|
C © updated 06112005 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/rpr |
|
|
Nama:
Kenneth Tjahjady Sudarto
Lahir:
Kebumen, Jawa Tengah, 16 Maret 1942
Meninggal:
Singapura, 5 November 2005
Agama:
Katolik
Isteri:
Sylvie Febryanti Sudarto
Anak:
-
Michael Dirgo Sudarto
-
Glenn Ario Sudarto
-
Cynthia Anggraini Sudarto
Menantu:
- Ariani Vidya Sofjan
- Leah Lim
Cucu:
Allegra Divya, Alexa Kirana, Tristan Ario
Ayah:
So Ping Hian
Ibu:
Setiaawati (Lobie Lan)
Saudara:
Imelda. Berty, Liza dan Bambang Sudarto
Pendidikan:
- SR, Jalan Sabang, Jakarta (1954)
- SMP Kanisius, Jakarta (1957)
- SMAK I, Jakarta (1960)
- FE UI, Jakarta (sampai tingkat IV, 1965)
- Smaller Company Management Program di Harvard Business School, AS
(1982)
- Indonesian Senior Executive Program VI di Insead-Fountain- Bleau,
Prancis (1981)
- Managing Strategic Changes di Imede-LPPM, Jakarta (1981)
Karir:
- Manager US Summit Corporation (1964-1968)
- Wiraswasta (1968-1969)
- Staf Lokal Ubersee Handel AG (1969-1970)
- Agency Representative Matari Advertising (1970-1971)
- Presiden Direktur Matari Inc. (1971)
- Komisaris Utama Matari Inc.
Kegiatan Lain:
- Anggota Dewan Pengurus Dana Mitra Lingkungan (1983)
- Anggota Pengurus International Advertising Association (1978)
- Anggota Pengurus Rotary Club Menteng (1981)
Alamat Rumah Keluarga:
Jalan Kemang Timur IV
dan
Jalan Rosmala 17, Tomang Raya, Jakarta Barat Telp: 592013
Alamat Matari:
Matari Inc. Puri Matari, Jalan H.R. Rasuna Said Kapling H 1-2, Kuningan,
Jakarta Selatan Telp: 515160, 511255
|
|
|
|
|
|
|
KEN SUDARTO HOME |
|
|
Kenneth Tjahjady Sudarto (1942-2005)
Pendiri Matari Advertising Dia tokoh periklanan Indonesia.
Bahkan pantas digelari legenda hidup periklanan Indonesia. Ken,
panggilan akrab Kenneth Tjahjady Sudarto, salah seorang perintis
periklanan Indonesia. Pendiri Matari Advertising,
ini memulai usahanya dari garasi di kawasan
Cideng sampai memiliki gedung megah Puri Matari di segitiga emas Kuningan.
Pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 16 Maret 1942, ini meninggal dunia
di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, pukul 06.06, 5 November 2005.
Ken meninggal setelah setahun lebih berjuang melawan penyakit
lymphoma (kanker kelenjar getah bening). Dia meninggalkan seorang
isteri, Sylvie Febryanti Sudarto, dan tiga anak Michael Dirgo Sudarto,
Glenn Ario Sudarto dan Cynthia Anggraini Sudarto, serta tiga orang cucu
Allegra Divya, Alexa Kirana, dan Tristan Ario.
Jenazah Presiden Komisaris Kelompok Matari Advertising itu tiba di
Bandara Soekarno Hatta dari Singapura sekitar pukul 20.00, Sabtu 5
November 2005. Selanjutnya dibawa ke Puri Matari di kawasan Kuningan. Di
sana para karyawan dan staf memberikan penghormatan terakhir. Setelah
itu, iring-iringan mobil jenazah menuju ke rumah almarhum di Jl Kemang
Timur IV. Selanjutnya dibawa ke rumah duka di RSPAD Gatot Subroto, Jl
Abdul Rahman Saleh No 24, Kwini, Senen, Jakarta Pusat.
Tampaknya, sampai ajal menjemputnya dia terus berjuang. Sebelum
meninggal, dari CCU Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, Ken mengirim SMS
kepada stafnya berbunyi: ”Hidup adalah
bagaikan bendera perang. Kadang-kadang berkibar megah, menantang.
Kadang-kadang kotor, robek-robek, dan hampir jatuh ke tangan musuh. Tapi
harus tetap dipertahankan dengan gagah berani, sampai ke tangan Tuhan”.
Perjuangannya dalam dunia periklanan dimulai dari garasi di kawasan
Cideng dengan dua orang pegawai. Sebelum mendirikan Matari (Agency
Representative Matari Advertising, 1970-1971), Ken meniti karir sebagai
Manager US Summit Corporation (1964-1968), Wiraswasta (1968-1969) dan Staf Lokal Ubersee Handel AG (1969-1970).
Kemudian sejak 1971 dia menjabat Presiden Direktur Matari Inc,
perusahaan periklanan yang semula bekerjasama dengan Mark Lean
Advertising. Setelah dua tahun kemudian memisahkan diri.
Kemudian Matari sepenuhnya menggunakan tenaga ahli Indonesia, karena
menganggap merekalah yang lebih mengenal negeri ini. Modalnya juga
domestik.
Sempat mengalami masa sulit tahun 1975-1976, lantaran dia mencoba
berspekulasi di luar bidang periklanan. Lalu mendapat bantuan dari klien lama. PT Astra dan Konimex
dengan membayar di muka,
serta harian Sinar Harapan dan Surabaya Post bersedia menunda
penagihan. Ditambah lagi suntikan modal dari Paul Karmadi, temannya
sejak kecil, dengan membeli 30% dari seluruh saham.
