|
|
|
Nama :
Syafruddin Arsyad Temenggung
Lahir :
Palembang, 9 Agustus 1959
Pendidikan :
- 1983, Insinyur Planologi, ITB, Bandung
- 1987, Diploma dalam bidang Pembangunan Perkotaan, University of College
London, London
- 1990, Master di bidang Perencanaan Kota, Cornell University, New York
- 1994, Doktor di bidang Ekonomi Wilayah (mayor) dan Ekonomi Pembangunan
(minor), Cornell University, New York
Pekerjaan :
- April 2000-kini, Sekretaris Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK)
- Juni 2000-kini, Penjabat Deputi Menko Ekuin bidang Investasi dan
Pengembangan Dunia Usaha
- Juli 2000-kini, Sekretaris Komite Eksekutif dan Pemantau Pelaksanaan
Tugas BPPN (Oversight Board)
Alamat Kantor:
Wisma Danamon Aetna, 9th Floors Jl. Jenderal Sudirman kav. 45 - 46
Jakarta 12930
Telp. (62 - 21) 677 2776
Fax. (62 -21) 577 2274, 577 2301
http://www.bppn.go.id
|
|
Syafruddin Arsyad Temenggung
Tersandung Pimpin BPPN Dia
beruntung mendapat mandat memimpin Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) menggantikan Putu Ary Suta. Kendati
alumni ITB, ini tidak berlatarbelakang pendidikan
keuangan dan belum pernah memimpin perusahaan. Rupanya Menteri Negara BUMN
Laksamana Sukardi percaya kepadanya untuk menangani tugas-tugas besar di
BPPN itu. Dia terbilang sukses.
Namun setelah dia diganti, tak lama kemudian dia tersandung, ditahan
karena disangka terlibat tindak pidana korupsi dalam pelepasan aset
Pabrik Gula (PG) PT Rajawali Nusantara Indonesia Tiga di Gorontalo
seharga Rp 95 miliar. Padahal aset tersebut ditaksir bernilai
lebih Rp 600 miliar, sehingga merugikan negara Rp 516 miliar. Dia pun
ditahan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Rabu (22/2/2006) malam. Dia pun
membantah terlibat korupsi dan mengajukan keberatan atas penahannannya.
Pengangkatan Syaf – panggilan akrab Syafruddin Arsyad Temenggung – sempat
membuat orang agak terkesima. Banyak orang meragukan kemampuan ‘pendatang
baru’ ini untuk memimpin agen penyehatan perbankan yang mengemban tugas
pemulihan ekonomi dan menopang anggaran itu. Sebab, nama Syaf memang belum
begitu dikenal khalayak selama ini, dibanding dengan nama dua kandidat
Ketua BPPN lain yang sempat beredar yakni Arif Arryman dan Arwin Rasyid.
Nama Syaf baru dikenal luas ketika ia menjabat Sekretaris KKSK (Komite
Kebijakan Sektor Keuangan). Lagi pula Syaf memang tak punya latar belakang
memimpin perusahaan atau pendidikan keuangan. Ia lebih tepat disebut
sebagai seorang birokrat yang efisien. Namun soerang petinggi pemerintahan
menepis keraguan ini: "Syaf terampil sebagai manajer dan ia tak pernah
menghambat urusan orang lain."
Syaf meraih S1 Jurusan Planologi Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun
1983. Setamat dari ITB itu, dia terus-menerus berkarir di pemerintahan.
Mula-mula ia bekerja di Departemen Pekerjaan Umum -- sekarang Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah. Dikenal sebagai orang yang senang
belajar, ia melanjutkan pendidikan di bidang pembangunan perkotaan di
University College, London, kemudian memperoleh master di bidang
Perencanaan Kota dari Universitas Cornell, New York. Di universitas yang
sama pula ia menggondol gelar doktor bidang Ekonomi Wilayah dan Ekonomi
Pembangunan.
