|
C © updated 08122005 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti |
|
|
Nama:
Rahmat Gobel
Lahir:
Jakarta, 3 September 1962
Agama:
Islam
Pendidikan:
Chuo University, Jepang
Pekerjaan:
Presiden Direktur PT National Gobel;
Organisasi:
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronika Indonesia
|
|
|
Welcome
This
site is currently under construction. Please check back at a later time. |
|
|
|
Rahmat Gobel
Generasi Kedua National Gobel
Sebagai pemegang kendali perusahaan eletronik nasional terbesar namanya
tak asing lagi di telinga. Ia sebagai generasi kedua, penerus National
Gobel. Kepiawaiannya mengembangkan industri elektronik, didukung
tenaga-tenaga ahli pilihannya dari dalam maupun luar negeri mampu
menghasilkan produk-produk elektronik kebanggaan Indonesia.
Pria kelahiran Jakarta, 3 September 1962 ini terkenal aktif menjaga
kepercayaan investor agar mereka bertahan di Indonesia, sekalipun
beberapa perusahaan elektronik asing akhirnya hengkang. Maka ia terus
berupaya mengajak pemerintah untuk menyelami apa yang dibutuhkan
pengusaha demi kebangkitan industri elektronik di tanah air.
Anak ke lima dari tujuh bersaudara dan anak lelaki tertua mendiang H
Thayeb Mohammad Gobel ini terus berupaya ‘mempertahankan’ perusahaan
warisan ayahnya ini. Ia bukan saja mengelola bisnisnya agar tetap
bertahan di tengah masa krisis, namun juga berusaha membangun perusahaan
sekaligus membangun tempat kerja bagi banyak orang. “Karena perusahaan
ini tempat banyak orang bergantung,” katanya.
Untuk itu, ia terus berupaya agar produknya diterima masyarakat. Jika
saat ini produknya lebih banyak dikenal dengan merek Panasonic, karena
memang menyesuaikan dengan nama perusahaan yang terus berubah. PT.
National Gobel bergandengan dengan Panasonic sudah 36 tahun lebih.
Komposisi kepemilikan saham yang senantiasa berubah menyebabkan namanya
juga terus mengalami penyesuaian. Panasonic merupakan brand yang
dimiliki Matsushita Electric di Jepang. Sedangkan National adalah merek
yang dimiliki oleh perusahaan miliki keluarga Gobel.
Tahun 1970, Panasonic bekerjasama dengan National Gobel dalam penjualan
produk-produk perusahaan Jepang tersebut di Indonesia. Sedangkan tahun
1980 nama National Gobel berubah menjadi Gobel Dharma Nusantara dan di
tahun 1991 berubah menjadi National Panasonic Gobel. Dan akhirnya mulai
1 April 2004 berganti nama menjadi PT. Panasonic Gobel Indonesia.
Sebagai Presiden Komisaris PT. Panasonic Gobel Indonesia (PGI), Rahmat
mengaku memulainya dari bawah. “Tidak serta merta begitu saja saya
mendapatkan tempat dijajaran Direksi National Panasonic Gobel, tetapi
melalui proses yang panjang,” katanya. Rahmat mengaku mengenal pabrik
ayahnya sejak Sekolah Dasar. Bahkan setiap hari minggu, ketika
teman-teman sebayanya asyik bermain, ia malah diajak ‘ngantor’ sang
ayah, Almarhum H. Thayeb Mohammad Gobel.
Sang ayah berusaha memperkenalkan dunia usahanya itu sejak Rahmat kecil.
Rahmat sering diajak diskusi, “Pokoknya diajak ngobrol apa saja walaupun
saya tidak tahu,” ujarnya mengenang. Masa SMP bahkan SMA lebih intens
lagi. Ia sudah terbiasa memahami pabrik. Belakangan Rahmat tahu jika
ayahnya itu ingin dirinya bisa mewarisi nilai-nilai bisnisnya. Untuk
itu, selepas SMA Rahmat dikirim ke Jepang. Selama enam tahun ia belajar
di sana. Bahkan ia belajar tentang kultur perusahaan selama setahun di
Negara Sakura itu.
Kembali ke Indonesia, tahun 1988 ia ditempatkan sebagai tenaga
pelatih di pabrik baterai. “Saya tidak langsung jadi bos. Saya memulai
sebagai karyawan baru,” katanya. Satu tahun kemudian, ia baru masuk
jajaran manajemen menengah yang terlibat membuat perencanaan manajemen.
