Rubrik
Jawa Tengah
Berita Utama
Inspirasi
Finansial
Olahraga
Dikbud
Opini
International
Nasional
Iptek
Bisnis & Investasi
Nusantara
Naper
Metropolitan
Berita Yang lalu
Jendela
Pustakaloka
Fokus
Dana Kemanusiaan
Teknologi Informasi
Rumah
Audio Visual
Otonomi
Furnitur
Agroindustri
Sorotan
Teropong
Didaktika
Ekonomi Internasional
Pergelaran
Kesehatan
Telekomunikasi
Wisata
Bentara
Bingkai
Pixel
Otomotif
Ekonomi Rakyat
Pendidikan
Bahari
Pendidikan Luar Negeri
Pendidikan Dalam Negeri
Investasi & Perbankan
Pengiriman & Transportasi
Perbankan
Esai Foto
Makanan dan Minuman
Properti
Swara
Muda
Musik
Ilmu Pengetahuan
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Otonomi
Kamis, 08 Januari 2004

Kabupaten Mamuju Utara

SEJAK era otonomi digulirkan pada 2001, peta daerah-daerah Indonesia perlu diubah. Pemekaran terjadi di sana-sini. Demikian juga di Kabupaten Mamuju. Wilayah di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan itu harus rela "melepas" empat kecamatan dalam wilayahnya untuk menjadi kabupaten baru, Kabupaten Mamuju Utara.

SAMPAI bulan Februari 2003, Kabupaten Mamuju memiliki 15 kecamatan. Dengan wilayah 11.057,81 kilometer persegi, ia merupakan kabupaten terluas di Sulawesi Selatan. Persentase terhadap luas provinsi 17,75 persen. Kabupaten yang terletak 443 kilometer dari ibu kota provinsi itu menjadi pintu gerbang di bagian utara. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur melalui Selat Makassar.

Roda ekonomi Mamuju diputar oleh komoditas perkebunan. Salah satunya kelapa sawit. Mamuju memiliki tidak kurang dari 15.000 hektar perkebunan kelapa sawit milik rakyat dan sekitar 29.000 perkebunan kelapa sawit swasta. Perkebunan swasta terutama berada di Kecamatan Pasangkayu.

Kini, Kecamatan Pasangkayu bersama Kecamatan Sarudu, Baras, dan Bambalamotu menjadi bagian Kabupaten Mamuju Utara dengan luas wilayah 3.043,75 kilometer persegi. Jarak Pasangkayu, yang juga ibu kota kabupaten, dengan mantan induknya sekitar 276 kilometer. Jarak yang relatif dekat itu menghabiskan waktu tempuh 8-9 jam. Kondisi jalan dengan sekitar 30 persen berlubang ini mengakibatkan banyak waktu terbuang. Sebagian besar permukaan jalan terdiri dari kerikil bercampur tanah. Permukaan yang beraspal kasar, terkelupas di sana-sini.

Kondisi itu berbeda 180 derajat dengan jalan beraspal mulus yang menghubungkan Makassar, ibu kota provinsi dengan Mamuju. Meski jaraknya lebih jauh, 443 kilometer, waktu tempuh nyaris sama, 8 jam. Tidak mengherankan bila perjalanan Makassar-Mamuju lebih bisa dinikmati dibandingkan dengan perjalanan dari Mamuju ke Pasangkayu.

Jarak ibu kota Matra-istilah masyarakat untuk Mamuju Utara-dengan ibu kota provinsi 719 kilometer. Dengan Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, jaraknya sekitar 130 kilometer. Waktu untuk menempuh jarak itu sekitar tiga jam. Kedekatan jarak dan waktu tempuh yang lebih singkat membuat masyarakat Matra memilih Palu untuk bepergian ke pulau lain, seperti ke Jawa atau Kalimantan. Penduduk Matra lebih akrab dengan suasana Bandara Mutiara di Palu dibandingkan dengan Bandara Hassanudin di Makassar.

