumah:
Jalan Tebet Barat Raya 50, Jakarta Selatan

Alamat Kantor:
DPP Partai Demokrat, Jalan Pemuda, Jakarta Timur
 
 
     
Subur Budhisantoso

Antropolog Partai Demokrat


Antropolog dari Universitas Indonesia, ini pertama kali dipercaya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memimpin Partai Demokrat (PD) sebagai Ketua Umum. Namun, dalam periode berikutnya 2005-2010 dalam Kongres I PD di Sanur, Bali, 23/5/2005, ia digantikan Hadi Utomo, menantu Sarwo Edhi Wibowo dan adik ipar Presiden SBY. Hadi meraih 302 suara menyisihkan Subur 108 suara dan Surato Siswodihardjo 39 suara.

 

Kemudian Subur diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden, merangkap anggota Dewan Penasehat DPP Partai Demokrat 2005-2010.

 

Mengandalkan popularitas SBY, di bawah kepemimpinan mantan Direktur Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen P & K, ini  PD tampil mengesankan pada Pemilu Legislatif April 2004 dengan meraih 7 persen suara dan berada pada urutan lima besar.

 

Partai Demokrat yang proses kelahirannya dibidani SBY, kemudian berhasil mengusung pasangan Capres SBY dan Cawapres JK memenangi Pemilu Presiden 2004 menjadi Presiden dan Wakil Presiden pilihan rakyat pertama.

 

Namun, seusai pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu (Kabinet SBY), para tokoh dan kader partai ini dihinggapi rasa kecewa. Sehingga terjadi konflik internal. Prof Dr. Subur Budhisantoso dinonaktifkan oleh kelompok Vence Rumangkang (salah seorang pendiri PD). Kemudian mengangkat KH Azidin sebagai pejabat ketua umum.
Sehingga terjadilah dualisme kepemimpinan DPP PD.

 

Konflik internal partai ini makin memuncak menjelang kongres yang dijadwalkan Februari-Maret 2005. Kelompok Vence cs menggelar Rapimnas yang dihadiri para pengurus DPD seluruh Indonesia tanpa melibatkan kelompok Subur.

 

Lalu, Subur mengklaim bahwa Rapimnas itu tidak sah dan tidak direstui SBY. Kemudian, DPP Partai Demokrat (PD) pimpinan Subur Budhisantoso mencoba melakukan rekonsiliasi. Mereka yang menggelar rapimnas tidak akan langsung dijatuhi sanksi pemecatan. Namun, mereka terlebih dahulu akan diberi kesempatan untuk kembali di kepengurusan DPP pimpinan Budhi.

 

Sekjen DPP PD Mangindaan ditugasi menemui Vence Rumangkang cs untuk menyampaikan hasil rapat pleno yang dihadiri sekitar 20 pengurus harian DPP tersebut.

Mangindaan merupakan tokoh kunci dalam konflik itu. Sebab, selain dikenal dekat dengan kubu Vence, mantan gubernur Sulut itu pernah masuk kubu Vence pada konflik PD November 2004 lalu.

Namun, setelah dua kubu yang berseteru itu dapat didamaikan melalui pertemuan DPD-DPD PD se-Indonesia di Hotel Santika pada 24 November 2004, Mangindaan tetap berkomitmen menjalankan tugasnya sebagai Sekjen pimpinan Budhisantoso dan menolak mendampingi kepengurusan yang dijabat Azidin sebagai pejabat ketua umum.

Komitmen Mangindaan bersama Budhi itu dicetuskan dalam islah pertemuan Santika yang memutuskan bahwa kepengurusan partai dipimpin Subur Budhisantoso dan Mangindaan menjabat sebagai Sekjen. Dengan begitu, kepengurusan Budhi-Mangindaan tidak bisa dipersoalkan berdasarkan kesepakatan tersebut hingga pelaksanaan Kongres PD Maret 2005.

Rapimnas di Hotel Sahid yang dipimpin KH Azidin selaku pejabat ketua umum, menghadirkan salah satu anggota Tim 12 yang ditugaskan mempersiapkan kongres untuk memberikan laporan.


Rapimnas itu menjadi sangat penting dalam rangka memilih kepengurusan DPP PD periode 2005-2010. Persaingan merebut jabatan ketua umum sangat ketat. Budhisantoso sendiri masih dicalonkan beberapa kader partai.

Budhisantoso termasuk pendatang baru dalam dunia politik. Mantan Ketua Jurusan Antropologi FS UI (1977-1983), ini berkesempatan memimpin PD atas kepercayaan SBY. Sebelumnya dia menjabat Direktur Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Pada masa kecilnya pun Budi tidak pernah bercita-cita jadi politisi. Ia mengaku bercita-cita menjadi dokter lantaran ayahnya seorang paramedis dan ibunya aktivisPMI. Namun ketika di SMA, dia tertarik pada gurunya, Iie Abdulrachim, pengajar etnologi (ilmu tentang bangsa-bangsa). Maka setamat SMA (1957) dia memilih kuliah di Jurusan Antropologi, Fakultas Sastra  yang kebetulan baru dibuka Universitas Indonesia.

 

Dia meraih gelar S1 Antropologi Fakultas Ssastra UI (1962). Kemudian menekuni spesialisasinya ekonomi antropologi dan merai gelar doktor  (S3) ilmu antropologi dari Universitas Indonesia dengan disertasinya Keluarga Matrifokal: Suatu Studi Kasus pada Masyarakat Desa di Cibuaya (1977).

 

Ayah tiga anak ini memulai karir sebagai dosen di almamaternya. Pada tahun 1977-1983, dia menjabat  Ketua Jurusan Antropologi FS UI. Kemudian, dia berkiprah di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Pembina Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah (1978-2001) dan Pembina Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional (1979-2001).

 

Setelah itu, dia diangkat menjabat Direktur Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional (1980- 2002). Selain itu, penggemar agu-lagu sentimental, ini juga aktif sebagai Anggota Kelompok Kerja Wanhankamnas (1980-2002), pengajar Pusat Latihan dan Penelitian Agama, Departemen Agama (1982), Pembina Proyek Pembinaan Kesadaran dan Penjernihan Sejarah, dan Proyek Pengembangan Nilai Budaya (1984), serta Pembina Proyek Javanologi (1984). ►e-ti/mlp

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)