|
|
|
Nama:
Dr. Cri Puspa Dewi Motik Pramono, MSc
Lahir:
Jakarta, 10 Mei 1949
Suami:
Pramono Soekasno
Anak:
1. Moza Pramita Pramono
2. Adimaz Prarezeki Pramono
Pendidikan:
S1 Sarjana Pendidikan IKIP Jakarta
S1 Seni Rupa, Florida International University, Miami, USA
S2 Pengkajian Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia
S3 Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Universitas Negeri
Jakarta
Jabatan Sekarang:
1. Pimpinan Umum DE MONO Group (LPKK DE MONO dan Koperasi DE MONO)
2. Presiden Direktur PT Puncak Wawasan Indah
Karir Akademik:
1. Dosen Seminar Kewirausahaan pada Fakultas Ekonomi di Universitas
Trisakti dan Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta.
2. Dosen Luar Biasa Ilmu Kesejahteraan Keluarga Indonesia pada Universitas
Negeri Jakarta.
Pengalaman Organisasi:
1. Bersama Dr. Hj. Kemala Motik Abdul Gafur, mendirikan IWAPI (Ikatan
Wanita Pengusaha Indonesia) pada tahun 1975
2. Menjabat sebagai Ketua Kehormatan Presiden IWAPI Pusat
3. Ketua Umum DPP ISIKKI (Ikatan Sarjana Ilmu Kesejahteraan Keluarga
Indonesia)
4. Ketua Kadin Indonesia bidang Lingkungan Hidup sampai sekarang
5. Ketua Umum DPP IKABOGA Indonesia (Ikatan Ahli Boga Indonesia) dengan
masa bakti 1987-1990 sampai saat ini (2002- 2006)
6. Ketua Subkonsorsium Usaha Jasa Boga dan Memasak Depdikbud pada tahun
1984- 1987 dan 1987-1990
7. Wakil Komisi Umum di Dewan Latihan Kerja Nasional Depnaker
8. Dewan Pembina Association Apprel Manufactory Indonesia
9. Salah satu Pendiri International Federation of Women Enterprenuer's (IFWE)
yang berpusat di New Delhi dan sejak 1996 sampai sekarang menjadi Presiden
IFWE
10. Wakil Ketua Umum Kadin
Indonesia periode 1988-1993.
11. Anggota dari lembaga di bawah naungan UNDP PBB
yang mempromosikan hasil-hasil produksi barang seni dari negara berkembang
atas nama negara -negara Asia.
12. Anggota dari World Assembly of Small & Medium Enterprises (WASME),
1991-sekarang
13. Ketua Umum Iwapi Pusat
14. Ketua Bakornas PKMI (Badan Koordinasi Nasional Pengusaha Kecil
dan Menengah Indonesia), 21 Agustus 1992
15. Dewan Pembina/ Penasehat Koperasi DE MONO (Koperasi Pengusaha Kecil dan
Menengah), 1994
16. Dewan Pembina/ Penasehat Kowapi,
1994
17. Ketua Pelaksana “The 3rd Meeting International Federation of Women
Entreprenuers” di Jakarta, 17 September 1994.
