Rubrik
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Jawa Tengah
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Fokus
Wisata
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Audio Visual
Otonomi
Jendela
Otomotif
Investasi & Perbankan
Ekonomi Internasional
Sorotan
Bentara
Kesehatan
Ekonomi Rakyat
Didaktika
Pendidikan
Teropong
Pixel
Bahari
Pustakaloka
Pendidikan Dalam Negeri
Pergelaran
Pengiriman & Transportasi
Telekomunikasi
Perbankan
Ilmu Pengetahuan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Muda
Musik
Agroindustri
Furnitur
Pendidikan Luar Negeri
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 30 Oktober 2003

Kota Metro

ASAL muasal nama Metro -pemekaran dari Kabupaten Lampung Tengah tahun 1999-diyakini merupakan gabungan dari bahasa Jawa mitro, dan bahasa Belanda metern. Mitro sendiri berarti keluarga, persaudaraan, dan kumpulan kawan-kawan. Adapun metern artinya pusat atau sentral. Jadi, Metro mengandung arti pusat kumpulan keluarga (kolonisasi) yang bersaudara atau terikat oleh tali persaudaraan.

MENELUSURI jalan-jalan di Metro terkesan tata kotanya asri. Kota ini mewarisi perencanaan tata guna lahan zaman Pemerintahan Hindia Belanda yang dibuat tahun 1936. Lahan untuk permukiman, perkantoran, perdagangan, pertanian, dan taman, terencana dengan matang. Semuanya terjalin rapi dalam jaringan jalan yang termasuk lebar pada masa itu. Bahkan, saluran irigasi dan saluran pembuangan air hujan pun sudah tertata.

Tahun 2000, ketika diadakan sensus penduduk, wilayah ini dihuni oleh 118.448 jiwa. Sebanyak 84.699 orang atau 71,5 persen suku Jawa. Dari 50.266 penduduk yang bekerja, 30,3 persen menggeluti sektor jasa, 26,3 persen di pertanian, serta 18,5 terjun di perdagangan.

Adapun dari hasil sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) bulan Mei tahun 2003, Kota Metro dihuni oleh 130.626 jiwa. Naik 10,2 persen bila dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 2000.

Saat ini Metro sedang meletakkan dasar bagi perkembangan sebuah kota masa depan. Ruang publik dan hutan kota dirawat dan ditambah untuk paru-paru kota dan tempat komunikasi warga. Jalan protokol dan jalan utama dihijaukan. Ruas jalan masuk dan keluar Metro dilebarkan. Pelebaran dan pengaspalan Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Alamsyah Ratu Perwiranegara (dulu disebut Jalan Unyi), kini dalam tahap penyelesaian. Sarana jalan bagi kelancaran arus lalu lintas sangat penting artinya bagi kota yang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di Provinsi Lampung ini.

Kecuali tanahnya yang subur untuk pertanian, Metro tidak dikarunia kekayaan alam lainnya. Di dalam bumi Metro tidak ditemukan barang tambang atau galian yang punya nilai ekonomi tinggi. Pertanian dan perdagangan merupakan tulang punggung perekonomian wilayah yang luasnya 0,19 persen luas Provinsi Lampung. Pertanian tanaman pangan dan peternakan menjadi penyumbang kegiatan ekonomi pertanian, di samping perdagangan besar dan eceran. Laju pertumbuhan bidang pertanian tahun 2002 negatif hampir empat persen, terutama karena pertumbuhan negatif pertanian tanaman pangan. Tanaman perkebunan, peternakan, dan perikanan, justru tumbuh di atas 20 persen. Sementara itu perdagangan besar dan eceran mengalami pertumbuhan 6 persen.

Metro tidak hanya menjadi tempat mencari nafkah penduduknya. Penduduk kabupaten yang berbatasan langsung dengan wilayah ini, Lampung Tengah dan Lampung Timur, mencari nafkah dengan berdagang dan menjual jasa. Karena itu, di siang hari penduduk Metro lebih banyak dibanding jumlah penduduk resminya.

