|
C © updated 20082006 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
► e-ti/kps |
|
|
Nama:
Alfred Simanjuntak
Lahir:
Parlombuan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 8 September 1920
Agama:
Kristen
Pendidikan:
- Holands Inlandse School, Narumonda, Porsea, Tapanuli Utara,
1928 – 1935
. Holands Inlandse Kweekschool, Surakarta, 1935 – 1941
- Fakultas Sastra UI, MO Bahasa Indonesia, Jakarta, 1950 – 1952
- Rijksuniversiteit Utrecht, Leidse Universiteit, Leiden, Stedelijke,
Amsterdam, Nederland, 1954 – 1956
- Dr HC dari Saint John University 10 Februari 2001
Pengalaman:
- Pencipta lagu (Di antaranya Bangun Pemuda Pemudi, Indonesia
Bersatulah dan Negara Pancasila)
- Guru di BPK PENABUR, TKK Gading Serpong, TKK 4, TKK 10 dan TKK 11
- Wartawan surat kabar “Sumber” di Jakarta, 1946 – 1949
- Pendiri Badan Penerbit Kristen (BPK) Gunung Mulia, Jakarta, 1950 dan
sempat menjadi pimpinannya.
- Tahun 1967 turut mendirikan Yayasan Musik Gereja (Yamuger)
- Tahun 1985 memprakarsai Pesta Paduan Suara Rohani (Pesparani).
|
|
|
|
|
|
|
ALFRED HOME |
|
|
Alfred Simanjuntak
Bangun Pemudi Pemuda
Namanya terukir sebagai pencipta lagu nasional ‘Bangun Pemudi Pemuda’.
Judul lagu itu tampaknya selalu menjadi obsesi pria suku Batak kelahiran
Parlombuan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 8 September 1920 itu. Hal
itu setidaknya tercermin dari Karya Paparnya berjudul
Membangun Manusia
Pembangunan, saat menerima gelar Doctor Honoris Causa (DR. HC) atas
pengabdiannya selama 60 tahun di bidang pendidikan dari Saint John
University, 10 Februari 2001 di Jakarta.
Alfred Simanjuntak, seorang pencipta lagu yang berprofesi sebagai guru
hampir sepanjang hidupnya. Saat menulis lagu Bangun Pemuda-Pemudi
tersebut dia berusia 23 tahun (1943) dan bekerja sebagai guru Sekolah
Rakyat Sempurna Indonesia di Semarang. Sebuah sekolah dengan dasar jiwa
patriotisme yang didirikan oleh sejumlah tokoh nasionalis seperti Dr
Bahder Djohan, Mr Wongsonegoro, dan Parada Harahap.
Obsesi kemerdekaan negeri dan membangun pemuda-pemudi Indonesia itu
terus memenuhi benaknya hingga suatu kali saat sedang mandi Alfred
terinspirasi menulis syair lagu itu. Kala itu dia seperti mendengar
suara-suara melodi di telinganya. "Tuhan memberikan lagu ke kuping saya
selagi lagi mandi. Saya cepat-cepat mandi, lalu saya tulis segera,"
kisahnya.
Lagu Bangun Pemudi Pemuda itu digubahnya dalam suasana batin seorang
anak muda yang gundah di negeri yang sedang terjajah. "Rasa ingin
merdeka kuat sekali di kalangan anak muda saat itu. Kalau ketemu kawan,
kami saling berucap salam merdeka!" tutur Alfred Simanjuntak di rumahnya
di kawasan Bintaro, Tangerang, Banten.
Bahkan menurut pengakuannya, lagu tersebut nyaris mengancam jiwanya.
Sebab, gara-gara lagu yang dinilai sangat patriotik itu, nama Alfred
Simanjuntak masuk daftar orang yang dicari Kempetai, polisi militer
Jepang untuk dihabisi.
Hingga saat ini, lagu itu masih tetap dikumandangkan, termasuk pada
setiap perayaan Kemerdekaan RI 17 Agustus. Bahkan Band Cokelat pada
album Untukmu Indonesia-ku juga merilis lagu itu. Juga oleh Paduan Suara
Anak-anak Surya dalam album Kumpulan Lagu Wajib Indonesia Raya.
Alfred di masa kecil, hidup bersahaja tapi bahagia. Dia putera pasangan
Guru Lamsana Simanjuntak-Kornelia Silitonga, delapan bersaudara. Dia
mengenang saat makan nasi, daun singkong, dengan lauk ikan asin sebesar
jari. Namun dia tetap mensyukuri ikan asin yang cuma seujung jari itu.
Keluarga itu tetap hidup dalam sukacita.
Sukacita itu tercermin dari kegemarannya bernyanyi. Alfred sering tampil
bernyanyi di acara Natal sejak duduk di Hollands Inlandsche School (HIS)
di Narumonda, Porsea, Tapanuli Utara. Kemudian kemahiran musik Alfred
berkembang ketika dia belajar di Hollands Inlandsche Kweek School atau
semacam sekolah guru atas di Margoyudan, Solo, Jawa Tengah, 1935-1942.
Di sekolah itu jiwa nasionalisme Alfred menguat. Sebab di sekolah itu
dia berkumpul dengan kawan-kawan dari berbagai daerah, suku dan budaya,
seperti Manado, Ambon, Batak dan Jawa. “Rasa percaya diri kami sebagai
satu bangsa sudah tertanam kuat," kenang Alfred, yang akrab dipanggil
Pak Siman dan fasih berbahasa Jawa.
Kemudian tahun 1950 – 1952, Alfred melanjut ke Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, MO Bahasa Indonesia, Jakarta. Lalu tahun 1954 –
1956 berturut-turut melanjutkan belajar di Rijksuniversiteit Utrecht,
Leidse Universiteit, Leiden, Stedelijke, Amsterdam, Nederland.
Pada tahun 1946-1949, dia sempat menjadi wartawan surat kabar “Sumber”
di Jakarta. Sejak tahun 1950, ia bekerja penuh di Badan Penerbit Kristen
(BPK) Gunung Mulia, Jakarta, dan sempat menjadi pimpinannya. Akan
tetapi, dia tetap aktif di musik. Tahun 1967 turut mendirikan Yayasan
Musik Gereja (Yamuger) dan tahun 1985 memprakarsai Pesta Paduan Suara
Rohani (Pesparani).
Dia juga juga terus menulis lagu. Pada tahun 1980, dia menulis lagu
Negara Pancasila. Belakangan dia diminta Gus Dur menggubah Himne Partai
Kebangkitan Bangsa. Selain itu, Alfred juga banyak mencipta lagu rohani.
Bahkan dia pernah menulis lagu dalam irama dangdut, Terumbu Karang atas
permintaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang akan
disosialisasikan kepada masyarakat di kawasan pesisir Riau, Sulawesi
Selatan, Maluku, dan Papua.
Alfred kini telah menjadi ompung (kakek) dari 11 cucu yang lahir dari
empat anaknya, yaitu Aida, Toga, Dorothea, dan John. Putri sulungnya,
Aida Swenson-Simanjuntak, dikenal sebagai penggiat kelompok Paduan Suara
Anak Indonesia. ►e-ti
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
================================================
Alfred Simanjuntak
CATATAN REDAKSI: Pada 10
Februari 2001, Alfred Simanjuntak menerima gelas Doctor HC dari Saint
John University, dengan Karya Papar berjudul MEMBANGUN MANUSIA
PEMBANGUN. Berikut ini naskah elngkap karya papar Alfred Simanjuntak
tersebut.
=================================================
Bangun Pemudi Pemuda
Ciptaan: A. Simanjuntak
Bangun pemudi pemuda Indonesia
Tangan bajumu singsingkan untuk negara
Masa yang akan datang kewajibanmu lah
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa
|
|