18. Ketua Penyelenggara Konferensi Ikatan Sarjana Ilmu
Kesejahteraan Keluarga Indonesia yang dihadiri oleh banyak negara
sahabat di Jakarta, 16-18 Juli 1995
19. Juri "World Young Business Achiever Award", 23 Januari 1996
20. Pembicara pada seminar "On Improving Trade & Investment antara
Indonesia & Yunani di Athena, Yunani, 4-6 Maret 1996
21. Pembicara pada “International Congress of World Association of Small
and Medium Enterprises” (WASME) di New Delhi, India. Serta menerima Special Honor Award dari
WASME sekaligus terpilih sebagai Wakil President WASME, 16- 19 April
1996
22. Pembicara dalam "World Convention The Federation of Island Nation for
World Peace" di Tokyo, Jepang, 16-18 Juni 1996
23. Pembicara dalam 5th International Federation of women Entrepreneur
Conference di Adelaide, Australia, 21-24 Agustus 1996
24. Pembicara dalam "Australian Council of Business Women LTd.-Business
Forum" di Sydney, Australia, 26 Agustus 1996
25. Pembicara dalam "The Xth World Association of Small & Medium
Enterprises Congress" di Miami, Florida, USA, 6-9 April 1997
26. Memimpin sidang "The VIth International Federation of Women
Entrepreneurs Conference (IFWE) sebagai President IFWE di Accra, Ghana -Afrika Barat, 16- 19 September 1997
27. Pembicara dalam "An International Forum of Strengthening Women's
Business Organization" di Washington DC,USA, 22-24
September 1997
28. Pembicara dalam "FCEM 45th International Congres of Women Business
Owners: oleh The National Association of women Business Owners” Republic
of South Afrika di Cape Town, South Afrika, 12-16 Oktober 1997
29. Anggota Delegasi Indonesia mewakili Dunia usaha pada "Asia Pacific
Forum for Environment and Development (APFED) di Jakarta, 3-6 Mei 2002
30. Anggota Delegasi Indonesia mewakili Business Forum dalam Preparqtory
Committee IV Ministerial Meeting Wold Summit and Suistainable Development
di Bali, 3-6 Juni 2002
Penghargaan al:
::
"Orang
Muda Yang Berkarya" yang diberikan langsung oleh Presiden RI 28
Oktober 1988
:: Orang
yang berjasa dalam bidang Pendidikan di luar sekolah dari Depdikbud 14
September 1991.
:: The Golden Award dari Kadin Udine Friuli Vanesia
Italy di bidang Ekonomi, 24 Mei 1992
:: Women's of The Year, 17 Juni 1992
:: 21 Kartini Indonesia, 21-6-1992
:: Penghargaan dari Depparpostel, 25-9-1992
:: 12 Wanita Karier Berprestasi Indonesia, 4 Oktober 1992
:: Special Honour dari World Assembly of Small and Medium
Enterprises, 18 Desember 1993
:: “Citra Wanita Pembangunan Indonesia 1994”, 7 Juni 1994
:: “Citra Wanita Orde Baru” sebagai wanita yang berperan
dalam perkembangan pengusaha kecil dan menengah, 27 April 1995
:: "Karya Bakti Koperasi dan Pengusaha Kecil, 17-8-1997
:: Profesi Award '97 dari Yayasan Pedukung Karier dan
Prestasi, 10 Oktober
1997
:: "Peniti Emas"
Prestasi Wanita Indonesia, 18 April 1998 |
|
Dewi Motik Pramono Hemat Pangkal Kaya
Inilah sosok seorang wanita karir dan seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam berbagai kegiatan
usaha dan kemasyarakatan. Mantan Ketua Umum Iwapi Pusat ini menggalang bisnisnya bersama-sama dengan
pengusaha lemah. Ketua Umum DPP ISIKKI (Ikatan Sarjana Ilmu Kesejahteraan Keluarga
Indonesia) seorang pengusaha yang hemat.
Pepatah mengatakan, 'Hemat Pangkal Kaya'. Ungkapan ini sungguh dijiwai
oleh Dewi Motik. Berbagai keberhasilan dan kepopuleran yang telah diraih
wanita karir ini tak lepas dari sifatnya yang amat hemat. Sifat hemat ini,
secara langsung dan tidak langsung, ditularkannya kepada banyak orang.
Suatu sifat yang pantas ditiru, terutama di tengah kondisi ekonomi yang
sulit.