Pusat perdagangan Metro tersebar di beberapa tempat. Perdagangan barang jadi, pakaian, tekstil, elektronik, dan barang kebutuhan sekunder lainnya, bisa ditemukan di Shopping Center dan Pasar Cendrawasih. Bagi penggemar otomotif kompleks pertokoan Sumur Bandung merupakan tempat berburu onderdil otomotif dan aksesorinya. Sedangkan Pasar Kopindo merupakan sentra perdagangan produk pertanian, hasil bumi, dan gerabah. Keempat pasar itu berada di pusat kota.

Tekstil dan barang-barang jadi, terutama pakaian, diambil pedagang dari Tanah Abang, Jakarta. Adapun pedagang batik dan pakaian dari Pekalongan, Jawa Tengah. Metro merupakan pasar yang potensial bagi produk mereka.

Tidak terdapat industri besar di kota ini. Menurut catatan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, Metro tahun 2001 ada empat industri sedang yang mengolah es balok, busa, minyak goreng sawit, dan pengeringan aci. Sedangkan industri kecil tercatat 638 unit usaha. Tenaga kerja yang terserap sebanyak 1.914 orang.

Meskipun tidak mempunyai perkebunan kelapa sawit, wilayah ini mampu mengekspor minyak sawit dan bungkil biji kelapa sawit ke luar negeri. Biji kelapa sawit didatangkan dari Lampung Tengah dan Lampung Timur. Diolah di industri pengolahan di Kelurahan Purwoasri, Kecamatan Metro Utara.

Tahun 2002, sebanyak 64.800 ton minyak kelapa sawit senilai Rp 324 juta diekspor ke Malaysia dan Singapura. Tahun 2003 sampai dengan bulan Oktober, 54.000 ton minyak kelapa sawit senilai Rp 270 juta dihasilkan. Sebanyak 60.000 ton bungkil biji kelapa sawit tahun 2002 diekspor ke Eropa. Data bulan Oktober 2003 bungkil yang diekspor mendekati 60.000 ton.

Terletak 52 kilometer dari Bandar Lampung, Ibu Kota Provinsi Lampung, Metro juga dikenal sebagai kota pendidikan. Setiap pagi angkutan umum dari Lampung Timur dan Lampung tengah penuh dengan pelajar yang menimba ilmu di kota tenang dan nyaman ini. Demikian sebaliknya di siang hari saat bubaran sekolah. Angkutan kota tersebar ke segala penjuru wilayah yang mempermudah mobilitas penduduk Metro.

Untuk mendukung Metro sebagai kota pendidikan dibangun sebuah gedung perpustakaan di jantung kota. Bangunan ini dilengkapi air conditioning. Dibangun sejak tahun 2002, diharapkan di akhir tahun 2003 sudah berfungsi. Perpustakaan yang dibiayai anggaran pemerintah daerah ini merupakan langkah awal jangka panjang menyediakan jasa pendidikan bagi kabupaten sekitarnya.

Bagi yang berminat kuliah di perguruan tinggi di kota yang pendapatan perkapita tahun 2002 sebesar Rp 2,4 juta, terdapat beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta, di antaranya Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Agus Salim, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri, Sekolah Tinggi Pertanian, Akademi Pertanian, dan Universitas Muhammadiyah. Kini pemerintah Kota Metro sedang mengupayakan Universitas Lampung membuka Fakultas Hukum.

Metro bernuansa agraris. Tahun 2000 Badan Pertanahan Nasional Kota Metro mendata sebanyak 55 persen lahan wilayah ini dipergunakan untuk sawah dan 1,4 persen tegalan. Tahun 2002, menurut Dinas Pertanian Kota Metro, lahan sawah tinggal 45 persen. Kalau data ini bisa disandingkan, terjadi penurunan penggunaan lahan pertanian yang cukup berarti.

FX Sriyadi Adhisumarta/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kota Metro

·

Dari Bedeng hingga Menjadi Kota



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS