|
C © updated
12072004 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
►e-ti/rpr |
|
|
Nama:
Elvy Sukaesih
Lahir:
Jakarta, 25 Juni 1951
Suami:
Zaidun Zeth
Anak:
6 orang (Haedar, Fitri, Ali Zaenal Abidin, Syechans, Wirdha Sylvina
dan Dhawiya)
Ayah:
Mohammad Ali
Ibu:
Rohayah Asiah
Pendidikan:
- SD
- SMP Srikandi, Jakarta (1964)
Pekerjaan:
- Penyanyi dangdut
- Pemain film
Organisasi:
Ketua Ikatan Artis Dangdut Indonesia (IKARDI)
Film:
- Karena Penasaran
- Tuyul
- Irama Cinta
- Senggol-Senggolan
- Cubit-Cubitan
- Mana Tahan |
|
|
|
|
|
|
Elvy Sukaesih
Si Ratu Dangdut
Bagi pencinta musik dangdut, Elvy Sukaesih adalah ratu. Mahkota "keratuan"
Elvy tak ada yang meragukan, setidaknya menurut penggemarnya. Dengarlah,
suara dengan "cengkok" yang khas dan aksi pentasnya yang menyihir banyak
penonton. Elvy yang sudah manggung semenjak kelas 3 SD ini memiliki
syarat sebagai "entertainer."
Penyanyi kelahiran Betawi ini, sebenarnya keturunan Sunda. Mohammad Ali,
ayahnya, asli Sumedang begitu pula Rohayah Asiah, ibunya. Pasangan
Sumedang ini, pada 25 Juni 1951 begitu bahagia. Pasalnya mereka
dikaruniai bayi mungil. Bayi perempuan itu kemudian diberi nama, Elvy
Sukaesih.
Entah kenapa dikemudian hari nama Elvy berganti menjadi Else. Menurut
pengakuan Elvy, "Itu pengaruh Belanda." Maka Elvy kecil adalah Else.
Else yang memaksa ayahnya, pemain orkes gambus ikut kondangan.
Elvy mengaku tak pernah belajar musik secara khusus. Di sore hari, bila
ayahnya sedang bermain gitar ia ikut menyanyi di teras rumah. Lagu yang
didendangkan macam-macam. Trend rekaman waktu itu irama Melayu. Misalnya
tembang roman Bunga yang dialunkan Else itu, biasa didendangkan Orkes
Melayu Bukit Siguntang.
Selain menyanyi, sejak kecil Elvy sudah suka menari. Di dekat rumahnya
ada gedung Bioskop Gembira yang memutar film India. Karena pengaruh film
India, Elvy menjadi suka mendendangkan lagu India. Menurutnya musiknya
enak dan energik. Suatu kali ibunya pernah bercerita padanya, “Waktu
kamu kecil sering pakai handuk diplintir di kepala, seolah jadi rambut
panjang, atau pakai kain menari seperti di film-film India. Kainnya
dianggap sebagai sari India."
Suatu kali ayahnya harus pentas bersama kelompoknya. Malam minggu itu,
sang ayah mengajak Elvy untuk ikut tetapi dengan syarat harus menyanyi.
Pada awalnya Elvy menolak karena malu. Namun karena Elvy ingin ikut,
akhirnya ia mengiyakan permintaan ayahnya. Saat itu Elvy masih kelas 3
SD.
Setelah beberapa penyanyi, sang ayah mulai memberi kode padanya untuk
gantian menyanyi. Saat itu Elvy merasa takut pada ayahnya. Ayahnya
memang tak pernah memukulnya, namun hanya menyentil telinganya. Namun
sentilan itu baginya sudah cukup menyakitkan.
Akhirnya Elvy menyanyi. Waktu itu ia menyanyikan tembang Melayu "Taman
Bunga". Lagu tersebut salah satu sound track film Sedetik Lagi yang
dibintangi Eliya Rosa. Sebelum menyanyi, ia meminta kepada pemain biola
agar memberitahunya kapan masuk dan kapan berhentinya dengan cara
disenggol.
Tetapi ternyata ketika mulai menyanyi, Elvy sudah langsung tahu kapan
masuknya, tanpa disenggol. Jadi tidak ada kesulitan sama sekali waktu ia
menyanyi pertama kali di depan umum. Saat itu, orang-orang sampai
naik-naik ke bangku, meneriaki Elvy "Eh anak kecil" atau "penyanyi cilik".