Bila ditanya tentang profesinya, Dr. Cri Puspa Dewi Motik Pramono, MSc
akan menjawab sebagai ibu rumah tangga. Sebab, ia memang seorang ibu rumah
tangga, yang sangat membanggakan kodrati perempuan. Jawaban ini mungkin
saja membuat banyak orang ragu, sebab ia lebih dikenal sebagai wanita
karir dan jarang pula tampil di depan umum bersama suami tercinta.
Tetapi, itu bukan
jawaban final dan satu-satunya. Sebab ia memang memiliki aktivitas sebagai
pengusaha, penulis, pengajar, dosen, pembicara di berbagai seminar dan
juri di berbagai perlombaan. Jadi, ia adalah ibu rumah tangga yang sukses
sebagai wanita karir. Aktif dalam berbagai kegiatan usaha, pendidikan dan
kemasyarakatan.
Ketertarikannya untuk terjun di bidang usaha dan kegiatan sosial terpatri
ketika pada tahun 1975 bersama kakaknya, Dr. Hj. Kemala Motik Abdul Gafur
mendirikan Iwapi (Ikatan Wanita pengusaha Indonesia). Saat itu ia menjabat
sebagai Honorary President Iwapi Pusat.
Saat ini, Dewi Motik menjabat sebagai direktur berbagai perusahaan swasta
antara lain Pimpinan Umum DE MONO Grup (Lembaga Pendidikan Keterampilan
dan Kewiraswastaan DE MONO dan Koperasi DE MONO), serta pimpinan di
beberapa perusahaan. Ia banyak berkecimpung di usaha koperasi dan
usaha kecil-menengah, pendidikan lingkungan hidup dan sosial. Usaha kecil
yang tengah diigelutinya adalah moto atau motor toko, sedang dirintis juga
becak toko (Bento), mobil, motor distribusi. Semua itu dijalankan oleh rakyat kecil agar mereka dapat hidup
sejahtera.
Mengapa ia harus 'repot-repot' membina usaha kecil? Jawabannya adalah, yang utama dilakukan adalah berbuat dan
berusaha. “Biar kita melakukan sesuatu dari apa yang kita miliki, walaupun
kecil tapi solid. Jangan banyak meminta tapi tidak pernah berbuat-buat
apa-apa. Prinsip saya selalu make it from nothing to something,” paparnya.
Di samping itu, orang sering keliru bahwa usaha kecil itu tidak ada
untungnya. Yang benar keuntungannya juga besar, sekaligus bermisi membantu
pengusaha-pengusaha kecil.
Niat membantu sesama masyarakat itu dilakukannya dengan tulus. Sebab,
kalau niat itu tulus dan benar, menurutnya, “Insya Allah, Tuhan membuat
usaha kita berkembang. Tapi bukan seperti orang yang hanya ngomong besar,
yang tidak ada hasilnya. Tuhan juga mengerti jika kita buat kesalahan
karena tidak tahu.” Dari usahanya itu, sedikit sekali pengusaha kecil yang
tidak mematuhi kewajibannya. Sebagian besar dari mereka lancar dalam
pembayaran pinjaman.
Tetapi ia mengakui memang ada orang-orang yang kerjanya hanya menipu
dengan ucapannya. Yang menipu ini, tidak hanya ada di lingkungan dunia
usaha semata, melainkan juga di sektor kebijakan. Banyak janji yang
diucapkan kepada masyarakat tetapi, janji tersebut tidak pernah dipenuhi.
Dengan kondisi demikian, ia menyatakan tidak heran jika bangsa Indonesia
menjadi terpuruk, karena kebanyakan pimpinannya melakukan kesalahan.
Untuk memperbaiki keadaan yang tidak bagus ini, ia memberi resep agar
semuanya harus memulai dari diri sendiri. Bukan hanya untuk mengatur orang
lain. Sementara sikap saling menuding dan menuduh siapa yang salah hanya
akan membuat kepercayaan di dalam masyarakat semakin berkurang. Berangkat
dari itu, ia percaya jika suatu saat Indonesia akan dapat pulih. Syarat
utama adalah pemimpinnya adalah orang yang benar dan taat kepada Tuhan.