Sementara itu karir pekerjaan yang hingga kini masih dijalaninya antara
lain sejak bulan April 2000 hingga sekarang, ia menjabat Sekretaris Komite
Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK). Kemudian pada bulan Juni 2000 - 2002 ia
mendapat kepercayaan sebagai Deputi Menko Ekuin di bidang Investasi dan
Pengembangan Dunia Usaha. Selain itu ia juga mendapat kepercayaan sejak
bulan Juni 2000, sebagai Sekretaris Komite Eksekutif dan Pemantau
Pelaksanaan Tugas BPPN. Ia juga tercatat sebagai salah seorang Komisaris
Lippo Bank. Beberapa jabatan itu dilepas setelah dia menjabat Kepala BPPN.
Sesaat setelah dilantik pada hari Senin 22/4/2002, dia mengatakan akan
meneruskan beberapa kebijaksaan yang telah dilakukan para pendahulunya.
Dan sebelum melakukan tindakan ke luar, dia lebih dulu melakukan
pembenahan internal. Ia memangkas beberapa kewenangan Ketua BPPN sesuai
dengan rekomendasi Oversight Committee (OC) BPPN. Nantinya beberapa
persoalan tak lagi di tangan Ketua BPPN. Kemudian dia melakukan
restrukturisasi dalam tubuh BPPN. Struktur baru yang tidak terlalu
sentralistik seperti sebelumnya sehingga diyakini tak akan menghambat
prinsip good corporate government di BPPN.
"Tak akan ada lagi unit yang langsung di bawah pengawasan BPPN. Unit itu
nantinya akan ditangani oleh Deputi yang ada di BPPN," tegas Syafruddin.
Ia lantas memberi contoh soal penunjukan konsultan yang dulu menjadi di
tangan Ketua BPPN akan didelagasikan kepada bawahannya.
"Saya juga tak punya banyak waktu untuk menentukan konsultan," ujar
Syafruddin. Sebelumnya, kewenangan Ketua BPPN dalam menunjuk konsultan
sempat disoal karena dicurigai berpotensi dipakai untuk menggolkan
beberapa penjualan aset di BPPN
Bagaimana dengan tim di BPPN yang ada sekarang ini? "Saya kenal semua
dengan mereka, kita akan lihat team work dan saya kira yang penting itu
tadi saya ingin bekerja dengan satu tim yang kuat, yang profesional, yang
punya integritas dan punya komitmen untuk menjadikan BPPN sebagai agent of
recovery. Sehingga yang positif kita teruskan yang belum menunjukkan
kinerjanya itu harus kita perbaiki," ujarnya kepada pers di kantornya,
Gedung Aetna Danamon, lantai 9, Jl. Sudirman, Jakarta, Selasa (23/4/2002).
Dengan struktur baru itu, lelaki kelahiran Palembang tanggal 9 Agustus
1959 ini berharap kinerja BPPN akan jauh lebih baik. Dia selaku Ketua BPPN
hanya menangani hal-hal strategis. Sementara urusan teknis diserahkan
kepada deputy dan bawahannya. Maka tak heran, di tengah kesibukannya, dia
masih sempat sesekali meluangkan waktu menyaksikan laga Piala Dunia.
"Paling hanya satu dua pertandingan yang sempat saya tonton. Itu pun kalau
pertandingannya digelar malam hari atau hari libur. Kalau hari kerja, ya
wassalam," katanya, ketika ditanya wartawan. Namun, jika kesebelasan
favoritnya Jerman sedang bertanding, ia mengaku harus menyempatkan diri
berada di depan layar televisi.
Lantas, ada apa dengan kesebelasan Jerman? "Oh, kalau Jerman yang main,
saya harus nonton, Itu kan favorit saya. Apalagi, kalau yang main Michael
Ballack. Sejak saya suka nonton bola, saya sudah tertarik dengan
kesebelasan Jerman. Dulu waktu namanya Jerman Barat, saya suka dengan
Franz Beckenbauer, lantas ada Karl-Heinz Rummenigge, lalu ada Lothar
Matthaeus, dan sekarang Michael Ballack," lanjutnya.
Syafruddin meramal kesebelasan kebanggaannya akan berhasil menembus babak
final. "Siapa yang menang? Saya sih berharap Jermang dong," kata
Syafruddin yang berjanji akan mengajak nonton bareng bersama wartawan, di
kantornya.
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) dari Tempo, Kompas dan berbagai sumber.
|
|