Waktu itu sekitar tahun 1959-1960-an. Setelah lagu itu selesai, ternyata
orang-orang memintanya untuk menyanyi lagi hingga tiga lagu.
Yang tadinya iseng, akhirnya jadi sungguhan. Elvy memilih dunia tarik
suara jadi ladangnya. "Prinsipnya, saya menyanyi hanya untuk membantu
orang tua-Iah. Nggak ada angan-angan mau jadi orang top," jelas Elvy
datar. Maka, jadilah Elvy penyanyi cilik yang cukup kondang. la laris
dalam acara perkawinan ataupun pertunjukan khusus. Kendati kondisi
penyanyi masih dicap tabu, sering diolok-olok, Elvy tak menggubrisnya. "Saya
cuek aja," tangkisnya.
Olok-olok ini juga dijumpai di sekolah. Apalagi kalau malamnya Elvy
habis manggung. "Begitu malamnya habis main, besoknya di sekolah -
teman-teman bisik bisik...itu biduan tuh, semalam habis main di kampung
saya," cerita Elvy.
Selama menjadi penyanyi cilik, dalam hal sekolah Elvy tak pernah bolos.
Meski pulang pukul 6 pagi sehabis pentas, Elvy tetap siap dengan
seragamnya berangkat ke sekolah. Jika pentas di luar kota, Elvy
berangkat belakangan bersama petugas khusus yang menjemputnya sepulang
sekolah.
Resikonya, jam istirahat ia gunakan untuk tidur di kelas, sementara
teman-teman lainnya bermain. "Kalau sudah ngantuk, saya taruh kepala
saya di atas meja, lalu tiduran di kelas," kenang Elvy.
Elvy makin sering muncul bersamaan tawaran pentas yang terus mengalir.
la tampil di sejumlah rombongan orkes Melayu. "Saya tampil sesuai dengan
grup yang booking, ya...jadi rebutan. Malam Minggu tampil dengan grup
ini, besok tampil dengan grup lain," jelas Elvy. Bapak-ibunya bergantian
mengawal Elvy, kemana saja Elvy manggung.
Singkat cerita, sang ayah yang memperkenalkan Elvy pada dunia nyanyi
meninggal karena penyakit yang dideritanya saat Elvy masih kelas lima
SD. Peranan sang ayah kemudian digantikan oleh ibunya. Sepeninggal sang
ayah, Elvy menyanyi untuk membantu keluarga. Begitu ia mendapat uang
dari menyanyi, uang tersebut diberikan kepada ibunya. Ia tidak pernah
memegang seperak pun.
Meski belum masuk dapur rekaman, ia terus menyanyi hingga terkenal
termasuk ikut tur bersama Said Kelana. Ia mulai menyanyi di atas
panggung, gedung kesenian, dan sebagainya saat berumur kurang lebih
sebelas tahun.
Saat itu sedang ngetop lagu Ratapan Anak Tiri dan Boneka dari India.
Saat Elvy membawakan lagu Ratapan Anak Tiri, banyak penonton yang
menangis. Saat itulah Elvy untuk pertama kalinya diwawancarai oleh
wartawan. Sejak itu, ia dikenal sebagai penyanyi cilik dan mulai
keliling bersama beberapa grup musik.
Pada tahun 1964 di usianya yang ke-13, Elvy diajak Zakaria, pemimpin OM
Pancaran Muda untuk rekaman. Elvy membawakan lagu Curahanku karya Murat
Haris, serta karya lin Sumantri dengan tembang Rahasia Sukma. Sebelumnya,
Elvy Sukaesih ikut juga dalam grup OM Sinar Medan. Elvy yang mengidolai
Pangeran Diponegoro dan Soekarno ini bergabung dengan grup tersebut
karena diajak oleh seorang pemuda yang senantiasa hadir setiap ia pentas.
Pemuda itu bernama Zeth Zaidun, yang kemudian banyak berperan membimbing
Elvy meniti sukses. Zaidun waktu itu melihat Elvy memiliki bakat besar
untuk menyanyi. Setelah Ellya Khadam, hanya Elvy yang memiliki suara
khas," komentar Zaidun. Zaidun sendiri seorang penyanyi dan pemusik.
Zeth Zaidun juga banyak membimbing beberapa orkes Melayu serta penyanyi.