Bukan orang yang membodohi dan membohongi rakyat. Jangan menjadikan agama
sebagai alat manupulasi untuk mencapai tujuan jangka pendek. “Agama adalah
sesuatu yang dirasakan secara pribadi dan tidak dapat dipaksakan kepada
orang lain,” ujar pengusaha yang sangat peduli pada pemberdayaan usaha
kecil itu.
Aktivitasnya di bidang pemberdayaan usaha kecil cukup membantu untuk
membangkitkan gairah masyarakat berusaha di jalan yang lurus. Ia tertarik
pada dunia politik tetaoi tidak mau terjun dalam dunia politik praktis. Ia justru khawatir, niat
baiknya membantu masyarakat ekonomi lemah akan terabaikan bila harus
terjun di dunia politik praktis. Sebab menurutnya, dunia politik sarat dengan
persaingan kepentingan yang sering kali harus mengorbankan pihak lain.
Lebih dari itu, ia amat yakin bahwa tanpa ikut terlibat di dunia politik
praktis
pun bisa menghasilkan karya yang lebih baik dibandingkan para politikus
itu. Namanya memang lebih dikenal daripada kebanyakan orang yang ada dalam
politik praktis.
Sebagai pengajar, ia menanamkan disiplin yang ketat kepada mahasiswa.
Namun, penanaman disiplin itu diyakininya tidak akan berjalan bila ia
sendiri tidak disiplin. Ia kurang senang bila mahasiswanya terlambat masuk
kelas dan di kelas hanya main-main, tidak serius mengikuti perkuliahan.
Untuk itu, ia memberi contoh kepada mahasiswa kalau dirinya sendiri bisa
tepat waktu dan serius dalam mengajar. Tugas yang diberikan pun pasti
diperiksanya dalam waktu secepatnya. Di luar itu, ia juga bisa menerima
keluhan, keberatan, bahkan juga saran dari mahasiswanya. Ia ingin
mahasiswanya memiliki sikap mental yang tangguh, bertanggung jawab
terhadap tugasnya, dan berdisiplin.
Lahir dengan nama Cri Puspa Dewi Motik di Jakarta pada tanggal 10 Mei
1949. Tahun 1975 menikah dengan Pramono Soekasno dan dianugrahi 2 (dua)
orang anak yaitu Moza Pramita Pramono dan Adimaz Prarezeki Indramuda
Pramono. Setelah pernikahan itulah namanya lebih dikenal dengan dewi Motik
Pramono.
Ketika masih lajang, Dewi Motik pernah terpilih sebagai Ratu Luwes di
Imada (Ikatan Mahasiswa Djakarta) tahun 1968. Pada tahun yang sama, ia
juga terpilih sebagai salah satu pemenang None Jakarta dan sebagai Ratu
Jakarta Fair. Kemudian pada tahun 1974 dinobatkan sebagai Top
Model of the Year. Tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 1977 terpilih
sebagai Wanita Karier Ideal dan pada tahun 1981 terpilih sebagai Wanita
Berbusana Terbaik dan pada tahun 1989 terpilih sebagai Wanita Excecutive
Berbusana Terbaik.
Ia memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IKIP Jakarta dan Sarjana Seni Rupa
di Florida International University, Miami, USA. Ia juga telah
menyelesaikan S2 Bidang Pengkajian Ketahanan Nasional (PKN) dan mendapat
gelar MSi dari Universitas Indonesia. Awal Agustus 2002 Cri Puspa Dewi
Motik Pramono, berhasil meraih gelar doktor. Gelar itu diraihnya setelah
ia menyelesaikan pendidikan S-3 bidang Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup dari Universitas Negeri Jakarta.