Perusahaan ini kemudian berkembang pesat., menjadi biro iklan paling
lengkap di Indonesia. Matari Inc ini memiliki studio foto,
amphi-theater, studio rekaman modern, perpustakaan, dan fasilitas
komputer.
Juga memiliki kantor di gedung sendiri, Puri Matahari berlantai
empat, di Jalan Rasuna Said, Jakarta. Serta mempekerjakan sekitar 200 karyawan.
Biro iklan ini setidaknya melayani sekitar
30-an klien setiap tahun. Di antaranya Toyota, Mitsubishi, Honda, Daihatsu, SIA, Cathay,
Garuda, Fuji, Kodak, National, Sony, ITT,
Unilever, BCA, dan lain-lain. Dari
setiap klien, Matari menarik agency fee 15%sampai 20%.
Sulung dari lima bersaudara (Ken, Imelda, Berty, Liza dan Bambang),
putera dari So Ping Hian (ayah) dan Setiawati K Sudarto (lo Bie Lan,
Ibu) pedagang kelontong, ini lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 16 Maret 1942.
Mengecap pendidikan SR, Jalan Sabang, Jakarta (1954), SMP Kanisius, Jakarta (1957)
dan SMAK I, Jakarta (1960).
Sempat kuliah di FE UI, Jakarta, sampai tingkat IV, 1965. Kemudian
belajar manajemen (Smaller Company Management Program) di Harvard Business School, AS
(1982), Indonesian Senior Executive Program VI di Insead-Fountain- Bleau,
Prancis (1981) dan Managing Strategic Changes di Imede-LPPM, Jakarta (1981).
Penggemar musik klasik dan pop serta olahraga jogging, renang, dan bulu tangkis,
ini meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, pukul
06.06, 5 November 2005. Disemayamkan di rumah duka di RSPAD Gatot
Subroto, Jl Abdul Rahman Saleh No 24, Kwini, Senen, Jakarta Pusat.
Setelah dilakukan Misa Requiem, tiga hari berturut-turut, 6, 7 dan 8
November 2005, jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta
Selatan, Rabu 9 November 2005, pukul 09.30 Wib.
Panca Cita
Ketika banyak perusahaan belum menyadari arti penting dari suatu visi
dan misi perusahaan, ia telah menciptakan Panca Cita Matari yang akan
menjadi suluh penerang bagi perjalanan bisnisnya. Panca Cita ini
diberlakukan pada saat Matari berusia sembilan tahun dan Ken Sudarto
berusia 38 tahun.
Kelima cita yang menjadi pematok langkah Matari sarat dengan idealisme,
profesionalisme, dan semangat kekeluargaan. Cita pertamanya:
Berpartisipasi dalam pembangunan nasional dengan penuh rasa tanggung
jawab. Pendiri Matari sangat menyadari sebagai perusahaan yang
beroperasi di negara berkembang, perusahaan ikut bertanggung jawab dalam
upaya perwujudan suatu masyarakat Indonesia yang sejahtera, kami akan
secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional,
terutama dalam bidang periklanan.
Cita kedua: Mengabdi kepentingan masyarakat. Kegiatan Matari
dalam bidang periklanan akan dilakukan secara kreatif, menciptakan karya
yang bermutu, jujur, serasi dengan lingkungan, sehingga sungguh-sungguh
mencerminkan pengabdian kepada kepentingan masyarakat.
Cita ketiga: Menciptakan suasana kerja yang dilandasi rasa
kekeluargaan. Dari awal Matari dirancang sebagai suatu keluarga besar
yang dipadukan dalam satu organisasi bisnis. Di mana perusahaan akan
senantiasa memperjuangkan terciptanya suasana kerja yang sesuai dan
menyenangkan menuju peningkatan taraf ketrampilan dan kehidupan.
Cita keempat: Menghasilkan pendapatan yang dapat membiayai
pengembangan dan kelangsungan hidup perusahaan. Berikutnya demi
kelangsungan hidupnya perusahaan, menjadi penting untuk terus menerus
mengusahakan tercapainya pendapatan yang mampu memenuhi pembiayaan
kegiatan bisnis, menyediakan tercapainya pendapatan yang mampu memenuhi
pembiayaan kegiatan bisnis, menyediakan laba untuk para pemegang saham,
serta melakukan investasi untuk perluasan usaha.
Cita kelima: Memberikan kesempatan kepada setiap warganya untuk
maju dan berkembang. Untuk menjamin adanya kegairahan dan ketentraman
kerja, perusahaan akan memberikan imbalan yang wajar serta kesempatan
yang sama untuk maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan kami
masing-masing.
Kelima cita ini telah menjadi pembimbing tindak dari Matari Advertising
dalam setiap langkahnya. "Panduan semacam ini memungkinkan Matari
memiliki nilai-nilai ideologis yang akan terus membimbingnya ke masa
depan," tutur Aswan Soendojo, yang menerima tongkat estafet untuk
melanjutkan kepemimpinan di Matari.
Perjalanan Matari Advertising sesungguhnya mencerminkan perjalanan
industri periklanan Indonesia. Banyak terobosan penting di industri
periklanan muncul dari kiprah Matari, khusus lagi dari tangan Ken
Sudarto. Ketika ia memutuskan untuk lengser dari Matari, bulan Maret
lalu, maka menjadi penting bagi kami untuk menuliskan suatu
commemorative report mengenai kiprahnya di industri periklanan. Tanpa
sentuhan tangannya, majalah yang kini Anda pegang mungkin tak akan
pernah lahir ke dunia. ►e-ti/tsl, dari berbagai
sumber.
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|