Beruntung ia sudah belajar globalisasi, pergerakan bisnis dan
perkembangan pabrik ke depan. Sejak saat itulah ia merasa bisa
berkiprah. Lalu diundangnya investasi langsung Matshushita. Hasilnya,
sekarang perusahaannya berorientasi ekspor.
Falsafah Pohon Pisang dan Air Mengalir
Dalam berkarya, Rahmat Gobel selalu memadukan dua filosofi sebagai dasar
orientasi. Filosofi ‘pohon pisang’ diperoleh dari Bapak Gobel, ayahanda
Rahmat Gobel. Sedangkan filosofi ‘air mengalir’ dari Bapak Matsushita
rekan bisnis group gobel. Pohon pisang mudah tumbuh di mana saja dan
setiap bagiannya dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Air pun
demikian, tersedia dalam jumlah yang relatif banyak dan dapat digunakan
untuk berbagai keperluan, sesuai kebutuhan. Realisasi dari keduanya
adalah penciptaan produk berkualitas tinggi yang selalu disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat.
Kedua filosofi itulah yang selalu dipakai Rahmat sebagai pijakan
kiprahnya di dunia usaha. Sehingga, akhirnya ia mampu ‘menelorkan’
berbagai produk yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Ambil saja contoh, industri baterai yang dimiliki PT. Panasonic Gobel
Battery Indonesia (PGBI). Sebagai produsen baterai mangan, baterai
lithium dan senter dengan brand Panasonic, Rahmat Gobel membawa PGBI
mengukir prestasi menjadi salah satu yang terbesar di antara keluarga
Panasonic Baterray Group yang tersebar di 14 negara.
Hasil produksinya masuk dalam pasar lokal maupun global pada lebih dari
60 negara. Bukan itu saja sejak tahun 2002 (dari tahun berdiri 1972-red)
PGBI telah mencapai kebebasan finansial dan menjadi perusahaan dengan
pinjaman nol. Suatu prestasi yang patut dibanggakan dan disyukuri
tentunya.
Bisnis Berwawasan Lingkungan
Rahmat percaya, bahwa berkarya di industri elektronik sambil tetap
menjaga kelestarian alam, bukanlah sesuatu yang sulit untuk diwujudkan.
Sebab menurutnya, kualitas lingkungan sama pentingnya dengan kualitas
produksi. Karena itu usahanya selalu didukung dengan teknologi
pengolahan limbah yang efektif. Selain terus berupaya menjaga
kelestarian lingkungan, juga menerapkan standard global sebagai
orientasi kepedulian lingkungan.
“Menciptakan produk yang berwawasan lingkungan bukan saja upaya kami
dalam menjaga kelestarian alam. Namun ini juga menjadi salah satu tiket
untuk bisa masuk ke pasar Eropa dan Amerika. Jadi menjaga lingkungan
adalah mutlak diperlukan di setiap dunia industri,” katanya.
Karena prinsip kelestarian lingkungan terus dipegangnya, tak heran jika
perusahaan yang dibawah kendalinya itu beberapa kali telah mengantongi
penghargaan. Seperti sertifikat untuk menagemen mutu ISO 9002 tahun
1994, sertifikat untuk sistem managemen lingkungan ISO 14001 tahun 1997,
dan berbagai sertifikat lain sebagai bukti keunggulan produksinya.
Bahkan Pemerintah Daerah Bekasi pernah memberikan penghargaan sebagai
industri yang memenuhi kebutuhan dan pengembangan karir pekerja wanita.
Terakhir ini salah satu factorynya meraih Peringkat Hijau dari kantor
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) dalam evaluasi PROPER (Program for
Pollution Control Evaluation and Rating) 2004/2005. “Ini semua
adalah hasil komitmen kami sebagai perusahaan yang peduli pada
lingkungan,” ujar Rahmat.
Lepas dari itu semua, di setiap langkah menjalankan usahanya, Rahmat
selalu menekankan pada setiap karyawan dengan lima budaya kerja, yang ia
sebut sebagai 5S budaya dasar kerja. Yaitu, Seiri (Pemilahan), Seiton
(Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan) dan Shitsuke
(Pembiasaan). Kelima dasar inilah yang hingga kini menjadi kebudayaan
bahkan kebiasaan para karyawannya. “Dengan memilah mana yang masih
dipakai dan mana yang sudah tidak dipakai, menata rapi pada tempatnya,
menjaga kebersihan, membiasakan efisiensi, akan menjadi budaya yang
akhirnya menjadi perilaku yang baik. Itulah dasar kerja kami,”
lanjutnya. ►e-ti/anna
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|