Untuk meraih gelar itu, ia mengikuti perkuliahan secara reguler, membuat
desertasi, dan mengikuti ujian sidang doktor. Meskipun ia sudah memiliki
nama besar dan cukup dikenal, tetapi dalam mendapatkan ilmu, ia ingin
menjalaninya dengan benar dan wajar. Sehingga, ketika menyandang gelar, ia
tidak malu karena memang memiliki kompetensi.
Padahal, bila sekadar ingin mendapatkan gelar, saat ini banyak lembaga
yang ramai-ramai mengobral gelar tanpa harus mengikuti proses pendidikan
yang seharusnya ditempuh calon peraih gelar. Harganya pun tidak begitu
mahal. Dan, untuk mendapatkannya, tidak perlu repot-repot datang ke kampus,
mendengarkan kuliah, membuat tugas, melakukan penelitian, cukup dengan
mendaftar dan tinggal menunggu saat wisuda atau bayar langsung dapat gelar.
Terhadap mereka yang mendapatkan gelar dengan cara itu, Dewi Motik
menyebutnya sebagai pencuri. Perbuatan kriminal terhadap dunia keilmuan.
Criminal science. Sebab, dia sebenarnya tidak layak menyandang gelar itu,
tetapi mereka mau dan bahkan bangga memakai gelar itu, sementara
kompetensinya tidak ada. Repotnya, menurut Dewi Motik, banyak juga pejabat
yang membeli gelar dengan cara seperti itu. “Bagaimana tidak hancur negara
kita jika para pemimpinnya begitu?” katanya dengan nada risau.
Bila ingin mendapatkan gelar dan tidak diributkan masyarakat, maka semua
orang harus melaluinya dengan tahapan yang wajar. Jika semuanya jujur,
maka tidak akan ada sentimen negatif yang memojokkan seseorang. Bahkan,
bila masih ada juga yang memandangnya dengan sebelah mata, hal itu akan
sangat mudah dipatahkan, mengingat ia mendapatkan ilmu secara benar dan
tinggal membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Akan berbeda halnya dengan yang memiliki gelar dengan cara membelinya pada
lembaga yang akreditasinya sangat diragukan. Meskipun ada pameo hal itu
adalah hak setiap orang, ternyata bagi Dewi Motik semua itu adalah
akal-akalan. Memang benar ada hak asasi, tetapi hak itu bukan untuk
berbuat semaunya.
“Saya tidak setuju dengan pemikiran liberal ‘Freedom to free’ tapi yang
benar adalah ‘Freedom for right’. Setiap orang memang memiliki hak asasi
namun setiap orang juga memiliki tanggung jawab dan kewajiban,” jelasnya.
Bila seseorang ingin mendapatkan gelar dengan harapan nantinya ia akan
lebih dihormati, maka pandangan itu dianggapnya naif. Sebab menurutnya,
penghormatan itu tidak serta merta datang dari luar hanya karena memiliki
gelar yang banyak. Untuk dihormati atau dicintai banyak orang, maka
sebaiknya terlebih dulu diri kita sendiri yang memulai penghormatan itu
kepada orang lain. Cepat atau lambat orang-orang itu akan menghormati kita.
Kini aktivitas Dewi Motik bukan hanya terbatas di dalam negeri, tetapi
sudah mendunia. Ia banyak mendapat undangan dari luar negeri, baik
pemerintahan, lembaga asing, maupun PBB, untuk menyampaikan pandangannya
di bidang lingkungan hidup dan pembangunan hidup berkelanjutan atau di
bidang ekonomi dan kewanitaan.
Selama menjadi pembicara, ia konsisten dengan prinsip hidupnya, “from
nothing to something”. Maka, kalimat kedua yang dikemukakannya adalah
“Make it happen” menghadirkan sesuatu menjadi nyata. Bukan hanya
berbicara konsep, namun mengadakan tindakan nyata dan berpengaruh terus.
Dan, jangan lupa ungkapan yang mengatakan: 'Hemat pangkal kaya'.
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia),
|
|