Antara lain, Mukhsin Alatas dan si "Raja Dangdut" Rhoma Irama. Setelah
masa perkenalan selama setahun, Elvy menikah dengan Zeth Zaidun pada
tahun 1965 di Jakarta. Ketika itu Elvy berusia 14 tahun sedang Zaidun 23
tahun. Setelah menikah, Elvy tidak diperkenankan menyanyi. "Lama-Iama
karena saya suka murung Bang Zaidun mengizinkan lagi,” cerita Elvy.
Babak perjalanan Elvy selanjutnya, bergabung dalam grup OM Candraleka
yang juga di dalamnya ada Zeth Zaidun. Di situ, Elvy diberi kebebasan
untuk bernyanyi dengan grup apa saja, asal tidak mengganggu pentas OM
Candraleka. "Pokoknya pasaran kita rame waktu itu,"seloroh Elvy. Ketika
itu nama Elvy termasuk dalam daftar penyanyi Melayu yang top, bersama
Zeth Zaidun dan Awab. Juga Alah Mukhis, dan Alah Muhamad Rafiq.
Karir Elvy di blantika dangdut pun kian bernas. Berbagai grup Orkes
Melayu pernah mendukung penampilannya. Antara lain: OM Pancaran Muda, OM
Sahara, OM Omega, OM El Sitara, OM Purnama, dan OM Soneta (milik Rhoma
Irama). ''Tanpa mereka, entah jadi apa saya sekarang,'' ujarnya.
Sebenarnya, Elvy bisa nyanyi pop, gambus, rock, atau lainnya. ''Tetapi
saya merasa sudah mendapat kepercayaan masyarakat untuk menyanyi dangdut.
Dan saya tidak mau serakah. Rezeki saya memang di sini,'' katanya.
Sepanjang tahun 70-an dan 80-an Elvy sah mendapat julukan ratu dangdut.
Gebyar Elvy yang paling yahud, tatkala berduet dengan Rhoma Irama.
Beberapa album mereka hasilkan yang semuanya hits. Sebelum dengan Rhoma,
sebenarnya Elvy sudah berjaya dengan Mansyur S. Ketika itu Rhoma belum
terkenal. Ini kelebihan Elvy, berduet dengan siapapun pas. Tapi sayang,
duet legendaris ini harus berpisah sekitar tahun 1975.
Rhoma-Elvy terakhir berpasangan ketika mereka sedang getol-getolnya
berduet mendendangkan Lagu Cinta. Baru pada akhir tahun 2001 kerinduan
penggemar agar mereka kembali berduet terjawab. Mereka tampil duet dalam
acara pergelaran akhir tahun yang diselenggarakan oleh Taman Mini
Indonesia Indah (TMII) dan SCTV. Bagi penggemarnya, pasangan raja dan
ratu dangdut itu tak dapat dikalahkan penyanyi dangdut mana pun saat
beraksi di atas panggung. Sembilan lagu populer mereka sekitar 1970-an
mereka dendangkan bersama dalam acara tersebut.
Kegigihan Elvy meniti sukses adalah berkat dorongan Zeth Zaidun, pemuda
yang akhirnya menjadi ayah keenam anaknya. Zaidun, begitu sabar
merangkai sukses serta kasih sayang buat Elvy. Bagi Elvy, Zeth Zaidun
tak sekadar suami. Dia adalah ayah yang membimbing kehidupan. Guru yang
mengajari penuh kasih sayang, terhadap Haedar, Fitri, Ali Zaenal Abidin,
Syechans, Wirdha Sylvina dan si bungsu Dhawiya anak-anaknya.
Selain mengais rejeki dari menyanyi, Elvy juga memperoleh rejeki dari
bermain dalam film-film yang tidak lepas dari perdangdutan. Karena
Penasaran, Tuyul, Irama Cinta, Senggol-Senggolan, Cubit-Cubitan, Mana
Tahan adalah sebagian di antaranya. "Saya selalu bersyukur, sebab janji
Tuhan mengatakan kalau engkau berkorban untuk-KU akan aku balas lebih
dari apa yang kau berikan,” kata Elvy mengutip salah satu ayat dalam
AI'Quran.
Sebagian rezekinya dimanfaatkan untuk mendirikan PT Mahkota Jaya Utama,
yang dikelola suaminya. Usaha ini bergerak dalam bidang pemanduan bakat
dan mempromosikan penyanyi-penyanyi baru. Elvy yang gemar makan ikan
asin, lalapan, dan petai bakar, serta mahir memasak bihun goreng ini
masih bisa kita jumpai bergoyang dangdut sambil mengerlingkan mata di
layar televisi. ► mlp
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
|
|