Dalam usia yang masih hitungan bulan, Mamuju Utara masih "menetek" pada Mamuju. Sebagai kabupaten baru, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan. Dalam bidang pemerintahan, paling tidak ada tiga tugas mendesak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003. Tugas-tugas itu adalah membentuk perangkat pemerintahan, seperti sekretariat kabupaten dan dinas kabupaten, mempersiapkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta memilih bupati.

Dalam bidang ekonomi, Matra bergantung pada sektor pertanian. Kontribusi pertanian terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Mamuju Utara tahun 2002 tercatat Rp 238,67 miliar. Nilai ini setara dengan 78,32 persen total kegiatan ekonomi Rp 304,72 miliar. Dalam sektor pertanian, perkebunan menjadi roda penggerak utama. Kegiatan ekonomi di bidang perkebunan menghasilkan tidak kurang dari Rp 195,62 miliar.

Andalan perkebunan Matra adalah kelapa sawit, kakao, cengkeh, dan kelapa dalam. Kebun kelapa sawit terdapat di Kecamatan Sarudu dan Baras. Cengkeh di Kecamatan Pasangkayu, sedangkan kelapa dalam dan kakao tersebar di seluruh kecamatan.

Lahan perkebunan rakyat kakao tidak kurang dari 16.000 hektar, sedangkan cengkeh 145 hektar. Dari hasil kerja sekitar 10.000 petani kakao dan 312 petani cengkeh dihasilkan tidak kurang dari 6.000 ton kakao dan 140 ton cengkeh. Masih dalam bentuk biji, kedua komoditas itu dipasarkan ke Kabupaten Donggala di Provinsi Sulawesi Tengah. Dari Donggala dibawa ke Surabaya melalui Palu.

Matra memiliki sekitar 4.100 hektar lahan perkebunan rakyat kelapa dalam. Tenaga kerja yang terserap ke perkebunan ini sedikitnya 4.200 petani. Dari 4.158 pohon yang berproduksi, dihasilkan 4.794 ton kelapa dalam. Daerah pemasarannya adalah Surabaya. Kelapa dalam dikirim ke ibu kota Provinsi Jawa Timur itu melalui pelabuhan rakyat di Sarudu.

Beberapa investor melirik lahan di Matra untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Dalam catatan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mamuju terdapat sembilan perusahaan perkebunan besar kelapa sawit. Enam perkebunan besar berlokasi di Matra. Di Pasangkayu ada empat perusahaan, sedangkan di Kecamatan Sarudu dan Baras masing-masing satu. Luas lahan seluruhnya 36.818 hektar dengan produksi tidak kurang dari 200.000 ton.

Untuk mengolah kelapa sawit menjadi minyak mentah atau crude palm oil (CPO), investor membangun pabrik minyak kelapa sawit. Di Kecamatan Pasangkayu terdapat dua pabrik CPO. Sementara di Baras dan Unggul, masing-masing satu pabrik. Pabrik-pabrik itu mulai beroperasi tahun 1990-an. Setelah diolah menjadi CPO, hasilnya dibawa ke Surabaya.

Untuk mengangkut produksi CPO, perusahaan pengolah kelapa sawit di Baras, misalnya, membangun dermaga pelabuhan. Investasinya sekitar Rp 1,8 miliar. Untuk memudahkan pengangkutan dari kebun ke bibir dermaga, perusahaan ini juga membangun jalan puluhan kilometer. Total dana yang dibenamkan di Baras untuk kebun dan pabrik sedikitnya 50 juta dollar AS.

Selain cocok untuk tanaman perkebunan, tanah Matra juga baik untuk jeruk. Tanaman ini tumbuh baik di Kecamatan Pasangkayu, Sarudu, dan Baras. Luas lahannya 1.026.250 hektar, dengan lahan terluas di Sarudu. Dari luas lahan itu terdapat sekitar satu juta pohon yang menghasilkan 94.942 ton jeruk. Surabaya, Samarinda, dan Manado menjadi pasar utama jeruk Matra. Jeruk yang dihasilkan selanjutnya dikapalkan melalui Pelabuhan Belang-Belang di Kabupaten Mamuju.

BE Julianery/Litbang Kompas

Search :
 
 

Berita Lainnya :

·

Kabupaten Mamuju Utara

·

Kabupaten yang Masih Terpencil



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS